Mengaku Keturunan Majapahit, SBY Ungkapkan Makna di Balik Angka 14

Menurut daftar silsilah tersebut, garis keturunan SBY bisa dirunut dari Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit.

Editor: Faisal Zamzami
Warta Kota/Henry Lopulalan
Harian Warta Kota/Henry Lopulalan Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono bersama Majelis Tinggi Partai Demokrasi saat mengungumkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur di Kantor DPP Demokrat, JAlan Prokalamasi, Jakarta Pusat, Minggu (7/1/2018). Partai Demokrat mendukung 17 pasangan calon gubernur dan wakil gubernur hari untuk mengikuti ajang Pilkada Serentak 2018. (Warta Kota/Henry Lopulalan) 

Cucu keduanya bernama Airlangga Satriadhi Yudhoyono.

Airlangga adalah nama pendiri Kerajaan Kahuripan, yang terbagi menjadi dua kerajaan, Kediri dan Jenggala.

Baca: Panwaslu Pijay Ingatkan Semua Parpol Agar tidak Lakukan Kampanye sebelum Waktunya

Baca: Kasus Pembunuhan Ibu Muda di Kebun Jagung Aceh Tenggara Masih Misteri, Warga Dihantui Rasa Takut

Kedua kerajaan ini menjadi daerah bagian Majapahit pada masa pemerintahan Raden Wijaya.

Pancasakti Maharajasa Yudhoyono, cucu ketiga SBY, tidak diberi nama dari Majapahit.

Nama Maharajasa diambil dari nama besan SBY, Hatta Rajasa.

Meski demikian nama Rajasa mengingatkan juga pada nama pendiri Majapahit, Kertarajasa Jayawardhana.

Cucu keempat bernama Gayatri Idalia Yudhoyono.

"Gayatri diambil dari Kerajaan Majapahit, yaitu istri Raden Wijaya yang kemudian menurunkan raja-raja selanjutnya," kata Ibas saat mengumumkan kelahiran putrinya melalui akun Instagram @ibsyudhoyono, 1 Januari 2018.

Baca: Ucapan Selamat dari Seluruh Staf dan Karyawan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh

Baca: Gubernur Irwandi Persilakan DPRA Awasi Penggunaan Anggaran Seketatnya, Yang Mencuri Masukkan Penjara

Dwi Cahyono, sejarawan dan arkeolog dari Universitas Negeri Malang menjelaskan bahwa silsilah keluarga sudah dipakai sebagai cara melegitimasikan diri sejak berabad-abad yang lalu.

"Jadi kalau sekarang ada politikus mengaku sebagai keturunan raja Majapahit, tentu karena ada kepentingan, yaitu legitimasi," kata Dwi Cahyono saat dihubungi oleh BBC Indonesia melalui telepon, Selasa (27/02).

Dia menjelaskan bahwa silsilah keluarga yang dirunut-runut itu sudah sejak lama dipakai oleh seseorang atau keluarga untuk menghubungkan dirinya dengan penguasa di masa lalu, bisa pemimpin, raja, atau sultan.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved