LIPSUS Jejak Kerajaan Kuala Batu
Mengenal USS Potomac, Kapal Perang Amerika yang Membombardir Kuala Batu di Aceh Barat Daya
Peristiwa ini sekaligus menjadi awal dari berakhirnya kekuasaan Kerajaan Kuala Batu, di wilayah Aceh Barat Daya.
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Kuala Batu (beberapa sumber luar negeri menulis dengan ejaan Quallah Batto) adalah sebuah kerajaan kecil di wilayah Aceh pada masa dahulu.
Kerajaan ini berkuasa sekitar tahun 1785 – 1832 Masehi. Kini lokasinya masuk dalam wilayah Kecamatan Kuala Batee yang berbatasan dengan Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya.
Meski memiliki wilayah yang kecil, namun nama Kuala Batu pernah membuat geger Amerika Serikat pada tahun 1832, saat beberapa anak buah kapal kargo asal Amerika dibantai oleh penduduk di wilayah ini.
Presiden Amerika Serikat kala itu, Andrew Jackson sampai mengirimkan kapal perang USS Potomac di bawah Komodor John Downes untuk menghukum penduduk Kuala Batee atas kejadian itu.
Peristiwa ini sekaligus menjadi awal dari berakhirnya kekuasaan Kerajaan Kuala Batu, di wilayah Aceh Barat Daya.
(Baca: VIDEO - Ladang Perang Pertama Marinir Amerika Serikat di Asia Tenggara)
(Baca: Pria Amerika Ini tak Beragama, Tapi Dia Bilang Suara Azan Begitu Indah, Begini Reaksi Warganet)
Sejarah Kuala Batu
Dikutip dari berbagai sumber, Kerajaan Kuala Batu sebenarnya adalah pecahan dari Kerajaan Lama Muda.
Sedangkan Kerajaan Lama Muda adalah lanjutan dari Kerajaan Lama Tuha yang diterjang banjir pada pertengahan abad 18 (1740 M).
Bangunan benteng Kuala Batee dan Pelabuhan Kuala Batu yang sempat diserang Amerika Serikat akibat politik dagang pada tahun 1832 dibangun ketika kerajaan tersebut dipimpin atau di bawah pemerintahan Raja Cut Ampon Tuan pada tahun 1785.
Dalam masa ini pula, Kuala Batu meraih kejayaannya hingga berhasil mencetak mata uang sendiri sebagai alat tukar yang sah.
Kerajaan Kuala Batu hancur setelah diserang angkatan laut Amerika Serikat pada tahun 1832.
(Baca: VIDEO - Kakek Ini Ceritakan Penemuan Meriam Emas 70 Kg dari Mimpinya)
(Baca: VIRAL Video Seorang Ayah Kumandangkan Azan di Telinga Bayinya yang Terbujur Kaku, Sedih Bikin Nangis)

USS Potomac
Dikutip dari Wikipedia.org, USS Potomac adalah fregat (kapal perang) milik Angkatan Laut Amerika Serikat.
Potomac mulai dibuat pada bulan Agustus 1819 di Washington Navy Yard dan diluncurkan pada bulan Maret 1822.
Hingga tahun 1831, kapal ini belum dilengkapi secara menyeluruh. Kapten John Downes mendapatkan komando sebagai perwira komandan pertamanya.
Dalam perjalanan lintas samudera pertamanya, Potomac meninggalkan New York pada tanggal 19 Agustus 1831 ke Skuadron Pasifik melalui Tanjung Harapan.
Pada tanggal 6 Februari 1832, Potomac yang sejatinya hendak membawa Menlu Amerika (kala itu) Martin Van Buren ke Britania Raya (Inggris) diarahkan ke Aceh dan menyerang Kuala Batee sebagai pembalasan atas pembajakan kapal Friendship dari Salem, Massachusetts.
(Baca: Peluru Meriam Diduga Milik Serdadu Amerika Diamankan Polsek Kuala Batee, Begini Sejarahnya)
Penyerangan ini atas perintah langsung Presiden Amerika (kala itu) Andrew Jackson, yang marah atas tindakan pembunuhan anak buah kapal kargo milik perusahaan asal Amerika oleh penduduk Kuala Batee.
Peristiwa yang memantik kegemparan sekaligus kemarahan penduduk Amerika Serikat ini, terjadi pada bulan Februari 1831.
Potomac tiba di Kuala Batee pada tanggal 5 Februari 1832.
Di sana, Downes bertemu Poh Adam (seorang penduduk lokal) yang mengatakan bahwa penguasa setempat sama sekali tidak mau membayar ganti rugi atas serangan ke Friendship.
Komodor Downes kemudian memutuskan menyamarkan kapalnya sebagai kapal dagang Denmark agar tak dikenal oleh penduduk sekitar.
Penyamaran itu berlangsung mulus sampai-sampai ketika beberapa penduduk sekitar menaiki Potomac untuk menjual sekargo lada, mereka ditahan mendadak agar penduduk Kuala Batee tidak sadar ada kapal Amerika Serikat yang mempersiapkan pembalasan.
(Baca: Warga Abdya Temukan Peluru Meriam, Diyakini Peninggalan Serdadu Amerika Saat Bombardir Kuala Batu)
Downes kemudian mengirim sekelompok pengintai ke pelabuhan, namun berhasil diusir oleh penduduk setempat.
Di samping 3 kapal di pelabuhan, 5 benteng diketahui mengawal kota dekat pesisir.
Downes memerintahkan 1 detasemen dari 282 marinir dan nakhoda ke perahu kapal, yang beberapa dari perahu itu sudah dilengkapi dengan meriam ringan.
Dari perahu itulah, para nakhoda dan marinir Potomac membakar kapal-kapal Aceh di pelabuhan Kuala Batee dan menyerang benteng kota.
Sementara bantuan dari senapan-senapan Potomac digunakan untuk membalas tembakan dari benteng Kuala Batee.
(Baca: Ini 6 Kekuatan Militer Korea Utara, Bisa Kalahkah Amerika Serikat dan Korea Selatan)
Senapan modern yang digunakan AS jauh lebih baik dibandingkan dengan senapan kunci korek milik pasukan Kuala Batu yang sudah ketinggalan zaman.
Namun penduduk berperang dengan sengit dan pertempuran bergeser ke pertarungan tangan di mana salah satu raja yang menguasai benteng terbunuh bersama 150 jawara lainnya.
Di pihak AS, hanya 2 yang tewas selama serangan dan 11 nakhoda dan marinir lainnya luka-luka.
Setelah benteng pesisir tersebut jatuh, penduduk Kuala Batu yang tersisa melarikan diri ke pedalaman, bersembunyi di benteng-benteng (kini disebut Madat) di kawasan sekitar.
Namun alih-alih menggunakan benteng yang tersisa tersebut, marinir Amerika menyerang kota.
Perampokan dan penjarahan skala besar terjadi hampir di seantero kota disertai dengan banyaknya penduduk yang terbunuh.

Downes kemudian memerintahkan anak buahnya kembali ke kapal dan mengebom benteng ke-5 dan juga kota Kuala Batu, hingga pimpinannya yang selamat setuju untuk menyerah. Serangan tersebut memakan korban 300 penduduk lainnya.
Setelah memberi perlawanan sengit, penguasa Kuala Batee akhirnya menyerah dan meminta ampun.
Downes berkata bahwa jika ada kapal AS lain yang diserang lagi, tindakan yang sama akan dijalankan terhadap pelakunya.
Penguasa lain dari wilayah sekitarnya juga mengirim delegasi ke kapal itu dan meminta dengan sangat agar mereka tidak diperlakukan sama seperti Kuala Batee.
Downes meninggalkan daerah itu untuk melanjutkan perjalanannya mengitari bumi, berhenti di Hawaii dan menghibur raja dan ratu di sana di atas kapalnya.
Setelah mengelilingi dunia, Potomac kembali ke Boston pada tanggal 23 Mei 1834.
(Baca: VIDEO - Buronan Interpol Ditangkap di Sabang)
Potomac kemudian mengadakan perjalanan sebanyak 2 kali ke Skuadron Brasil untuk melindungi kepentingan AS di Amerika Latin (20 Oktober 1834-5 Maret 1837 dan 12 Mei 1840-31 Juli 1842).
Antara tanggal 8 Desember 1844-4 Desember 1845, Potomac meronda Hindia Barat, dan kembali meronda di Karibia antara tanggal 14 Maret 1846-20 Juli 1847.
Selama masa terakhir, Potomac mendarat di Port Isabel, Texas, pada tanggal 8 Mei 1846 untuk mengangkut tentara yang dipimpin Jend. Zachary Taylor dalam Pertempuran Palo Alto.
Potomac juga ikut serta dalam Pengepungan Veracruz antara tanggal 9-28 Maret 1847.
Potomac bertindak sebagai kapal pemimpin untuk Skuadron Dalam Negeri antara tahun 1855–1856.
Saat Perang Saudara Amerika pecah, kapal ini bertolak dari New York City pada tanggal 10 September 1861 ke Skuadron Blokade Teluk lepas Teluk Mobile.

Pada saat ini, William T. Sampson bertugas di kapal hingga tanggal 25 Desember 1861 ketika dipindahkan ke Water Witch sebagai perwira eksekutif.
Potomac menjadi kapal perbekalan untuk skuadron dan tetap di Pensacola Navy Yard sebagai kapal penerima hingga tahun 1867, ketika dikirim ke Philadelphia.
Potomac tetap di League Island Navy Yard, Philadelphia hingga dinonaktifkan pada tanggal 13 Januari 1877. Kapal ini dijual ke E. Stannard & Company pada tanggal 24 Mei 1877.
Buku Quallah Battoo
Kisah pertempuran Kuala Batu ini, diabadikan dalam buku berjudul “Quallah Battoo” yang ditulis oleh Dr. Ronald Stephen Knapp dan diluncurkan pada 29 Agustus 2017.
Buku yang dijual online seharga $ 14,99 itu memiliki total 412 halaman.
Secara ringkas, buku itu menceritakan kisah nyata serangan 1831 oleh "bajak laut Sumatera yang kejam" di kapal lada Salem, yang dipimpin oleh Kapten Charles Moses Endicott yang cakap.
Pembunuhan brutal terhadap orang Amerika terjadi di Sumatera, sebuah pulau yang berbahaya dari para pedagang dan rajas yang ganas, di mana hanya para pemberani yang berani yang berani berpetualang.
Berita kematian orang Amerika mendorong Presiden Andrew Jackson untuk mengirim Potomac pada pelayaran perdananya untuk memberikan keadilan dan menunjukkan kekuatan angkatan laut Amerika kepada dunia.
Tonton video liputan khusus Jejak Kerajaan Kuala Batu berikut ini.
(*)