Cacing Pita Sepanjang 10,5 Meter Hidup di Perut Seorang Warga, Diduga Makan Daging Babi Mentah
"Obat cacing itu tidak ada sama kita, mungkin dari luar negeri baru ada. Kalau anak-anak sudah kita berikan," kata Surbabel.
Umar mengakui, tak ada obat khusus cacing pita tersebut di Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, bahkan di Medan juga tak ada.
Itu sebabnya, FK UISU melakukan kerja sama dengan tiga universitas asal Jepang dan empat universitas di Indonesia berkaitan dengan penemuan endemik penyakit cacing pita (Taeniasis) tersebut.
"Kita bekerja sama dengan universitas di Jepang agar kemudian mereka meneruskan hasil penelitian ke WHO, yang kita harapkan bisa memberikan bantuan untuk pengobatan penyakit cacing pita ini," terang Umar.
Disebutkan, tim sudah selesai melakukan pemeriksaan molekuler terhadap empat sampel cacing pita, termasuk draf artikel ilmiah.
Selanjutnya, artikel tersebut dikirim ke badan dunia World Health Organization (WHO) guna melanjutkan proses penelitian atas penemuan endemik Taeniasis.
"Sembari menunggu dukungan dari WHO, tim FK UISU akan kembali turun ke lokasi yang sama di mana tempat pertama kali ditemukan cacing pita," ungkapnya.
Baca: Selamat! Nycta Gina Lahirkan Anak Ke-2, Bayinya Menggemaskan
Baca: Inikah Sosok Wanita yang Diduga Istri Ketiga Opick? Lihat Foto-fotonya
Akibat Makan Daging Babi yang Dimasak Kurang Matang

Kejadian ini menjadi puncak es kasus endemik penyakit cacing pita (Taeniasis) yang ditemukan tim Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (FK UISU). Tim menemukan, setidaknya ada 171 kasus cacing pita di wilayah ini.
Dokter Umar Zein selaku Ketua Tim Peneliti Cacing Pita FK UISU menduga, mayoritas warga di enam desa di Kecamatan Silau Kahean juga terkena penyakit cacing pita.
Penyebab penyakit ini, lanjut dia, diduga karena konsumsi daging babi yang tidak dimasak atau kurang matang saat dimasak.
"Di sini kan ada makanan khas Simalungun, yakni hinasumba atau holat, yang bahan makanannya dari daging babi yang memang tidak dimasak," ujar Umar, Senin (26/3/2018).
Umar mengatakan, penemuan itu bermula pada Oktober 2017 saat ada pasien berobat ke kliniknya.
Pasien itu mengaku, saat dia membuang kotoran mengeluarkan potongan-potongan cacing. Berangkat dari pengakuan itu, Umar Zein mengajak tim dari FK UISU menuju ke lokasi asal pasien tersebut di Nagori Dolok, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun, 21 Oktober 2017.