Luar Negeri

Di Kota Ini, Kalajengking Bukan Diambil Racunnya tapi Dibakar dan Dimakan

Di musim kemarau, kolojengking banyak bersarang di lubang-lubang tanah di bawah rumpun bambu.

Editor: Faisal Zamzami
Kolase/Serambinews.com
Kalajengking 

SERAMBINEWS.COM - Di kawasan pedesaan Daerah Istimewa Yogyakarta(DIY), ketika musim kemarau tiba akan ditandai dengan pohon-pohon jati yang meranggas daunnya dan juga rumpun bambu yang tampak mengering.

Daun-daun bambu kering yang jatuh menumpuk dan di DIY disebut ‘uwuh’ itu biasanya dikumpulkan dan kemudian dibakar  saat sore hari.

Kegiatan membakar daun bambu yang kemudian dikenal dengan nama ‘ngobong uwuh’ itu akan tambah meriah jika disertai acara membakar singkong.

Tapi jika tak ada singkong, hewan beruas dan beracun yang di DIY disebut kolojengking /ketonggeng (kalajengking) pun bisa dibakar dan disantap karena rasanya lezat dan gurih.

Di musim kemarau, kolojengking banyak bersarang di lubang-lubang tanah di bawah rumpun bambu.

Untuk menangkapnya pun sebenarnya cukup mudah.

Baca: Sebut Netizen Enggak Jelas, Yulia Mochamad Tak Terima Dibilang Janda Gatel, Begini Curhatnya

Baca: Calon Anggota KIP Bireuen Ikut Ujian Tulis, Ini Jadwal Pengumuman dan Tahapan Lainnya

S

Caranya, dengan menggunakan lidi dari daun kelapa yang masih muda lalu diikat ujungnya berbentuk lingkaran kecil.

Setelah itu batang lidi dimasukan ke lingkaran itu.

Lingkaran lidi yang merupakan jebakan itu kemudian dimasukkan ke dalam liang tempat kolojengking bersarang.

Biasanya kolojengking akan mencapit lidi itu, sehingga ketika lidi ditarik kakinya  langsung terjerat.

Di kawasan DIY, kolojengking  merupakan kalajengking bertubuh raksasa karena bisa sebesar telunjuk jari orang dewasa dan tampak sangat mengerikan.

Baca: 1.605 Sertifikat Gratis Dibagikan Kepada Warga Aceh Barat Daya, Ada yang tak Bisa Diproses

Baca: VIDEO - Menyantap Sate Gurita di Tepi Pantai Sabang

S

Kolojengking  memiliki racun yang berada di ujung ekornya dan para penangkap kolojengking  diwanti-wanti jangan sampai disengat karena akan merasakan sakit yang luar biasa.

Tapi setelah ekor yang beracun dilepas dengan cara dipotong, kolojengking  menjadi binatang tidak berbahaya.  

Lalu bisa dibakar dan dimakan langsung karena rasanya mirip belalang goreng.

Sejauh pengalaman penulis yang pernah berburu kolojengking, yang paling berbahaya adalah yang sudah berwarna kebiru-biruan seperti bersinar karena racunnya bisa mematikan.

Tapi setelah ekornya dilepas dan dibuang, kolojengking raksasa berwarna kebiru-biruan itu enak juga ketika dimakan sambil ‘ngobong uwuh’ dan menunggu matangnya singkong bakar. (bbc indonesia)

Baca: Baca Bismillah, Bupati Aceh Besar Lepas Ribuan Peserta Jalan Santai

Baca: Sanggar Kesenian Aceh UGM Raih Juara Umum dalam Kompetisi Tari Dunia di Paris

Baca: Bupati Aceh Besar Ikut Jalan Santai Bersama Ribuan Warga di Kota Jantho

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved