Harga Emas Turun ke Level Terendah Dalam Sebulan Terakhir, Ini Penjelasan Analis
Pertumbuhan ekonomi China yang melambat tapi masih sesuai dengan prediksi mengurangi kekhawatiran perlambatan ekonomi global
Bahkan dalam sepekan, harga si kuning anjlok 1,08%
Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, perundingan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China mengarah ke hasil positif.
Ini membuat pelaku pasar mulai menjauhi emas.
Rencana China meningkatkan impor dari AS senilai US$ 1 triliun dalam enam tahun membuat pasar kian optimistis.
Baca: Kanker Usus Renggut Nyawa Istri Ustaz Maulana, Ini Gejala dan Faktor Risikonya
Hal tersebut diharapkan membuat surplus perdagangan China atas Negeri Paman Sam di 2024 menjadi nol.
Tahun lalu surplus dagang China atas AS mencapai US$ 323 miliar.
Wakil Perdana Menteri China Liu He dikabarkan akan mengunjungi AS pada 30 dan 31 Januari mendatang untuk putaran kedua negosiasi perdagangan.
Pertemuan tersebut menyusul negosiasi tingkat menteri yang berlangsung di Beijing pekan lalu.
Di sisi lain, permintaan emas jelang Imlek belum terlihat naik. Padahal, menurut Analis Monex Investindo Futures Faisyal, permintaan emas jelang Imlek lazimnya tinggi setiap tahunnya.
"Momen Imlek dan Diwali tidak mampu mendorong daya beli pasar jika dollar AS menguat," kata dia, Senin (21/1/2019).
Baca: Mahfud MD Tanggapi soal Pembebasan Abu Bakar Baasyir: Tidak Mungkin Dikeluarkan dengan Bebas Murni
Masih rendahnya permintaan terhadap komoditas logam mulia ini semakin menegaskan adanya perlambatan ekonomi di China.
Minggu (20/1/2019), Biro Statistik Nasional China mengumumkan, pertumbuhan ekonomi Negeri Panda tersebut di 2018 hanya 6,6%.
Ini merupakan level terendah yang dicapai China sejak 1990 silam.
Deddy menambahkan, ketidakpastian Brexit membuat pasar lebih suka masuk ke dollar AS ataupun US Treasury.
Selain itu, dollar AS mulai menguat akibat ketidakpastian shutdown menambah beban emas.
Baca: Mutasi di Tubuh Polri, Kabareskrim akan Dijabat Irjen Idham Aziz