UAS Akhiri Tausiah di Langsa
Dai kondang asal Riau, Ustadz Abdul Somad (UAS) Lc MA mengakhiri tausiah secara marathon di Serambi Mekkah ini di Langsa
* Diawali dari Negeri Seribu Bukit, Gayo Lues
IDI - Dai kondang asal Riau, Ustadz Abdul Somad (UAS) Lc MA mengakhiri tausiah secara marathon di Serambi Mekkah ini di Langsa, seusai shalat Subuh sampai jelang pagi pada Senin (12/11). Tausiah dimulai dari Blangkejeren, Gayo Lues (Galus) pada Kamis (8/11) sore, eusai shalat Ashar.
UAS menyampaikan tausiah di Masjid Baiturrahim, Gampong Paya Bujok Seuleumak, Kecamatan Langsa Baro, Senin (12/11) pagi yang dihadiri ribuan warga, sama seperti daerah lainnya di Aceh yang dikunjungi UAS sebelumnya. UAS juga meminta umat Muslim untuk terus mensyukuri atas lahirnya Nabi Muhammad SAW.
“Di sekolah, buatlah cerdas cermat tentang perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, agar anak dan cucu kita mengenal beliau,” ujarnya. UAS dalam berdakwah kali ini, mengajak umat Islam memperbanyak kurban, sedekah dan menolong agama Allah SWT ini.
Sedangkan ribuan masyarakat Kota Langsa sudah mulai berdatangan jelang shalat Subuh dan yang menjadi imam, Ustadz Abdul Somad dengan makmum sekitar 3.000 jamaah. Masjid yang berkapasitas 2.000 jamaah itu tak mampu menampung seluruh jamaah yang hadir, sehingga sebagian shalat di halaman depan hingga badan jalan dan sekitar halaman masjid.
Sejak Minggu (11/11) malam, Langsa dan sekitarnya diguyur hujan deras dan reda jelang shalat Subuh, tetapi badan jalan becek, sehingga jamaah memaksa masuk ke pekarangan masjid. Meski cuaca dingin, tak menyurutkan minat jamaah mendengarkan tausiah dari UAS yang berlangsung satu jam mulai pukul 05.30 WIB.
Sekitar pukul 06.30 WIB, UAS mengakhiri ceramahnya dan langsung bergegas menuju rumah Ketua IKAT Kota Langsa, Syaiful, ditemani Wali Kota, Usman Abdullah untuk sarapan pagi. Seusai berkunjung ke Pesantren Tahfidz Quran Wahyu Rizky, di Gampong Matang Seulimeng, UAS dan rombongan alumni Timur Tengah asal Aceh melanjutkan perjalanan ke Bandara Kualanamu, Sumut, untuk kembali ke Pekanbaru, Riau.
Tausiah subuh UAS di Langsa kemarin difasilitasi oleh Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Kota Langsa, Ikatan Alumni Pasantren Darul Arafah Langsa, bekerjasama dengan Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Baiturrahim, anggota DPRK Langsa, Maimul Mahdi, Barisan Muda (BM), dan lainnya.
Sebelumnya, UAS melakukan safari dakwah secara marathon selama lima hari berturut-turut, walau pada satu kesempatan harus ke Jakarta. Seperti seusai tausiah di di Kecamatan Sawang, Aceh Utara pada Sabtu (10/11) malam, langsung berangkat ke Medan melalui jalur darat dan pada subuh terbang ke Jakarta mengisi acara Hijrah Fest.
Tetapi, pada Minggu (11/11) pukul 10.40 WIB, UAS kembali terbang ke Kualanamu menggunakan helikopter yang dicarter pihak Hijrah Fest dan tiba di Kualanamu pukul 13.05 WIB dan 25 menit kemudian, terbangh lagi ke
Bandara Malikussaleh menggunakan Garuda Indonesia Airways. Pada Minggu (11/11) sore, kembali lagi ke Aceh mengisi tausiah di Lhoksukon, Aceh Utara.
Seusai Lhoksukon, langsung menuju Peureulak, Aceh Timur melalui jalur darat untuk menyampaikan tausiah pada Minggu (11/11) malam, tempat UAS menyatakan Peureulak merupakan tempat pertama masuknya Islam di Nusantara. Ribuan warga juga memenuhi Lapangan T Chik M Thaib, tempat tausiah UAS dilaksanakan.
Dalam tausiahnya, UAS menyinggung sejarah masuknya Islam di Indonesia yang sudah diajarkan di bangku Sekolah Dasar dan juga Kerajaan Sultan Iskandar Muda. Dia menjelaskan, zaman dahulu ada seorang laki-laki bernama Salman, keturunan bangsawan dari Kerajaan Persia, naik perahu sampai ke sebuah negeri bernama Jeumpa, Bireuen.
Di Jeumpa, Salman menikah dengan gadis anak bangsawan, lalu keturunan mereka menjadi penguasa. Lalu Islam pun datang dari jazirah Arab dan pulau pertama yang ditemukan adalah Pulau Sumatera. “Di tepi laut arah barat, ada sebuah negeri yang makmur bernama Peureulak, dan waktu itu para ulama pertama kali mendarat di negeri Peureulak ini,” ungkap UAS. Dari Peureulak, turun ke berbagai daerah lainnya di Sumatera.
Di akhir tausiyahnya, UAS meminta masyarakat Aceh Timur, agar memasukkan putra-putrinya ke dayah, sebagai penerus ulama di tanah air, untuk meneruskan syiar Islam. Tausiyah UAS yang berakhir pukul 24.00 ini disaksikan ribuan masyarakat Aceh Timur, termasuk dari kawasan pedalaman.
Sementara itu, saat tausiah di Gayo Lues, Kamis (8/11), UAS mengajak masyarakat untuk memasukan anak ke Ponpes, sehingga mampu membaca dan menghaal Quran. “Pancing nikmat Allah itu dengan mencintai dan mengalakkan mengaji Quran, sehingga rahmat itu turun ke bumi,” ujar UAS yang juga memperkenalkan beberapa rekan belajarnya di Darul Arafah dan Maroko.
Pada Jumat (9/11), Ustaz Abdul Somad (UAS) menggelar tausiah di Lapangan Musara Alun, Kota Takengon, Hujan lebat yang terus mengguyur kota Takengon dan sekitarnya selepas shalat Jumat hingga menjelang sore, tidak menyurutkan antusias masyarakat untuk mendengar langsung tausiah yang disampaikan oleh UAS.
Pada Sabtu (10/11) pagi, UAS ceramah di di lapangan Keunire, Kecamatan Pidie, Sabtu (10/11) selama 70 menit yang mendapat pengawalan ketat dari petugas keamanan. Pada Sabtu sore, Lapangan sepakbola Meureudu, Pidie Jaya (Pijay), dengan jumlah jamaah yang hadir ribuan orang.
Dari Kerajaan Melayu Peureulak ke Kerajaan Melayu Langkat, ditandai dengan Masjid Azizi di Tanjung Pura. Lalu turun lagi menjadi Kerajaan Melayu Deli, yang ditandai dengan berdirinya Masjid Raya Al-Mashun dan di belakangnya Istana Maimun.
Selanjutnya, dari Kerajaan Melayu Deli, turun lagi menjadi Kerajaan Serdang Bedagai. Kemudian Kerajaan Melayu Asahan,yang dipimpin Raja Abdul Jalil sebagai sultan pertama, putra dari Sultan Iskandar Muda dari Aceh.
UAS saat menyampaikan tausiah di Peureulak pada Minggu (11/11) malam menyatakan waktu itu, seorang laki-laki gagah perkasa dari Bumi Aceh yaitu Sultan Iskandar Muda hendak ke Selat Malaka, kemudian singgah di sebuah tanjung yang ada balainya (Tanjung Balai) dan menikah dengan seorang perempuan.
“Lalu lahirlah seorang anak laki-laki bernama Abdul Jalil dan menjadi sultan pertama di Kerajaan Melayu Asahan, yang saat ini menjadi Kabupaten Asahan,” jelas UAS. Setelah Kerajaan Melayu Asahan, kemudian turun lagi, menjadi Kerajaan Siak yang merupakan kampung halaman Ustad Abdul Somad.
“Dari Kerajaan Melayu Asahan menjadi Kerajaan Siak tahun 1723 yang merupakan kampong halaman kami,” ungkap Abdul Somad. Dia menyatakan sejak 20 tahun yang lalu, sejarah ini sudah dipelajari di SD, bahwa Islam pertama kali datang di Negeri Peureulak. “Tapi setelah usia 41 tahun, baru saya sampai ke Peureulak dan nantinya akan saya ceritakan kepada anak saya,” celotehnya disambut tawa jamaah.(zb/c49/ag/naz)