Kebun Lumut Dianggap Harta Nasional, Inilah Alasan Orang Jepang Terobsesi dengan Lumut
Mengingat pentingnya lumut bagi orang Jepang, bagian kuil di Kyoto yang perawatan yang cukup sulit adalah kebun lumutnya.
Kegemaran orang Jepang akan lumut juga merambah ke bidang fashion.
Dikutip TribunTravel.com dari laman Oddity Central, lumut bahkan dijadikan hiasan cincin.
Baca: Keseharian Nursaka yang Bersekolah di Indonesia, Tapi Bantu Ayahnya Cari Kaleng Bekas di Malaysia
Selain itu juga lumut menjadi hiasan rumah yang populer di Jepang.
Pasalnya, lumut membutuhkan sedikit perawatan dan air untuk bertahan hidup, sama seperti bonsai dan kaktus.
Lumut populer di kalangan ahli kebun dan pertamanan Jepang karena bisa tumbuh dengan mudah di iklim lembab Jepang.
Oichi Kiyomura (64) misalnya, telah mendapatkan julukan The Moss King atau Raja Lumut.
Ia mendapat penghasilan senilai lebih dari 30 juta yen atau setara Rp 3,9 miliar per tahun dari penjualan lumut.
Oichi pertama kali berkutat dengan lumut ketika ia menemukan lumut jenis Arahashiraga-goke saat mencari jamur dengan seorang teman.
Baca: Kios Duafa dan Mega Los Seldok Ditelantarkan, Ini Permintaan Dewan Kepada Bupati Aceh Tenggara
Lumut jenis ini sangat populer di kalangan petani Bonsai karena daunnya yang halus dan seperti sutera.
"Saya pikir tidak mungkin orang akan mengabaikan sesuatu yang begitu indah jika saya mulai menjualnya," katanya.
Lonjakan popularitas Moss dapat dijelaskan sebagian oleh sebuah buku populer Jepang yang diterbitkan pada 2011, berjudul "Mosses, My Dear Friends."
Dalam buku itu, penulis Hisako Fujii menggambarkan kecintaannya pada tanaman.
Namun, popularitas tanaman hijau di Jepang ini jauh lebih dalam daripada satu buku.
Penjelasan lebih lanjut untuk obsesi Jepang terhadap lumut adalah tanaman tersebut merupakan cerminan dari nilai-nilai budaya Jepang.
Yakni, memiliki kemampuan untuk terlihat cantik terlepas dari ketidaksempurnaannya.