Mantan Kepala BAIS dan Senior GAM Ringankan Irwandi

Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, Lakasamana Muda TNI Purn Soleman B Ponto dan dua senior

Editor: bakri
SERAMBI/FIKAR W EDA
TIGA saksi meringankan dalam perkara Irwandi, yaitu Soleman B Ponto (kiri), Bachtiar Abdullah (tengah), dan Nur Djuli. 

“Mereka memandang Irwandi sebagai tokoh perdamaian. Dengan kejadian ini mereka terkejut dan mereka menghormati proses hukum di Indonesia,” ujar Bachtiar Abdullah, yang menjadi anggota tim perundingan mewakili GAM.

Terhadap kepemimpinan Irwandi sebagai gubernur Aceh pada periode 2007-2012, Bachtiar Abdullah mengatakan, banyak hal yang berhasil dicapai dengan baik.

“Di antara program-program itu, antara lain program bantuan kaum duafa, jaminan kesehatan Aceh, beasiswa Aceh, program olahraga mengirim pesepakbola ke luar negeri, diberi pendidikan sambil belajar. Banyak lagi,” ujar Bachtiar.

Secara pribadi, ia melihat Irwandi sosok Aceh yang banyak memberi sumbangan kepada Aceh, berprinsip, tegas, dan menyayangi orang-orang tertindas. “JKA adalah program hebat dan dirintis di Aceh. Di daerah lainnya di Indonesia tidak ada program ini. Datang ke rumah sakit hanya bawa kartu keluarga (KK) dan KTP,” kata Bachtiar.

Irwandi juga disebutkan tokoh strategis di GAM, dalam perundingan damai. “Beliau juga intelektual, sebagai dokter hewan,” ujarnya.

Sosok dihormati
Saksi lainnya, M Nur Djuli, memastikan Irwandi Yusuf adalah sosok yang dihormati oleh mantan kombatann. “Sebab kalau tidak ada dukungan mantan kombatan, Irwandi tidak akan terpilih lagi sebagai gubernur periode ini,” ujar Nur Djuli yang pernah memimpin lembaga Badan Reintegrasi Aceh (BRA) dan tim asisteni gubernur.

Dijelaskannya, Irwandi ditugaskan sebagai wakil GAM di forum AMM setelah penandatanganan MoU Helsinki.

“Irwandi ditugaskan menangani masalah mantan kombatan, dan senjata mantan kombatan. Irwandi ditujuk karena mengenal lapangan. Irwandi itu mengenal betul Aceh, dan karenanya dikirim ke Aceh dalam pemotongan senjata,” ujarnya.

“Bisa dibayangkan, sorang anak muda masuk hutan saat berusia 20 tahun, dan keluar hutan saat usia 30 tahun. Selama dalam hutan, kawannya adalah senjata. Lalu datang perintah untuk potong senjata. Berat sekali itu. Irwandi dikirim memastikan pemotongan senjata berjalan lancar. Sebab kalau terjadi insiden kecil saja, program itu bisa kacau,” tukas Nur Djuli.

Tokoh GAM yang lama bermukim di Malaysia ini, mengatakan penanganan mantan kombatan di masa pemerintahan Irwandi sangat kuat. “Pola penyelesaian konflik Aceh ini dicopy-paste oleh Philipina dalam penanganan Mindanao,” ujar Nur Djuli.

Ia juga ingat betul, Irwandi berhasil meyakinkan Presiden SBY untuk menaikkan dana BRA dari Rp 1,7 triliun menjadi Rp 2,1 triliun. “Itu usaha beliau. BRA juga diaudit, itu perintah Irwandi. Irwandi iuga membentuk badan antikorupsi,” katanya.

Saat ditanya reaksi dan tanggapan mantan kombatan saat Irwandi ditangkap KPK atas dugaan tindak pidana korupsi, Nur Djuli mengatakan, dirinya kewalahan menjawab. “Mereka protes dan kami harus menenangkan mereka. Sebab kalau tidak, sangat mudah sekali mencetuskan emosi tidak sehat. Sebagai senior, kami berusaha menetralkan keadaan di lapangan. Saya katakan sabar menunggu proses peradilan dan menyelesaikan ini tidak gegabah,” demikian Nur Djuli.(fik)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved