Kebun Lumut Dianggap Harta Nasional, Inilah Alasan Orang Jepang Terobsesi dengan Lumut

Mengingat pentingnya lumut bagi orang Jepang, bagian kuil di Kyoto yang perawatan yang cukup sulit adalah kebun lumutnya.

Editor: Fatimah
home-designing.com

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara

SERAMBINEWS.COM - Jepang memang dikenal sebagai negara yang penduduknya terobsesi dengan hal-hal yang unik.

Terkadang, bagi orang luar Jepang, obsesi itu terlihat aneh dan tak wajar.

Tahukah kamu, orang Jepang juga memiliki semacam 'obsesi' dengan lumut?

Obsesi orang Jepang dengan lumut ini telah berlangsung selama berabad-abad.

Selain itu, ada ratusan jenis lumut yang bisa ditemukan di Jepang.

Di pegunungan Yatsugatake saja, diperkirakan ada sekitar 500 jenis lumut yang berbeda.

Lumut dianggap spesial, bahkan kebun lumut dianggap sebagai harta nasional Jepang, mengutip laman Japan-Talk.

Baca: Sering Dikira Sama Padahal Berbeda, Inilah Perbedaan Thai Tea, Teh Tarik, dan Teh Susu

Budaya Jepang memandang lumut sebagai estetika yang menyenangkan berkat teksturnya yang lembut.

Dibutuhkan waktu berabad-abad untuk mendesain kebun lumut dengan tepat.

Kegemaran orang Jepang dengan lumut juga memiliki cerita tersendiri. 

Mengingat pentingnya lumut bagi orang Jepang, bagian kuil di Kyoto yang perawatan yang cukup sulit adalah kebun lumutnya.

Baca: Sejarah Thai Tea yang Jarang Diketahui hingga Beragam Manfaatnya bagi Kesehatan

Para biarawan di Kuil Saihoji kerap dibuat repot oleh pengunjung yang merusak kebun lumut.

Sehingga, para pengunjung harus mendaftarkan jadwal kunjungan mereka tujuh hari sebelum berkunjung.

Kuil-kuil di Jepang juga telah memasang tanda peringatan bagi pengunjung untuk tidak merusak lumut.

Kegemaran orang Jepang akan lumut juga merambah ke bidang fashion.

Dikutip TribunTravel.com dari laman Oddity Central, lumut bahkan dijadikan hiasan cincin.

Baca: Keseharian Nursaka yang Bersekolah di Indonesia, Tapi Bantu Ayahnya Cari Kaleng Bekas di Malaysia

Selain itu juga lumut menjadi hiasan rumah yang populer di Jepang.

Pasalnya, lumut membutuhkan sedikit perawatan dan air untuk bertahan hidup, sama seperti bonsai dan kaktus.

Lumut populer di kalangan ahli kebun dan pertamanan Jepang karena bisa tumbuh dengan mudah di iklim lembab Jepang.

Oichi Kiyomura (64) misalnya, telah mendapatkan julukan The Moss King atau Raja Lumut.

Ia mendapat penghasilan senilai lebih dari 30 juta yen atau setara Rp 3,9 miliar per tahun dari penjualan lumut.

Oichi pertama kali berkutat dengan lumut ketika ia menemukan lumut jenis Arahashiraga-goke saat mencari jamur dengan seorang teman.

Baca: Kios Duafa dan Mega Los Seldok Ditelantarkan, Ini Permintaan Dewan Kepada Bupati Aceh Tenggara

Lumut jenis ini sangat populer di kalangan petani Bonsai karena daunnya yang halus dan seperti sutera.

"Saya pikir tidak mungkin orang akan mengabaikan sesuatu yang begitu indah jika saya mulai menjualnya," katanya.

Lonjakan popularitas Moss dapat dijelaskan sebagian oleh sebuah buku populer Jepang yang diterbitkan pada 2011, berjudul "Mosses, My Dear Friends."

Dalam buku itu, penulis Hisako Fujii menggambarkan kecintaannya pada tanaman.

Namun, popularitas tanaman hijau di Jepang ini jauh lebih dalam daripada satu buku.

Penjelasan lebih lanjut untuk obsesi Jepang terhadap lumut adalah tanaman tersebut merupakan cerminan dari nilai-nilai budaya Jepang.

Yakni, memiliki kemampuan untuk terlihat cantik terlepas dari ketidaksempurnaannya.

Konsep estetika ini sangat penting dalam budaya Jepang yang memiliki nama sendiri, yakni Wabi-sabi. 

Budaya Jepang juga sangat mementingkan sejarah dan ketekunan dari waktu ke waktu.

Hal ini senada dengan proses lumut sebagai tanaman yang tidak hanya tumbuh dalam semalam.

Butuh waktu bertahun-tahun bagi lumut untuk menutupi satu permukaan batu secara penuh.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kebun Lumut Dianggap Harta Nasional, Ini Alasan Orang Jepang Terobsesi dengan Lumut

Editor: Rizky Tyas Febriani

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved