Irwandi Yusuf: Ini Cinta Orang Dewasa
Irwandi Yusuf datang ke Gedung Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta
PENGANTAR -- Tak banyak yang berubah dari seorang Irwandi Yusuf. Gubernur nonaktif Aceh yang kini ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu tetap seperti sedia kala. Bicaranya blak-blakan dan sering sambil tertawa. Sama sekali tak terlihat gurat kesedihan di wajahnya.
Pada Kamis (25/10/2018) lalu, Irwandi Yusuf datang ke Gedung Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta. Ia tampil sebagai saksi terhadap Bupati nonaktif Bener Meriah, Ahmadi SE, dalam kasus suap Dana Otonomi Khusus Aceh (DOKA).
Sebelum memberikan kesaksian di hadapan majelis hakim, putra Bireuen yang jebolan Oregon State University, Amerika Serikat, ini menyediakan waktu berbincang dengan Fikar W Eda dari Serambi Indonesia. Percakapan dilakukan sambil Irwandi makan siang, dengan nasi kotak yang disiapkan KPK. Berikut petikan wawancara itu.
Apa kabar Anda selama ini?
Kabar baik. Sampaikan salam saya ke seluruh Aceh. Kepada rakyat Aceh. Kepada para pemimpin Aceh semuanya. Kepada semua yang ada di Aceh.
Bagaimana kesehatan Anda?
Sangat baik.
Tapi kelihatannya agak kurusan?
O, justru inilah berat ideal badan saya, yakni 65 kilogram. Dulu agak lebih berat, 73 kilo. Sekarang, justru pas.
Apa rahasianya sehingga sekarang berat badan Anda bisa ideal. Apakah olaharaga rutin?
Saya menjaga makanan. Juga olahraga rutin. Olahraga saya, main pingpong di tahanan. Pikiran juga sudah ringan.
Bagaimana Anda memaknai persoalan yang sekarang sedang membelit sehingga harus ditahan oleh KPK?
Semua ini sudah ditentukan Allah. Apa hikmah di belakangnya, kita semua tak tahu. Yang pasti, beginilah yang sudah digariskan. Ya, kita jalani saja.
Ini bentuk ujian?
Ada yang diuji dengan sebab tuduhannya, yaitu KPK. Ada yang diuji dengan musibahnya. Ada yang diuji dengan kesabarannya, yaitu istri.
Kakak (Darwati A Gani) bagaimana menanggapi kasus ini?
Kakak terpukul. Kalau anak-anak biasa saja.
Sekarang ini, apa yang paling Anda rindukan?
Bagi orang yang sedang ditahan, tentu rindu kebebasan.
Mungkin ada yang spesifik?
Begini. Aku bayangkan, saat aku bebas, aku akan terbang (dengan pesawat milik Eagle One-red). Tapi sekarang sedang rusak. Pesawat itu di pabrik.
Menurut renungan Anda, apa arti di balik semua ini?
Aku membaca hikmahnya saja. Antara lain, bisa mempertebal ibadah. Kalau sudah begini tidak juga ibadah, ya sudah nggak tahu lagilah. Dulu, jangankan yang sunah, perkara-perkara yang wajib saja kadang terlupa. Nah, sekarang semuanya menjadi lebih tertib. Inilah, antara lain, hikmah yang bisa aku petik.
Oh, ya sekarang sedang heboh perbincangan tentang hubungan Anda dengan Steffy Burase. Bagaimana sebetulnya duduk soal hubungan ini?
Hampir menikah, tapi belum jadi.
Tak jadi karena Anda tak membawa surat izin dari istri terdahulu?
Ibunya Steffy yang keras agar kalau kawin lagi harus ada izin dari istri pertama. Sebetulnya aku sudah bilang ke ibu bahwa tak perlu ada izin. Kan nggak apa-apa. Tapi ibunya berkeras.
Tapi apakah pernikahan tetap terjadi?
Untuk meng-entertaint tamu, akhirnya ayahnya yang menikahkan. Awalnya ustad yang nikahin. Saat akad nikah itu, aku pun jawabnya sesuka hati. “Aku jawab, menerima nikahnya untuknya. Bukan untukku....hahaha..aku jawab sesuka hatiku...hahaha..haha..”
Artinya nikahnya ada?
Ada. Tapi nikahnya untuk meng-entertaint tamu.
Anda memang berniat mau nikahi Steffy?
Iya. Nah, karena batal nikah di Jakarta pada tanggal 8 itu, terus kita berangkat umrah. Rencananya ke umrah itu mau nikah. Rencana. Tapi gak jadi juga. Kemudian rencana mau nikah lagi pada 5 Juli. Tapi batal lagi. Karena tanggal 3 Juli aku ditangkap...ha..ha..ha..
Apakah Anda sungguh mencintai Steffy?
Ini masalah orang dewasa. Ini cinta orang dewasa. Ini cinta logikalah. Aku melihat dia sudah mau hijrah. Pakaiannya dari yang kebarat-baratan sudah jadi berhijab. Dia (Steffy) berubah.
Di mana kenal dengan Steffy?
Di Moscow. Steffy datang dalam rangka pameran tenun Indonesia di Moscow.
Apakah di situ langsung tertarik?
Nggak...Sebetulnya dia awalnya kenal dengan Tgk Nash (Tgk Nashrudin) yang sedang di Finlandia. Steffy kenal aku dari Tgk Nash. Baru kemudian bertemu di Moscow.
Anda kabarnya mengirim banyak sekali uang ke Steffy?
Pernah. Lumayan juga. Hampir 800 juta. Mungkin kalau dihitung dengan yang kecil-kecil sampai 1 miliar. Itu untuk kebutuhan talangan kegiatan Aceh Maraton. Sebab penyelenggaraan makin dekat. Tapi dana belum cair.
Itu uang dari mana?
Aku pinjam dari Mukhlis (pengusaha di Bireuen). Yang penting program Aceh Maraton sukses. Waktu itu, Steffy tak punya kantor. Acara makin dekat. Gaji stafnya juga belum ada karena uang belum cair dari Pemda. Makanya aku bayar.
Terus, kasus yang Anda hadapi ini bagaimana?
Inilah yang aku tidak mengerti sampai sekarang. Tiba-tiba kutahu si Hendri Yuzal (ajudan-red) ditangkap. Katanya terkait dengan DOKA. Aku tidak tahu apa itu DOKA. Rupanya DOKA singkatan Dana Otonomi Khusus Aceh. Ini aku baru tahu saat diperiksa di Polda. Walau gubernur, aku tak tahu DOKA. Dulu kan namanya Dana Otsus Aceh.
Bagaimana Anda jalani pemeriksaan itu?
Ditanya kenal Ahmadi. Saya jawab kenal. Muyassir kenal? Tidak kenal. Dailami kenal? Aku jawab kenal. Aku jawab sejujurnya.
Katanya Anda dikaitkan dengan proyek ijon bersumber dari DOKA?
KPK memang menyebut ada praktek ijon proyek yang bersumber dari Dana Otonomi Khusus Aceh. Aku makin bingung. Proyek apa yang diijon. Seolah-olah aku dikatakan banyak terima dari daerah kabupaten yang mendapat proyek DOKA. Makin bingung aku. Sama sekali aku gak ngerti. Sebab semua itu kan ada timnya. Ada prosesnya kan.
Belakangan Anda juga terkait proyek BPKS Sabang?
Itu Sabang sudah mulai diperiksa. Aku lihat tidak ada beda dengan yang sudah diperiksa dahulu. Semua dana lewat Ayah Merin. Katanya aku dapat 39 miliar. Makin aneh saja. Soalnya aku tidak pernah tahu soal ini. Dalam putusan Ruslan Abdul Gani (Kepala BPKS saat ini jalani hukuman di Sukamiskin Bandung), sudah dinyatakan bahwa tak ada dana untuk aku. Katanya lewat Ayah Merin, kalau begitu periksalah Ayah Merin. Kenapa aku yang diperiksa. Ayah Merin tak pernah diperiksa. Aku tak pernah terima. Apalagi pada 2006-2009. Yang lebih tahu Mualem. Aku tak tahu.
Lalu apa yang Anda lakukan sekarang?
Ya apalagi. Aku anggap ini semua fitnah. Dan ini akan mengurangi dosaku. Yang memfitnah aku ya hati-hati aja.
Apa pesan Anda ke rakyat Aceh?
Salam untuk Aceh. Yang sudah memfitnah, aku korupsi tanggung sendiri. Makin banyak yang nuduh atau memfitnah aku, makin berkurang dosaku. Sabang juga. Sama sekali tak tahu. Aku tak pernah lihat duitnya Seharusya aku tak bisa ditetapkan sebagai tersangka.(*)