Tentara Arakan Serang Pos Polisi, Myanmar Tarik Pasukan dari Rakhine

Pemerintah Myanmar menarik pasukannya dari beberapa pos terdepan di Negara Bagian Rakhine utara, pascaserangan oleh tentara Arakan.

Editor: Taufik Hidayat
SERAMBINEWS.COM/BUDI FATRIA
Kekejaman Tentara Myanmar 

SERAMBINEWS.COM - Pemerintah Myanmar menarik pasukannya pada beberapa pos terdepan di daerah terpencil di Negara Bagian Rakhine utara, terutama di kota-kota Buthidaung dan Rathedaung, karena kurangnya personel.

Kolonel Win Zaw Oo, Kepala Komando Wilayah Barat Tatmadaw (militer), Rabu (13/3/2019), mengatakan penarikan personel akan memungkinkannya untuk memperkuat pasukan di tempat-tempat yang lebih kritis.

Menurut penjaga perbatasan, pasukan ditarik Minggu (10/3/2019) malam dari delapan pos polisi di Buthidaung, Rathedaung, Kyauktaw, Minbya, dan kota Mrauk-U.

Personel yang ditarik kemudian dipindahkan ke kawasan yang lebih kritis.

Menurut penduduk, ketegangan tetap tinggi di kota-kota kecil setelah serangan baru-baru ini oleh Arakan Army (Tentara Arakan) terhadap pos-pos polisi.

"Pasukan keamanan dalam siaga tinggi dan kami khawatir tentang serangan dan pertempuran baru," kata seorang warga desa.

Pada Sabtu (9/3/2019), pejuang Arakan Army (AA) melancarkan serangan mematikan ke sebuah pos polisi di kota Ponnagyun, yang menewaskan sembilan perwira.

Ini merupakan serangan kedua sejak 4 Januari, ketika 14 perwira polisi dilaporkan tewas.

Baca: Pengungsi Rohingya di Kompleks SKB Bireuen Tersisa Tujuh Orang Lagi, Awalnya Berjumlah 79 Orang

Baca: VIDEO - Kondisi Terkini Pengungsi Muslim Etnis Rohingya di SKB Bireuen

Baca: Congkel Jendela Kamp, Delapan Wanita Pengungsi Rohingya di Bireuen Kabur Lagi

Arakan Army Menolak Dituduh Teroris

Sementera itu, pihak Tentara Arakan, kelompok separatis di negara bagian Rakhine, Myanmar, menolak sebutan sebagai organisasi teroris.

Kelompok militan ini mengaku sebagai organisasi yang memperjuangkan hak penduduk asli Rakhine dalam hal kebebasan, kesetaraan etnis dan menuntut otonomi lebih besar.

Mereka juga menyatakan tidak pernah bekerja sama dengan organisasi teroris.

“Liga Persatuan Tentara Arakan/Arakan (ULA/AA) adalah organisasi yang bekerja sama dengan penduduk asli Rakhine yang berjuang untuk pembebasan warga negara Rakhine, kesetaraan dan otonomi, kata pernyataan itu.

“Sejarah dan tindakan kami telah membuktikan bahwa kami tidak akan pernah bergandengan tangan dengan teroris. Kami berani bersumpah tidak pernah berkolaborasi dengan teroris di masa depan,” kata sebuah pernyataan yang dilansir media setempat pada awal Januari 2019.

Baca: Malaysia Selidiki Kuburan Massal Rohingya di Perbatasan Thailand

Baca: Genosida di Rakhine Masih Terjadi, Koalisi Rohingya Merdeka Kecewa pada Dunia Internasional

Baca: Angelina Jolie Kunjungi Pengungsi Rohingya di Bangladesh

Myanmar Kesulitan Hadapi Tarakan Army

Zaw Htay, juru bicara Kantor Presiden, mengatakan pada jumpa pers yang diadakan di Istana Kepresidenan di Nay Pyi Taw pada 7 Januari lalu, bahwa Tatmadaw (militer Myanmar) keberatan dengan keberadaan dua kubu Arakan Army dan tiga kamp Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) di sisi Bangladesh.

“Cukup sulit untuk membasmi Arakan Army karena itu bukan wilayah yang dimiliki Myanmar. Mereka bisa lari ke tempat lain jika mereka menghadapi kesulitan.” ujar Zaw Htay.

Menurut Zaw Htay, ARSA adalah organisasi teroris. Kerja sama Arakan Army dan ARSA masalah pada Mro dan Dienet, suku Rakhine, dalam serangan teroris sebelumnya.

“Kami ingin AA menghindari tindakan yang dapat mendorong ARSA secara politis dan militer, ”kata Zaw Htay.

Negosiasi dilakukan antara AA dan ARSA. ARSA aktif di barat gunung Mayu di Negara Bagian Rakhine dan Arakan Army di timur. Bagian barat dan timur gunung Mayu adalah daerah aktif yang ditunjuk, kata Zaw Htay.

Baca: Jokowi Diminta Copot Sofyan Djalil

Baca: Dubes Uni Eropa Puji Perkembangan Aceh

Baca: Pendaftaran Pelajar ke AS Dibuka

Pemerintah Myanmar ingin Arakan Army datang ke tahap dialog politik untuk berdiskusi dengan komisi perdamaian tentang kesetaraan etnis seperti kelompok-kelompok bersenjata etis yang tersisa. "Dan tidak untuk memulai operasi yang mendukung organisasi teroris dan tidak bekerja sama dengan mereka," kata Zaw Htay.

Namun, mengutip pernyataan dari pemimpin Arakan Army, ultimatum Zaw Htay ini adalah penghinaan bagi seluruh rakyat Rakhine.

“Arakan Army tidak akan pernah takut dengan kata-kata Zaw Htay yang mengancam. Arakan Army akan terus melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan harus melayani kepentingan orang-orang Rakhine sampai kami mencapai tujuan kami,” ungkap pemimpin Arakan Army dalam sebuah pernyataan.

“AA akan bergerak menuju tujuan kita dengan berpegang pada keyakinan kita untuk melarikan diri dari kehidupan yang menindas dan untuk memperjuangkan kebenaran,” demikian penegasan dalam pernyataan tersebut.(Anadolu Agency)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved