MUBES III HUDA
BREAKING NEWS - Tgk HM Yusuf A Wahab (Tu Sop) Terpilih sebagai Ketua HUDA Periode 2018-2023
Dalam musyawarah itu, ada lima figur yang ditetapkan oleh presidium sebagai calon Tanfiz PB HUDA masa khidmat 2018-2023.
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab atau yang akrab disapa Tu Sop Jeunieb terpilih sebagai ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) periode 2018-2023.
Tu Sop terpilih sebagai Ketua HUDA dalam Musyawarah Besar (Mubes) III yang berlangsung di Grand Aceh Hotel, Minggu (25/11/2018) sore.
Tu Sop, pemimpin Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb, Bireuen, dan juga Imam Besar Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU), menggantikan posisi Tgk H Hasanoel Bashry HAG yang menjabat sebagai Ketua HUDA periode 2013-2018.
Unsur panitia Mubes III HUDA, Tgk Teuku Zulkhairi kepada Serambinews.com, mengatakan pemilihan Ketua HUDA ini berlangsung Ahad (25/11/2018) sore.
Dalam musyawarah itu, ada lima figur yang ditetapkan oleh presidium sebagai calon Tanfiz PB HUDA masa khidmat 2018-2023.
Kelima figur ulama dimaksud adalah;
1. Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop)
2. Tgk Hidayat Waly
3. Tgk H. Baihaqi Yahya
4. Tgk. H. Anwar Usman Kuta Krueng
5. Tgk. H. Hasbi Albayuni
Baca: Abu Mudi, Waled Nu, Abu Paya Pasi, dan Sejumlah Nama Masuk Bursa Calon Ketua HUDA 2018-2023
Baca: Live Streaming Ceramah Ustadz Abdul Somad di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Mulai Pukul 20.00
Dari lima calon yang ditetapkan presidium, Tu Sop terpilih setelah mengantongi dukungan 20 suara dari 25 suara yang terdiri atas 23 suara hak pengurus kabupaten/kota di Aceh, serta dua suara dari pengurus besar (PB) dan Litbang HUDA.
Setelah proses pemilihan selesai, pimpinan presidium sidang, Waled Rasyidiin Nura dari Pidie membacakan penetapan Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab sebagai Ketua Tanfiz (pelaksana) terpilih Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) periode 2018-2023.
Zulkhairi mengatakan, poroses pemilihan ketua HUDA yang diikuti 300 peserta berlangsung dengan tertib dan aman.
Dalam pembahasan tata tertib pemilihan, terdapat dua opsi untuk pemilihan ketua HUDA.
Yaitu dipilih dengan jalan musyawarah aklamasi atau voting.
Karena banyak peserta Mubes menginginkan voting, maka proses pemilihan dilangsung dengan jalan voting.
Baca: Sejumlah Organisasi Santri di Aceh Bahu Membahu Sukseskan Mubes III HUDA
Setelah ditetapkan sebagai ketua terpilih, Tu Sop Jeunieb menyampaikan sambutan kepada seluruh utusan wilayah kabupaten/kota yang telah memberi amanah dan kepercayaan kepadanya sehingga terpilih untuk mengembankan amanah kepemimpinan HUDA 2018-2023.
“Ini merupakan amanah yang diserahkan oleh para guru sepuh kepada jajaran pengurus tanfiziyah (pelaksana) yang harus kita laksanakan secara bersama,” ujarnya seperti dikutip Teuku Zulkhairi.
“Karena semua kesuksesan dan keberhasilan HUDA tidak lepas dari kebersamaan dalam mengambil peran untuk kesuksesan kebijakan dan program-program HUDA yang berkaitan dengan kemaslahatan ummat dan negara menuju negeri yang Baldatun Thaibatun wa Rabbun Ghafur,” imbuh Tu Sop.
Setelah berlangsungnya proses pemilihan, peserta Mubes HUDA pada Minggu malam akan melanjutkan dengan penyusunan rekomendasi yang akan dikeluarkan untuk Pemerintah Aceh, pemerintah pusat, dan untuk internal kalangan dayah.
Seminar
Sebelumnya, pada Minggu pagi, Tu Sop menjadi pembicara pada seminar yang merupakan rangkaian Mubes III HUDA.
Seminar ini juga menghadirkan Irjen. Pol. Dr. Gatot Edi Pramono, asisten perencanaan dan anggaran Kapolri sebagai pembicara.
Gatot Edi Pramono berbicara tentang sejarah munculnya radikalisme dan upaya pencegahan yang ditempuh kepolisian.
Sementara Tu Sop menyampaikan tentang ulama dan masyarakat Aceh yang konsisten berpegang teguh dengan Ahlussunnah Waljamaah.
Dalam pemaparannya setelah sesi pemaparan Gatot Edi Pramono, Tu Sop menjelaskan bahwa ulama tetap komit dengan dakwahnya pascakemerdekaan.
Pada saat itu, kata Tu Sop, pendidikan di Aceh hanya ada dayah dan rangkang yang semuanya berada di bawah ulama.
Baca: Ini Kisah Hidup Pauwizah, Camat Perempuan Kuala Batee Sebelum Meninggal, Sosok Pintar dan Baik Hati
Ulama, kata Tu Sop, membimbing semua aspek mulai dari aqidah, kehidupan (fiqh), karakter (tasawuf).
Pada masa awal kemerdekaan, lanjut Tu Sop, dayah hanya bertahan dengan semangat keikhlasan tanpa ada biaya apapun, sehingga dakwahnya kosong karena lemahnya jangkauan yang memiliki silsilah kepada Rasulullah.
“Lalu muncullah tafrid (liberalisme) dan ifrad (radikalisme) yang berbenturan di antara kedunya di tengah masyarakat sebagai dua keseblasan yang saling bertentangan sehingga saling menghujat di antara sesama mereka. Maka para ulama mengambil posisi menjaga keseimbangan dengan mazhab Ahlussunnah Waljamaah yang sampai silsilah keilmuannya kepada Rasulullah Saw. Para ulama konsisten menjaga keseimbangan antara liberalisme sebagai ekstrim kiri dan radikalisme esktrim kanan,” kata Tu Sop.

Dalam kondisi ini, jelas Tu Sop, ulama dayah yang berada di jalan tengah yang beraliran Ahlusunnah wal Jama’ah menjadi sasaran garapan dan gempuran kelompok-kelompok liberalisme dan radikalisme.
Baca: Kisah Guru Honorer yang Awalnya Digaji Rp50 Ribu per Bulan dan Nyambi Jadi Driver Ojol
Ulama merasa prihatin terhadap fenomena hari ini yakni ilmu Ahlussunnah Waljamaah sebagai paham yang moderat (washatiyah) kosong pada kebanyakan kader-kader terbaik anak negeri karena kekosongan yang dimiliki pihak umara.
“Maka solusi yang harus kita tempuh adalah melakukan ekspansi dakwah dan merubah pola pemikiran. Karena persoalan ini terjadi karena tidak ada kekuatan yang memadai terhadap dunia pendidikan. Dalam Islam pendidikan dan ilmu terdiri dari Fardhu ‘ain dan kifayah. Inilah tugas terbesar yang harus kita revitalisasi kembali,” pungkas Tu Sop.