Israel Tolak Turis dari Indonesia, Akankah Masjid Aqsa Semakin Sulit Dikunjungi?

Saat ini, wilayah tempat beradanya tiga situs penting bagi tiga penganut agama Samawi ini diklaim menjadi bagian dari Negara Israel.

Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
AFP Photo/Thomas Coex
Pemandangan Kompleks Masjidil Al-Aqsa di Yerusalem, dengan bangunan Masjid Kubah As-Sakhrah (Dome of The Rock) yang tampak menonjol. 

Dikutip dari Kompas.com, Indonesia dan Israel sampai saat ini tak memiliki hubungan diplomatik.

Namun, untuk urusan wisata khususnya wisata religi di Israel, turis Indonesia memiliki visa khusus.

Seperti diketahui, setiap tahun umat Muslim dari berbagai negara, termasuk dari Indonesia, mengunjungi Masjid Al-Aqsa dengan visa khusus.

Selain itu, umat Kristen Indonesia juga melakukan ziarah ke Yerusalem, tempat di mana Gereja Suci Makam Kudus berada.

Umat Muslim berkumpul di kompleks Masjid Al-Aqsa untuk berdemonstrasi soal pengakuan Presiden AS Donald Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada 8 Desember 2017.
Umat Muslim berkumpul di kompleks Masjid Al-Aqsa untuk berdemonstrasi soal pengakuan Presiden AS Donald Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada 8 Desember 2017. (Anadolu Agency/Salih Zeki Fazl?o?lu)

Menanggapi ditutupnya akses wisatawan Indonesia ke Israel (Israel-Palestina), Ketua Umum Asosiasi Tour Travel Agent Indonesia (Asita) Asnawi Bahar angkat bicara.

Ia mengatakan Israel terlalu provokatif dalam menanggapi isu. Padahal hal itu bisa merugikan mereka.

Asnawi melihat hal tersebut sebagai dinamika politik internasional, juga dampak dari tindakan-tidakan Israel di Timur Tengah, yang direspon oleh Indonesia. Hal itu sedikit banyak berpengaruh terhadap pariwisata.

"Menurut saya Israel terlalu provokatif dan berlebihan terhadap kita, mencegah wisatawan Indonesia masuk ke sana. Orang kita ke sana mau wisata kok, mau liburan, bukan mau apa-apa, tapi tidak tahu kalau ada indikasi intelijen," tuturnya dilansir Kompas.com, Kamis (31/5/2018).

(Baca: Rahasia Baru Terbongkar, foto Putri Diana dan Pangeran Charles Selama Ini Palsu)

Menurut Asnawi, dalam jangka panjang hal ini akan merugikan Israel. Baik Israel atau Palestina akan kehilangan banyak devisa yang seharusnya masuk dari pariwisata.

"Jelas ini merugikan Israel, dan saya himbau supaya kita jangan memaksakan ke sana. Untuk sementara waktu, (umat Kristen) masih ada Vatikan yang lebih proper, kenapa harus memaksakan ke Israel," tuturnya.

Ia meminta para agen tour dan travel Indonesia turut merespon kebijakan Israel ini dengan tidak menjual paket-paket Israel untuk waktu yang belum bisa ditentukan. 

"Kita harapkan rakyat Indonesia ada rasa nasionalismenya juga. Sudah jelas-jelas kita diberlakukan seperti itu, jadi ngapain juga kita ke sana kalau sudah dilarang. Kita tidak rugi besar, masih ada alternatif lain," tuturnya.

Berbicara soal kerugian, menurutnya kerugian tour travel Indonesia tidak seberapa dengan kerugian di pihak Israel dengan adanya kebijakan itu. 

"Soal kerugian, tidak ada dampak kerugian yang banyak, bahkan nyaris tidak ada. Karena kita kan membuang devisa ke sana, dan kuantitas masyarakat kita ke sana juga tidak banyak," ujarnya.

Ia mengatakan dari puluhan tour travel yang menyediakan perjalanan ke sana, tiap satu bulan sekitar lima sampai enam perjalanan saja yang bisa diakomodir.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved