Opini

Membangun Semangat Literasi

AYAT di atas memberi inspirasi dan motivasi dalam membaca dan menulis menjadi empat hal

Editor: bakri
SERAMBINEWS.COM/YARMEN DINAMIKA
Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, Dr Nadjamuddin Ramly MSi, saat menutup Bimbingan Teknis (Bimtek) Diplomasi Budaya Damai pada Generasi Muda di Hotel Hermes, Banda Aceh, Kamis (14/4/2016). 

Dan masih banyak lagi karya-karya ulama Aceh lainnya yang telah berjasa dalam pembentukan karakter serta kemaslahatan ummat sepanjang abad. Naskah-naskah karya mereka bagaikan obor yang menjadi penerang setelah mereka tiada. Ini membuktikan bahwa semangat Ulama kita dulu sangat luar biasa dalam Literasi dan sulit dicari tandingannya hingga saat ini walaupun pada saat itu ketiadaan lampu listrik serta teknologi informasi tidak secanggih saat ini, dan para Ulama didukung penuh oleh kesultanan Aceh.

Literasi Aceh zaman now
Bila kita menyaksikan budaya literasi di Aceh saat ini masih rendah dibandingkan daerah-daerah lain. Lihatlah buku-buku yang masih tersusun rapi di rak atau lemari perpustakaan ibarat barang kuno berselimut debu, seperti tidak penah tersentuh. Fenomena seperti ini juga terjadi di sekolah-sekolah. Jarang sekali kebiasaan dan pentingnya membaca diprioritaskan kepada peserta didik atau mungkin gurunya pun tidak memiliki jiwa literasi. Sehingga seringkali muncul pertanyaan, apakah memang budaya membaca seminim itu untuk generasi kekinian, apakah ada penelitian mengungkap budaya membaca generasi milenial sekarang ini, yang ada hanyalah laporan-laporan menunjukkan budaya membaca generasi Aceh memang lemah.

Apakah itu membaca buku konvensional, Bagaimana dengan buku digital, e-book, news online, e-jurnal, novel digital? Belum ada data yang benar-benar valid menilai hal tersebut. Maka yang diperlukan adalah “daya tarik”, bagaimana menumbuhkan budaya literasi dengan gaya dan cara kids zaman now ini dilakukan. Sehingga kesan bahwa buku adalah barang kuno dalam perpustakaan yang horor bisa dengan mudah ditepis. Diperlukan inovasi yang bisa menumbuhkan kembali semangat literasi bagi generasi muda Aceh saat ini sebagai kebutuhan mereka.

Potensi menjadikan literasi sebagai sahabat bisa dilakukan dengan memanfaatkan potensi-potensi berupa digitalisasi dan inovasi perpustakaan. Zaman now, buku sudah menjelma menjadi mudah dibawa kemana-mana, perpustakaan bukan lagi satu-satunya tempat untuk melihat semua koleksi buku. Perpustakaan tidak lagi sebagai tempat mencari ilmu, bahkan di kampus-kampus di perpustakaan hanya sebagai tempat berkumpulnya sejumlah mahasiswa lama yang membuat tugas sambil ber-WiFi ria termasuk mengerjakan skripsi.

Merancang manajemen perpustakaan yang memiliki daya tarik, sehingga menyenangkan ketika peserta didik masuk dan belajar. Daya tarik yang dimaksudkan agar generasi Aceh sekarang ini mampu mendekatkan diri mereka dengan bacaan-bacaan yang lebih berbobot, salah satunya dengan adanya e-library (perpustakaan elektronik).

Perpustakaan harus bisa memikat dengan adanya inovasi yang menyenangkan. Menjadikan bacaan sebagai sahabat dan kebutuhan juga perlu ditekankan, maka untuk mewujudkannya diperlukan kesadaran dari semua pihak, terutama guru bagi siswa dan dosen kepada mahasiswanya. Untuk mewujudkan literasi Aceh yang hebat --kemampuan membaca dan menulis memang membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi kebiasaan-- pelan tapi pasti hal itu Insya Allah akan terwujud.

* Dr. Murni, S.Pd,I., M.Pd., Wakil Ketua II STAI Tgk Chik Pante Kulu, Sekretaris Umum Lembaga Pemantau Pendidikan Aceh, dan Ketua bidang Pendidikan Wanita PERTI Aceh. Email: murni166@yahoo.co.id

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved