Lama Tak Ada Kabar Usai Tampil di ILC, Abu Janda Tulis Doa yang Penuh Kontroversi

SERAMBINEWS.COM - Nama Abu Janda terakhir di perbincangkan masyarakat umum ketika dirinya diundang menjadi narasumber dalam program acara Indonesia Lawyer Club (ILC) pada Desember 2017 silam.

Lama berselang, kini Abu Janda menuliskan cuitan di akun Twitter pribadinya @permadiaktivis.

Dirinya menuliskan:

"doa jumat. Ya Allah, jika Engkau takdirkan @jokowi 2 periode, Apa jadinya nasib para pembencinya?

Berikanlah mereka ketabahan & kekuatan agar tidak ada bunuh diri massal di 2019 nanti, aamiin ya Rabb #JumatBerkah"

Unggahan tersebut seketika menjadi bahan pembicaraan netizen.

Dikabarkan sedikitnya sudah ada 500 interaksi di unggahan tersebut.

Baca: Wow Harga BBM Naik Lagi, Ini Daftar Harganya Dari Aceh Hingga Papua

Baca: Artis Ini Dulu Kuli Bangunan Hidup Pas-Pasan, Sekarang Kaya Raya Pemilik Sederet Mobil Mewah

Dikabarkan sebelumnya, masyarakat banyak membuat meme terkait pernyataan Abu Janda di program acara ILC.

Ustaz Felix Siauw menyanggah pernyataan Permadi Arya atau Abu Janda tentang bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang ditunjukkan dalam potret berkibar ketika Reuni Akbar 212 digelar di Monumen Nasional (Monas).

Dari acara yang dimoderatori oleh Karni Ilyas, Permadi Arya yang juga sering disebut Abu Janda menyebut bendera Hizbut Tahrir telah mencoreng dan mengancam keutuhan NKRI serta Pancasila.

Selain itu, menjadi simbol kedigdayaan anggota Hizbut Tahrir lantaran organisasi masyarakat (ormas) tersebut telah dibubarkan paksa oleh Presiden Joko Widodo lewat Perppu No 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 17 tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan beberapa waktu lalu.

"Bendera Hizbut Tahrir di bentang, dikibar, dan di arak-arak di acara tersebut. Menurut saya hal ini merupakan bentuk pembangkangan hukum di Indonesia. Lebih parahnya lagi, bendera tersebut ditaruh di atas bendera merah putih milik Indonesia" ujar Abu Janda.

"Ini penistaan simbol negara, aparat kemana?", tambahnya.

Kalimat Abu Janda pun semakin berapi-api ketika tepuk tangan bergemuruh menyertai pernyataannya lagi soal bendera Indonesia yang dikibarkan di bawah bendera yang menurutnya adalah bendera HTI.

Baca: Permukiman Penduduk di Pinggir Anak Laut Singkil Utara Terancam Abrasi

Baca: Polwan Raih Sepeda Motor Dalam Fun Bike dan Fun Walk Aceh Tengah

Menjawab pernyataan Abu Janda, Ustaz Felix menyampaikan jika bendera yang dimaksud adalah bendera Rasullullah.

Hal itu dapat dilihat dari kalimat syahadat yang tertulis, sehingga menurutnya, seluruh umat muslim, tidak terkecuali Hizbut Tahrir boleh menggunakan bendera Rasulullah dalam berdakwah.

"Sesungguhnya tertulis di dalamnya Lailahaillallah Muhammadarrasulullah. Kalimat yang antum-antum semua hidup dengan itu, kalimat yang antum-antum semua mati ingin dengan itu, dan kalimat yang antum-antum semua pengen hidup lagi dengan itu, betul atau tidak? Alhamdulillah kalau masih iya," jelas Ustaz Felix.

"Nah artinya itu bukan bendera Hizbut Tahrir, itu adalah benderanya Rasulullah, benderaumat Islam. Andaikan mau dipakai oleh Hizbut Tahrir itu adalah suka-suka dia (Hizbut Tahrir), mau dipakai oleh mas-mas di sini juga boleh, nggak ada masalah.

Kenapa? karena itu adalah benderanya Rasulullah, semua umat muslim berhak untuk memakai semua itu. Lah, bagaimana mungkin, akan sangat lucu sekali, bagaimana mungkin ada seorang muslim yang anti dengan dengan Syahadatnya sendiri?," jelasnya menegaskan.

Baca: LIVE STREAMING PSM Makassar Vs PSIS Semarang, Liga 1 Indonesia Pukul 15.30 WIB

Baca: BREAKING NEWS: Mobil KIA dan Carry Laga Kambing di Nagan, Sopir dan Kernet Meninggal

Rupanya video ini menjadi sangat viral.

Meme tersebut antara lain:

Meme yang dibuat netizen menyetil masalah bendera tauhid yang sebelumnya ia kira sebagai bendera HTI.

Baca: Ucapan Selamat dari Pemko Banda Aceh untuk Panglima Kodam Iskandar Muda

Baca: Peserta Fun Bike Dan Fun Walk di Aceh Tengah Antusias Menunggu Undian Hadiah

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Lama Tak Ada Kabar, Abu Janda Tulis Doa yang Penuh Kontroversi