Kantor Imigrasi, 'Neraka' bagi WNA 'Bermasalah' yang akan Mengunjungi Malaysia
Orang-orang yang ditolak masuk ke negara itu juga dirampas hak-hak dasar mereka, dan tidak bisa membela diri, tambahnya.
Daniel mengatakan begitu para petugas menyadari dia seorang transgender, mereka mengolok-oloknya di depan yang lain.
Petugas itu memanggil rekan-rekannya yang lain, mengolok-olok, dan mengancamnya dengan kekerasan fisik. Bagasi dan ponselnya juga disita.
Nasib serupa juga dialami Walter, warga Afrika Selatan yang juga meminta anonimitas, ditolak masuk setelah tiba di bandara di Kuala Lumpur pada bulan Mei.
Walter, yang telah berkeliling Asia selama enam bulan, ditahan di sebuah sel tahanan.
"Kondisi di dalam sel itu menjijikkan," katanya. “Toiletnya terbuka dan dilihat semua orang, bahkan di luar ruangan."
"Seluruh ruangan berbau urin dan kotoran. Kami harus tidur di lantai semen yang dingin dan kotor, dan mereka tidak menawarkan makanan sehingga saya tidak bisa makan. Mereka hanya menawarkan sebotol air." ujarnya.
Seperti Daniel dan Lee, Walter dilarang berkomunikasi dengan dunia luar.
Baca: Rupiah Kembali Melemah ke Rp 14.442 Per Dollar AS
“Tidak ada yang tahu di mana saya selama 24 jam dan saya tidak diizinkan untuk berbicara dengan keluarga, teman atau [perwakilan dari] negara saya."
"Ketika saya mendorong lebih jauh dan bertanya mengapa, dua petugas mengancam saya dan menyuruh saya untuk diam dan duduk," akunya.
Walter juga mengatakan, dia menyaksikan petugas shift malam menawarkan kesempatan kepada para tahanan untuk menyogok mereka.
Dua orang masing-masing membayarnya 3.500 ringgit (US $ 860) dan dokumen mereka diproses di tempat. "Mereka dibebaskan segera dan dikirim kembali ke tempat mereka berasal," kata Walter.
Glorene A. Das dirut Tenaganita, yang berfokus pada hak-hak perempuan dan pekerja migran, menyampaikan tanggapannya melalui email kepada The Post.
Mereka sependapat dengan kondisi di pusat penampungan imigrasi di Bandara Internasional Kuala Lumpur dan di tempat lain di Malaysia sangat menyedihkan dan tidak dapat ditolerir.
Baca: Beda dengan Pangeran George, Princess Charlotte Tidak Membungkuk pada Ratu Elizabeth, Alasannya?
Glorene A. Das juga menyoroti laporan yang diterbitkan pada tahun 2017, lebih dari 100 orang asing di pusat imigrasi Malaysia meninggal dalam dua tahun sebelumnya sebagai akibat dari "berbagai penyakit dan penyebab yang tidak diketahui".
Lebih dari separuh korban adalah pengungsi etnis Rohingya yang melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar.