Nasihat Ustaz Abdul Somad Hadapi Pemilu dan Pilpres 2019: Tak Perlu Takut, Kita Bukan Negara Baru
Menurut Abdul Somad, di masa peralihan kekuasaan atau pemilu, hampir semua aspek kehidupan selalu dikaitkan dengan hal-hal politik.
SERAMBINEWS.COM - Ustadz Abdul Somad memberikan kiat untuk memilih dalam Pemilu (Pemilihan Umum) atau Pilpres (Pemilihan Presiden) 2019.
Menurut Abdul Somad, di masa peralihan kekuasaan atau pemilu, hampir semua aspek kehidupan selalu dikaitkan dengan hal-hal politik.
Mulai dari aspek sosial, ekonomi bahkan aspek agama.
Menurutnya hal tersebut adalah hal yang biasa, apalagi dengan perbedaan pilihan.
Baginya itu sangat lazim terjadi.
Namun Abdul Somad tidak membenarkan ketika ada pihak yang menyalahkan pilihan pihak lainnya.
Pernyataan Abdul Somad ini disampaikan ketika wawancara bersama Karni Ilyas di Tv One, Jumat (7/12/2018).
Saat itu, Karni Ilyas meminta pendapat Abdul Somad terkait kondisi bangsa terkini.
"Bertepatan dengan tahun politik, bagaimana menurut ustadz melihat situasi yang ada sekarang ini?," tanya Karni Ilyas.
"Saya kira di negara manapun kita tinggal bahwa yang namanya peralihan kekuasan akan selalu memberikan akses terhadap semua lini kehidupan," jawab Abdul Somad.
"Sosial, politik, agama, ekonomi, termasuk juga dalam kajian keagamaan."
"Sehingga selalu dikaitkan dengan politik."
"Selalu saya katakan bahwa berbeda pilihan adalah hal biasa."
"Tapi ketika kita menyalahkan orang yang berijtihad dengan pilihannya, di situ kita mengalami kekacauan pemikiran," kata Abdul Somad.
Lebih lanjut, Abdul Somad menegaskan pentingnya berpikir lurus atau cerdas.
Juga menggunakan hati nurani dalam menentukan pilihan.
"Mata boleh jadi berdusta karena tidak bisa melihat kayu yang bengkok di tepi sungai," kata Abdul Somad.
"Kelihatannya bengkok padahal dia lurus."
"Oleh sebab itu maka kita mesti cerdas, dalam hal ini gunakan telinga, mata dengan baik."
"Dan ada satu yang tak bisa dibohongi, nurani kita."
"Maka InsyaAllah, Allah akan memberikan kita pilihan terbaik."
"Tidak perlu takut, tidak perlu cemas, karena kita bukan negara yang baru."
"Sebelum ada republik Indonesia, kami dari pulau Sumatera, khusunya Riau, 1723 kami sudah punya Kerajaan Siak Sri Inderapura."
"Di atas kami Aceh ada yang lebih tua lagi."
"Sahabat-sahabat kita di Kalimantan, di Papua."
"Maka jangan sampai kepentingan sesaat 5 tahun ini merusak kebersaman kita," ungkapnya.
Simak videonya berikut ini.
Baca: Bertemu Messi Berkat Jersey Kantung Plastik, Kini Murtaza Harus Mengungsi dan Jadi Buronan Taliban
Baca: Harus Jual 2 Mobil Demi Beli Lamborghini Baru, Raffi Ahmad Merengek Minta Izin ke Nagita Slavina
Tanggapi adanya Kampret dan Cebong
Dalam kesempatan wawancara tersebut, Karni juga menanyakan kepada Abdul Somad tentang perpecahan massa yang terjadi jelang tahun politik.
Dikatakan oleh Karni Ilyas, saat ini massa seolah terpecah menjadi dua kubu.
Dua kubu tersebut kerap disapa 'kampret' dan 'cebong'.
Lebih lanjut menurut Karni, dua kubu tersebut berperang secara masif di media sosial.
Bahkan Karni menyebut dua kubu ini lebih nyaring suaranya dibanding calon-calon yang maju dalam Pemilu.
Atas kondisi tersebut, Karni Ilyas khawatir adanya dua kubu ini dapat memecah belah bangsa.
"Bagaimana ustadz, kalau kita lihat di media, apalagi di media sosial, seolah-olah bangsa ini terbelah dalam dua opini besar."
"Yang satu dibilang kampret yang satu dibilang cebong."
"Ini lebih keras perangnya dari pada yang kampanye terbuka, atau calon-calon yang mereka majukan."
"Saya agak khawatir sebetulnya bangsa ini terpecah begitu, dan yang lebih khusus lagi, ummat pun terasa terpecah dua."
"Bagaimana ustadz melihatnya dan apa yang ustadz ingin sampaikan agar tidak terjadi hal buruk nanti?," tanya Karni Ilyas.
Menaggapi hal tersebut, Abdul Somad mengatakan bahwa tokoh-tokoh penting yang ada di dua kubu tersebut harus dipertemukan untuk diajak rembug bersama.
Abdul Somad juga tak ingin bangsa ini terpecah hanya karena kepentingan politik sesaat alias 5 tahunan.
"Menjinakkan buaya itu sulit, tapi ada yang lebih sulit, menjinakkan pawang-pawang buaya," jawab Abdul Somad.
"Insyaallah kalau pawang-pawang ini sudah duduk bersama terlepas dari latar belakang, basic pendidikan, partai, kepentingan, duduk bersama yang kita bahas adalah kepentingan besar sebagai ummat."
"Dulu kita pernah punya masa lalu, Sriwijaya kemudian Majapahit."
"Maka jangan sampai kepentingan sesaat 5 tahun ini memporak-porandakan bangunan yang kokoh dan kuat."
"Bahwa nanti setelah kita berijtihad menurut isyarah kita ini yang kita pilih, Insyaallah Allah akan memberikan jalan."
"Maka saya pikir tokoh-tokoh intinya harus mendinginkan," imbuh Abdul Somad. (*)
Baca: Mirip Sejarah GAM di Aceh, Natalius Pigai Ungkap Awal Mula Berdirinya OPM di Papua
Baca: Kesaksian Korban Selamat dari Pembantaian KKB di Papua, 3 Hari Kabur Lewat Hutan
Baca: Potret Kesamaan antara Aksi 812 di Malaysia dengan Aksi 212 di Indonesia, Lihat Fotonya
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Nasihat Abdul Somad Menghadapi Pemilu dan Pilpres 2019: Tak Perlu Takut, Kita Bukan Negara yang Baru