Opini
Campak dan Rubella dari Perspektif Ekonomi
ACEH saat ini menjadi satu satunya provinsi yang belum melaksanakan kembali program nasional imunisasi Measles Rubella
Bisa kita bayangkan, pemerintah harus merogoh kocek tidak kurang dari Rp 1,7 triliun untuk melakukan pengobatan dan rehabilitasi khusus untuk penderita SRK, belum lagi ditambah dengan kasus-kasus penyakit yang mewabah yang dikarenakan rendahnya cakupan imunisasi misalnya, seperti difteri yang sejak 2017 menjadi masalah di Aceh, bahkan sampai sekarang.
Untuk Aceh, hingga saat ini kasus SRK tidak bisa dihitung, karena penulis belum mendapatkan informasi dan data riil mengenai jumlah penderita SRK. Tapi yang jelas kasusnya ada. Dengan asumsi besaran biaya pada kasus SRK di atas, sekalipun terpapar salah satu saja kelainannya, masih sangat tinggi bagi Aceh untuk dijadikan beban biaya di tengah-tengah ekonomi Aceh yang hingga saat ini masih tumbuh lambat dan terkesan tidak menggeliat.
Informasi di atas menunjukkan betapa besar biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah dan pihak pasien. Dan sejatinya, semua biaya tersebut dapat dihindari melalui tindakan preventif berupa pemberian imunisasi MR kepada seluruh anak-anak yang ditargetkan.
Biaya pengadaan vaksin tersebut, jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan dan rehabilitasi. Selain itu, pemerintah dapat mengalokasikan biaya tersebut untuk kebutuhan lain, dari pihak pasien (masyarakat) juga bisa menambah tabungan untuk menjaga keseimbangan ekonomi keluarga.
Tidak terlaksananya program imunisasi MR ini, tentu saja berdampak pada tidak tercapainya target cakupan imunisasi sebesar 95%, dan juga akan mengukuhkan kecemasan kita karena kemungkinan mewabahnya kembali penyakit campak dan rubella serta meningkatnya angka kejadian SRK di kemudian hari.
Di samping itu, tentu saja berpengaruh terhadap besaran nilai ekonomi dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Menjelang garis finish dana otsus, Aceh harus mulai serius memikirkan efisiensi, sehingga ke depan kita tidak terjebak pada frasa “darurat ekonomi”.
* M. Yamin, SE, M.Si., Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha). dr. Aslinar, SpA, M. Biomed, staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama (Unaya) Aceh. Email: ummihirzi@gmail.com