Asian Games 2018
Sama-sama Berlaga di Asian Games 2018, Ini Beda China, Taiwan, Hong Kong, dan Macau
Dalam daftar perolehan medali Asian Games 2018, keempat negara ini sama-sama disematkan nama China.
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
Tahun 2014, Hong Kong sempat bergejolak dengan hadirnya protes Revolusi Payung di bawah pimpinan remaja kurus yang ditakuti Beijing, Joshua Wong. Warga melakukan demonstrasi besar-besaran menginginkan hak demokratis untuk memilih pemimpin baru mereka tanpa intervensi Tiongkok. Sampai saat ini sikap anti-Tiongkok oleh generasi muda Hong Kong masih tetap berlanjut, terutama di kampus. Beberapa mahasiswa Hong Kong seringkali menyindir mahasiswa asal Tiongkok dengan sifat dan perilaku buruk mereka sampai membuat ketidakharmonisan di antara mereka.
Banyak juga orang Hong Kong yang tidak menerima jika disebut sebagai Chinese. Mereka lebih suka disebut sebagai Cantonies (orang Kanton).
Saya sempat berdiskusi dengan seorang aktivis mahasiswa Hong Kong. Salah satu ketakutan dan ketidaksukaan mereka terhadap Pemerintah Beijing adalah adanya upaya untuk mengembangkan sebuah nilai “nasionalisme Tiongkok” ke negara mereka. Termasuk kewajiban berbahasa Mandarin yang bukan bahasa orang Hong Kong. Ketakutan lainnya adalah masuknya paham komunisme ke Hong Kong, dan dibatasinya akses informasi, terutama internet seperti yang terjadi di Tiongkok saat ini.
Keempat adalah Macau (Macao). Status negara ini sama seperti Hong Kong. Macau terkenal sebagai pusat judi atau kasino terbesar di Asia dan sering dijuluki The Sin City of Asia (Kota Dosa Asia). Konon, The Venetian Macao merupakan pusat kasino terbesar di dunia dan buka 24 jam. Macau terletak tidak jauh dari Hong Kong, hanya sekitar 20 menit menggunakan kapal feri. Macau berada di bawah kekuasaan Portugis dari tahun 1557-1999 (Portuguese Macau) dan diserahkan kembali kepada Tiongkok dengan status satu negara dua sistem. Atmosfer Eropa atau Portugis masih sangat kental terasa di sini, seperti bangunan-bangunan bercorak Eropa atau informasi yang ditulis menggunakan bahasa Portugis.
Mayoritas penduduk di sini berbahasa Kantonis, Portugis, dan Inggris. Mata uangnya adalah Pataca Macau, namun Dolar Hong Kong juga berlaku di sini, dan sistem ekonominya adalah kapitalis. Suhu perpolitikan anti-Beijing di Macau tergolong adem ayem dibandingkan dengan Taiwan dan Hong Kong.
Meskipun Taiwan, Hong Kong, dan Macau bukanlah negara berdaulat, namun mereka memiliki paspor masing-masing. Orang Tiongkok yang berkunjung ke Taiwan, Hong Kong, atau Macau wajib menggunakan paspor dan sebaliknya. Bahkan warga Tiongkok yang bekerja dan belajar di Hong Kong juga diwajibkan menggunakan visa.
Jika dilihat dari ideologi dan peta politik Beijing, negara komunis tersebut tidak akan membiarkan Taiwan, Hong Kong, dan Macau menjadi sebuah negara berdaulat atau merdeka sepenuhnya. Beijing menginginkan adanya one China Policy (Kebijakan Satu Cina) atau istiah lainnya disebut “hanya ada satu Cina di dunia” untuk menjaga peradaban dan memperkuat kekuatan mereka di dunia.(*)