Kisah Tsunami 2004
Selamat dari Gulungan Gelombang, Bertemu Ular Raksasa di Atas Pohon
Saat itu, sekitar dua meter di depan saya, terlihat seekor ular, kira-kira besarnya sebesar pohon pinang, dan ularitu sudah membuka lebar mulutnya.
Penulis: Ansari Hasyim | Editor: Ansari Hasyim
Dalam sampan ada ibu dan di belakang sampan ada adik perempuan, Marniah, yang bergantungan di ujung sampan. Ketinggian air saat itu masih sebatas dada. Saya sangat bahagia ketika mengetahui Azwar berhasil menemukan ibu dan adik perempuan dalam keadaan selamat. Saya terus mendekati mereka. Posisi mereka juga di Kompleks Peternakan, mendekati Jalan Lingkar Utara Kampus. Azwar sedang menarik perahu itu ke arah perkarangan rumah kami. Saya berhasil mendekati mereka. Dalam perasaan yang sangat terharu saya memeluk ibu dan adik-adik.
Ibu saya dadanya sudah patah. Saya berhasil membawa ibu dan adik ke dekat posisi
rumah kami, tepatnya ke rumah Cut Faridah, tetangga kami. Kami sekeluarga berkumpul
di atas tingkat dua rumah tersebut. Pukul 14.00 WIB saya sudah berkumpul dengan
semua keluarga di tempat itu.
Pukul 18.00 WIB kami turun dari rumah ibu Cut Faridah menuju ke Sektor Selatan Kopelma Darussalam untuk mengungsi ke rumah almarhum Pak Gazali, dosen Fakultas Hukum Unsyiah.
Kami mengungsi selama dua malam di rumah tersebut. Karena ibu sakit parah kami sekeluarga mengungsi ke
rumah famili di Peukan Bilui, Darul Imarah, Aceh Besar, sekaligus untuk berobat selama
lebih kurang satu bulan. Setelah itu, bulan Februari 2005, saya sekeluarga pindah tinggal
ke rumah kos di Desa Tanjung Selamat, Darussalam, Aceh Besar. Dalam peristiwa
tsunami, kecuali keluarga inti, saya banyak kehilangan keluaraga dari pihak ibu dan bapak.(*)
(Dituturkan Dahawan, 30 tahun, Wiraswasta, Desa Rukoh, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh seperti termuat dalam buku "Tsunami dan Kisah Mereka", diterbitkan Badan Arsip Provinsi Aceh tahun 2005)