Breaking News

Tsunami di Banten dan Lampung

4 Fakta Singkat Tsunami yang Menerjang Wilayah Banten dan Lampung

Gelombang tinggi juga menyebabkan kerusakan pada sejumlah bangunan dan kendaraan.

Editor: Amirullah
Kompas TV & Instagram @sutopopurwo
Video Detik-detik Tsunami Anyer, Diduga Akibat Erupsi Gunung Anak Krakatau dan Gelombang Pasang Bulan Purnama 

2. Penyebab gelombang tinggi masih diselidiki

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho fenomena gelombang pasang ini juga tidak ada hubungannya dengan erupsi Gunung Anak Krakatau.

"Sejak tadi pagi memang terjadi erupsi, namun erupsi kecil yang tidak menimbulkan pengaruh kenaikan gelombang air laut," kata Sutopo.

3. Memiliki kemiripan dengan tsunami di Palu dan Donggala

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan dalam konferensi pers pada Minggu (23/12/2018) dini hari bahwa berdasarkan ciri gelombangnya, tsunami yang terjadi kali ini mirip dengan yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah lalu.

"Periodenya (periode gelombang) pendek-pendek," katanya.

Menurut BMKG, gelombang yang menerjang bisa jadi lebih tinggi dari yang terdata sebab ada beberapa wilayah di sekitar Selat Sunda yang punya morfologi teluk seperti di Palu.

Baca: Tim Gabungan TNI dan Polri Temukan 3 Jasad Anggota KKB di Papua, 1 Dibakar untuk Hilangkan Jejak

Baca: Video - Detik-detik Panggung Seventeen Band Roboh Diterjang Tsunami di Banten

4. Diduga dipicu oleh aktivitas Gunung Krakatau

Ahli tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko melakukan kaji cepat mengenai gelombang tinggi alias tsunami kecil ini.

Widjo menduga ada indikasi tsunami dengan ketinggian tertinggi 0,9 meter tersebut disebabkan oleh erupsi Gunung Anak Krakatau yang pada Sabtu bererupsi hingga 4 kali, terakhir pada pukul 21.03 WIB.

"Kemungkinan besar terjadi flank failure/collapse akibat aktivitas Anak Krakatau petang ini dan akhirnya menimbulkan tsunami," katanya.

Jika benar hal itu sebabnya, maka fenomena ini masih bisa berulang.

"Aktivitas Anak Krakatu belum selesai dan flank atau collapse yang terjadi bisa memicu ketidakstabilan berikutnya," jelasnya ketika dihubungi Kompas.com Minggu (23/12/2018) dini hari.

Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Wawan Irawan yang dihubungi Kompas.com mengatakan, Anak Krakatau memang mengalami erupsi pada Sabtu pukul 18.43 WIB, terpantau dari Pos Pengamatan Gunung Api Pasauran.

Meski demikian, dia beranggapan bahwa erupsi Anak Krakatau terlalu kecil untuk menimbulkan gelombang besar.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved