Terorisme di Selandia Baru
Insiden Penembakan Sadis di Christchurch, Ini Pengakuan Warga Aceh yang Tinggal di Selandia Baru
Alhamdulillah kami baik-baik saja di sini. Kami juga sudah terhubung dengan saudara-saudara kita Aceh yang juga menetap di sini, insya Allah semua.
Penulis: Subur Dani | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Subur Dani I Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Peristiwa penembakan sadis yang menyasar jamaah shalat Jumat di dua masjid di Christchurch, New Zealand (Selandia Baru), Jumat (15/3/2019), sontak menggemparkan dunia.
Berdasarkan penelusuran Serambinews.com ternyata di New Zealand negara kepulauan di sebelah barat daya Samudera Pasifik tersebut terdapat sejumlah warga Aceh.
Awalnya, Serambinews.com mengetahui adanya warga Aceh yang bermukim di sana dari mantan Wali Kota Sabang, Munawar Liza Zainal.
"Ada beberapa orang kita yang tinggal di sana saat ini," katanya kepada Serambinews.com.
Belakangan, berdasarkan informasi dari Munawar Liza, Serambinews.com dapat terhubung seorang warga Aceh bernama Niklin Jusuf, asal Ujong Rimba, Kecamatan Mutiara, Pidie.
Lelaki ini sudah menetap di Selandia Baru sejak 1999 bersama keluarganya.
Baca: Hasil Drawing Liga Champions - Barcelona Vs Manchester United dan Tottenham Vs Manchester City
Baca: Seniman Asal Padang Jadi Korban Penembakan Teroris di Masjid Selandia Baru, Peluru Bersarang di Dada
Baca: Samsiarni: Jangan Bangga Anak Akrab Bersama Hp di Tangan, Mungkin Sedang Mengakses Pornografi
Tepat pada pukul 18.00 WIB, Serambinews.com berhasil terhubung dengan Niklin Jusuf.
Mantan aktivis GAM ini bekerja di salah satu perusahaan di Wellington, ibukota Selandia Baru.
"Alhamdulillah kami baik-baik saja di sini. Kami juga sudah terhubung dengan saudara-saudara kita Aceh yang juga menetap di sini, insya Allah semua dalam keadaan baik-baik," kata Niklin.
Niklin bersama istrinya--yang juga asal Aceh--dan tiga putranya kini menetap di kawasan 29 Naenae RdNaenae, Lower Hutt 5011, Selandia Baru.
"Dari alamat saya ini sekitar 20 atau 30 menit ke Kota Wellington," katanya.
Sedangkan ke kota Christchurch, lokasi insiden penembakan tersebut, harus menempuh pejalanan sekitar satu jam dari Kota Wellington menggunakan kapal laut.
"Kejadiannya di kota Christchurch, satu jam lah dari tempat saya," katanya.
Ditanya berapa jumlah warga Aceh yang kini menetap di Selandia Baru, Niklin tidak bisa menjawab secara pasti.
Namun dia mengaku, ada sekitar puluhan orang yang kini menetap di sana, baik yang sedang bekerja maupun yang sedang melanjutkan studi.
Totalnya, menurut Niklin, jumlah warga Aceh di sana sekitar 41 orang.
"Di Wellington tujuh orang, di Palmerston North 3 orang, di Auckland sekitar 25 orang, dan di Invercargill satu keluarga sekitar enam orang," kata Niklin.
Niklin memastikan bahwa tidak ada warga Aceh saat kejadian tersebut.
Bahkan menurutnya, tidak ada warga Aceh yang tinggal di Kota Christchurch.
"Kalau saya tak salah tidak ada orang kita di sana," pungkasnya.
Tindakan keji tersebut terjadi sekira pukul 01.40 WIB siang waktu setempat, menjelang pelaksanaan Shalat Jumat di Masjid An Noor.
Penembakan itu dilakukan secara brutal, bahkan pelaku bernama Brenton Tarran dengan santai merekam aksinya secara live streaming lalu membagikan di akun Facebook-nya.
Dilansir Serambi dari berbagai sumber, hingga sore ini, total korban yang telah dinyatakan meninggal dunia akibat aksi itu mencapai 49 orang.
Perdana Menteri (PM) New Zealand, Jacinda Ardern menyebut penembakan tersebut adalah serangan teroris dan mengecamnya.(*)