Irwandi: Banyak yang Jual Nama Saya
Saat diperiksa sebagai terdakwa kasus suap Dana Otonomi Khusus Aceh (DOKA), Gubernur Aceh nonaktif, Irwandi Yusuf
* Video Kopi Gayo belum Dibayar
JAKARTA - Saat diperiksa sebagai terdakwa kasus suap Dana Otonomi Khusus Aceh (DOKA), Gubernur Aceh nonaktif, Irwandi Yusuf mengatakan bahwa banyak orang yang menjual namanya untuk mendapatkan uang.
“Pernah ada yang saya tangkap. Saya pukul, baru dia mengaku. Katanya untuk uang meugang. Jadi, banyak kejadian yang begini,” kata Irwandi saat diperiksa sebagai terdakwa di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Senin (18/3).
Pada saat yang sama, Pengadilan Tipikor juga memeriksa dua terdakwa lainnya, yakni Hendri Yuzal dan Teuku Saiful Bahri.
Irwandi Yusuf mengakui tidak mengetahui bahwa Steffy Burase menerima uang dari Teuku Saiful Bahri. Termasuk dari Bupati Ahmadi yang menyerahkan uang Rp 1.050 miliar kepada Teuku Saiful Bahri. “Di persidangan baru saya tahu bahwa Saiful Bahri menerima uang dari Ahmadi,” kata Irwandi Yusuf.
Irwandi menjelaskan bahwa ia memberikan uang Rp 200 juta kepada Steffy Burase sehubungan dengan keberangkatan umrah. “Soal kemudian ada permintaan uang oleh Steffy ke Saiful Bahri, saya tidak tahu,” ujar Irwandi.
Jaksa kemudian memberitahukan bahwa rekening Irwandi pernah dikirim uang Rp 39 juta dari Teuku Fadhilatul Amri atas perintah Teuku Saiful Bahri atas permintaan Steffy Burase. Irwandi mengatakan tidak pernah mengetahui hal itu.
Ketika Jaksa KPK menanyakan pembukaan rekening oleh pengusaha Mukhlis, Irwandi mengakui itu memang pernintaannya. “Dia sering ke Banda Aceh. Dia sering minta uang cash, saya kasih. Begitu sebaliknya ketika saya ke Bireuen. Tapi sejak saya dilantik jadi gubernur, saya tidak bisa lagi berhubungan dengan pengusaha, lalu saya bilang buka rekening. Itu pinjaman saya,” ujar Irwandi Yusuf.
Password dan M-banking rekening tersebut diakui Irwandi ada pada dirinya, sedangkan buku rekening ada pada Mukhlis.
Rekening pinjaman itu, menurut Irwandi, digunakan untuk membiayai rumah duafa dan juga untuk kepentingan Aceh Marathon, termasuk tempat pengembalian uang dari kegiatan pilkada. “Uang pengembalian itu yang saya bayarkan ke Mukhlis,” jelas Irwandi.
Jaksa mempertanyakan kenapa tidak dibuka rekening atas nama sendiri saja? Menurut Irwandi, akan ada banyak pertanyaan apabila ada kiriman ke rekening atas nama sendiri. “Sebab, itu pinjaman,” ujarnya.
Terkait dengan kasus dermaga Sabang, Irwandi mengatakan justru dirinyalah yang pertama membongkar adanya dugaan penggelembungan dana proyek dermaga Sabang. “Yang bongkar pertama saya melalui Tim Anggaran Pemerintah Aceh,” ujar Irwandi.
Nama Irwandi disebut menerima uang dari kasus Sabang, lalu ia katakan pernah mengonfirmasi ke Izil Azhar alias Ayah Merin bahwa namanya dicatut oleh Izil Azhar.”Ketika saya katakan, kenapa pakai nama saya, dijawab Izil, nama Abang yang laku,” ujar Irwandi mengutip Izil Azhar yang hingga kini buron.
Irwandi mempertanyakan kepada Izil Azhar, untuk apa saja uang tersebut digunakan. Dia jawab, antara lain, untuk pembangunan kantor dan kebutuhan lainnya.
Bisnis batu delima
Dalam sidang itu Irwandi sempat menjelaskan bahwa ia punya bisnis sampingan jual beli batu delima. “Sebetulnya bukan jual beli. Ada yang memberikan saya batu delima. Saya pakai, lalu banyak yang berminat. Harganya mahal juga,” katanya.
“Tapi hasil penjualan batu itu tidak tercatat, “ tambah Irwandi. Dalam sidang itu, Irwandi sempat mempertanyakan kenapa ajudan Ahmadi, yakni Muyassir, hanya sebagai saksi.
“Seharusnya Muyassir diperiksa, sebab dia banyak mengarang, soal fee, pernintaan uang untuk meugang dan sebagainya. Jadi, saya heran kenapa dia tidak diperiksa,” tanya Irwandi Yusuf.
Terima THR
Mantan ajudan Gubernur Aceh, Hendri Yuzal mengaku pernah menerima uang tunjangan hari raya (THR) sebesar Rp 20 juta dari Bupati Bener Meriah, Ahmadi. Uang tersebut ditransfer oleh Muyassir, ajudan Ahmadi, ke rekeningnya.
“Menjelang Lebaran, Muyassir mengirimkan 20 juta rupiah. Katanya pemberian dari Bupati Bener Meriah yang dikirimkan ke rekening saya,” kata Hendri Yuzal
Hendri Yuzal memastikan bahwa hanya uang sejumlah itu yang ia terima. “Selain itu tidak ada,” jawab Hendri Yuzal dan menegaskan dirinya tidak pernah minta uang itu.
Menjawab pertanyaan jaksa tentang daftar proyek Bener Meriah dari Dana Otonomi Khusus Aceh (DOKA), Hendri mengakui Muyassir pernah mengirimkan list proyek yang sudah dipublikasikan di media cetak.
“List itu diambil dari pengumuman resmi. Saya lalu menyerahkan list tersebut ke Nizarli, Kepala ULP. Saya katakan ke Nizarli, ini ada titipan dari Bupati Bener Meriah,” kata Hendri Yuzal. Dijawab Nizarli, “Ya, nanti kita lihatlah.”
Jaksa KPK, mengingatkan bahwa dalam BAP Hendri Yuzal menyebutkan, saat berbicara dengan Nizarli, Hendri Yuzal mengatakan, “Bupati Ahmadi sudah bertemu dengan gubernur.”
Tapi pada sidang kemarin Hendri Yuzal membantah pernah mengatakan kalimat, “Bupati sudah bertemu gubernur.”
Dalam sidang itu Hendri Yuzal juga mencabut keterangannya dalam berita acara pemeriksaan (BAP) terkait perintah Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf soal fee proyek.
“Waktu itu saya sampaikan ke penyidik ada yang mau saya koreksi. Tapi penyidik bilang, nanti saja sampaikan di persidangan,” ujar Hendri kepada Jaksa KPK KPK.
Terhadap penyerahan uang dari Muyassir kepada Teuku Saiful Bahri, Hendri Yuzal mengakui dilapori oleh Muyassir bahwa telah menyerahkan uang ke Saiful sebagai uang meugang dan Aceh Marathon.
“Tapi saya tidak menanggapi apa pun,” jawab Hendri Yuzal. Ia memang mengakui bahwa dirinyalah yang memperkenalkan Muyassir kepada Teuku Saiful Bahri atas permintaan Muyassir. “Kami bertemu di Rumah Makan Aceh Spesifik di Banda Aceh. Apa tindak lanjut dari pertemuan itu antara Muyassir dan Saiful Bahri, saya tidak tahu,” jawab Hendri Yuzal.
Video belum bayar
Terdakwa lainnya, Teuku Saiful Bahri mengaku menjalin kerja sama dengan Fanny Steffy Burase, orang dekat Gubernur Irwandi Yusuf. Kerja sama tersebut dalam rang menggelar kegiatan “Expo Pesantren Se-Aceh, Promosi Kopi Gayo, Pesona Sabang, Film Seri Nol Kilometer, dan dua film layar lebar tentang GAM, NKRI, Tsunami dan MoU Helsinki, serta Aceh Marathon Internasional.”
Rencana lainnya adalah membangun “Pusaka Ban Sigom Donya” sebagai lokasi mengenang tsunami Aceh dalam bentuk taman miniatur negara-negara yang membantu Aceh bangkit pascatsunami. Dalam areal tersebut juga dibangun tugu tsunami dan tugu perdamaian GAM-Pemerintah Republik Indonesia.
Dalam rencana kerja sama itu, Saiful Bahri menjelaskan, dirinya bertindak sebagai penyandang dana atau investor, sedangkan Steffy Burase sebagai pelaksana lapangan.
Program promosi kopi Gayo yang diminta oleh Bupati Bener Meriah Ahmadi, lanjut Saiful Bahri, sudah rampung. “Video promosi kopi sudah selesai kami buat, tapi sampai sekarang belum dibayar oleh Bupati Ahmadi,” ungkap Saiful Bahri.
Kuasa hukum Teuku Saiful Bahri, Dr Solehuddin MH, kemudian mengirimkan kopi video promosi kopi Gayo tersebut ke Serambi. “Ini yang sudah dikerjakan oleh Pak Saiful,” ujar Solahuddin.
“Rencananya, kita akan mengundang sepuluh negara penghasil kopi ke Bener Meriah. Begitu rencananya. Sekarang, video sudah selesai, tapi belum dibayar, malah saya ditangkap,” kata Teuku Saiful Bahri selepas sidang.
Irwandi Yusuf, Hendri Yuzal, dan Saiful Bahri didakwa terlibat kasus tindak pidana korupsi dan menerima gratifikasi. Persidangan sudah menuntaskan memeriksa seluruh saksi, baik saksi fakta maupun saksi meringankan. Sidang dilanjutkan pekan depan. (fik)