Tur SBY ke Aceh
SBY Buka Rahasia Akhiri Konflik Aceh, Begini Kisahnya Menelepon Panglima GAM hingga Tsunami Datang
SBY mengaku memiliki banyak kenangan dengan Aceh, karena dirinya terlibat langsung dalam upaya pemulihan konflik.
Penulis: Subur Dani | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Subur Dani | Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Narasi sejarah konflik Aceh dan jalan menuju perdamaian Aceh, serta musibah tsunami, salah satu kisah yang diceritakan di hampir semua tempat yang disambangi Susilo Bambang Yudhoyono selama turnya di Aceh sejak Kamis (24/1/2019).
Seperti di hadapan ratusan masyarakat Pusong Lama, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, Jumat (25/1/2019), SBY kembali bercerita sejarah kelam konflik Aceh dan jalan panjang menuju perdamaian yang terwujud pada Agustus 2005 silam.
Baca: Video Aksi Kocak Wak Rul di Hitam Putih Trans7, Berduet dengan Hudson IMB Si Penyanyi Dua Suara
Baca: Live Streaming Perempat Final Indonesia Masters 2019 - Marcus/Kevin Vs Fajar/Alfian Pukul 17.30 WIB
Baca: Serahkan Dipa Anggaran 2019, Bupati Simeulue Berharap tidak Ada Pemutusan Kontrak
SBY mengaku memiliki banyak kenangan dengan Aceh, karena dirinya terlibat langsung dalam upaya pemulihan konflik Aceh, baik saat menjabat menteri maupun saat telah menjadi Presiden ke-6 Republik Indonesia.
"Saya sangat sering ke Aceh, terutama ke sini ke Lhokseumawe. Mungkin lebih dari 14 kali, saat itu saya masih menjabat menteri hingga menjadi presiden," kata SBY di depan ratusan warga.
Kisah ini juga sudah diceritakan SBY saat dalam pidatonya di Aceh Tamiang dan Kota Langsa, Kamis (24/1/2019).
Namun, ada satu hal baru yang diceritakan SBY saat bersilaturahmi dengan masyarakat di Pusong Lama tadi, yakni cerita dirinya yang sempat menelepon Panglima GAM saat itu, Muzakir Manaf.
Pada tahun 2002 saat dia fokus untuk mewujudkan perdamaian di Aceh, SBY selaku menteri yang membidangi hukum, keamanan, dan politik, mencari berbagai cara, termasuk berkomunikasi dengan para petinggi GAM saat itu.
Kurang lebih 17 tahun lalu, pada 2002, SBY datang ke Lhokseumawe untuk mencari jalan, melakukan musyawarah, dan berunding dengan berbagai pihak untuk mengakhiri konflik. Saat itu, ia menjabat sebagai menteri.
"Untuk menghadirkan perdamaian, di tempat ini saya masih ingat bupatinya adinda Tarmizi. Saya menelepon adinda Muzakir Manaf (Mualem) dari tempat ini, kami masih berbeda saat itu, Pak Muzakir Manaf dan Pak Hasan Tiro masih di sebelah sana, saya dan teman-teman di sebelah sini," kata Ketua Umum Partai Demokrat ini.
SBY intens berkomunikasi dengan Mualem dan para petinggi GAM lainnya kala itu untuk mengakhiri konflik berkepanjangan di Aceh.
"Saya sampaikan, adinda alangkah indahnya kalau kita bersatu kembali dan mengakhiri konflik yang sudah lama berlangsung. Menimbulkan korban jiwa yang tentu sama-sama tidak kita kehendaki, dari tempat ini 17 tahun lalu saya menelepon menyampaikan itu," kata SBY.
Namun katanya, usaha yang dilakukan saat itu tidak serta merta memperbaiki keadaan di Aceh. SBY juga harus berkeliling Aceh untuk satu tujuan, yakni perdamaian.
"Tidak sedikit halangan dan rintangannya. Tapi kita tidak pernah menyerah kita mengharapkan pertolongan kepada Allah," katanya.
Akhirnya, setelah lima tahun usaha untuk menjemput perdamaian dilakukan SBY dan para kabinet lainnya saat itu, perdamaian hadir meski melalui ujian lainnya yakni musibah gempa dan tsunami yang meluluhlantakkan sebagian daratan Aceh.
"Meskipun kita mengakhiri konflik pada tahun 2005, prosesnya sudah kita mulai 5 tahun. Saya, salah satu yang berjuang untuk meraih perdamaian di Aceh," pungkas SBY.
Kedatangan SBY ke Pusong Lama, Kecamatan Banda Sakti tadi didampingi istrinya, Ani Yudhoyono, putranya yang juga anggota DPR-RI, Edhi Ibas Baskoro, anggota DPR RI dari Aceh, Muslim SH dan Teuku Riefky Harsya, dan sejumlah lainnya.
Malam ini, SBY akan bermalam di Hotel Lido Graha, Lhokseumawe. Besok, SBY akan melanjutkan turnya ke Pidie Jaya, Pidie, Aceh Besar, dan berakhir di Banda Aceh.(*)