Hobi Berbohong tapi Tak Menyadarinya, Bisa Jadi Anda Mengidap Penyakit Mithomania
Walau sering ketahuan berbohong, para pengidap Mithomania justru tidak mau mengaku dan malah memanipulasi semuanya.
Semakin orang lain percaya dengan kebohongannya, ia merasa lega karena ‘kenyataan’ yang sulit diterimanya itu terasa berkurang.
Mithomania sering pula disebut pembohong patologis, ia memang cenderung terdorong dan terbiasa untuk berbohong.
Namanya juga berbohong. Kebohongan yang satu akan menghasilkan kebohongan-kebohongan lainnya.
Ketika ketahuan bisa repot urusannya. Kita akan salah tingkah dan malu jika ketahuan berbohong.
Tapi berbeda dengan seorang mithomania, ia memang pembohong ulung yang dapat memutarbalikkan cerita hingga akhirnya kita percaya kepada kebohongannya yang lain.
Ia sangat lihai membuat kita terkesan dan percaya pada cerita positifnya.
Buruknya, kebohongannya itu berakibat tidak baik bagi orang yang dibohongi.
Baca: Ibu Tien Soeharto Pernah Minta Pemprov Aceh Bawa Tari Saman, tapi yang Dikirim Malah Tari Meuseukat
Cerita-cerita bohongnya malah mengganggu kepercayaan dan keyakinan pribadi kita.
Bahkan keteguhan kita bisa goyah dan mempercayai cerita baru yang dikarangnya.
Ketika kita sadar bahwa kita telah dibohongi dan mengonfrontasinya, ia akan mengelak dengan kemarahan.
Lalu akan mulai berbohong lagi, dan memanipulasi cerita lagi.
Baca: Dahnil Anzar : Prabowo Jadi Korban Kebohongan Ratna Sarumpaet
Semakin ia tersudut, ia akan mulai cerita berbelit-belit dengan cerita baru alias ngeles.
Semakin ia sadar ia berbohong, ia akan semakin menjadi-jadi.
Seorang mitomania adalah korban. Ia korban dari kenyataan hidup dan penderitaan yang tidak bisa diterimanya.
Bisa dibilang orang ini memakai topeng.
Baca: 900 Siswa SMA Se-Banda Aceh Ikut Tes Urine, Kadisdik Aceh: Ini bukan Operasi untuk Menangkap Siswa