3 Anggota Brimob Ditembak KKB Papua, 1 Gugur & 2 Luka Parah, Ketiganya Dievakuasi dengan Heli Polri
Seorang anggota Brimob gugur dan dua anggota lainnya terluka saat baku tembak dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Nduga, Papua
Mereka memiliki markas dan tempat-tempat persembunyian di Nduga.
"Operasi yang lebih ofensif diperlukan untuk menjangkau dan menemukan tempat-tempat persembuyian KKB," kata Mantan Ketua Komisi III DPR RI itu.
Selain memperkuat moral prajurit TNI, operasi yang lebih ofensif secara tidak langsung akan meningkatkan aspek pengamanan proses pembangunan infrastruktur di Nduga.
Pembangunan di Papua hendaknya tidak boleh dihambat oleh gerakan KKB.
Ketua DPR juga berharap keluarga dari tiga prajurit yang tewas di Nduga itu tabah menghadapi musibah ini.
"Selain penghormatan kepada ketiga prajurit yang tewas, negara melalui TNI hendaknya memberi penghargaan dan apresiasi kepada keluarga yang ditinggalkan," pungkas Legislator Partai Golkar itu.
Presiden Joko Widodo mengakui anggota TNI-Polri tidak mudah memberantas Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga, Papua.
Menurut Jokowi, yang pernah ke Nduga, medan di sana dipenuhi hutan belantara dan menyulitkan pengejaran KKB pimpinan Egianus Kogoya.
"Tidak mudah bagi TNI-Polri untuk mengejar dan menyelesaikan ini, tidak mudah karena medannya betul-betul sangat berat dan hutan belantara," kata Jokowi kepada wartawan di sela kunjungan kerjanya di Lampung Selatan, Jumat (8/3/2019).

Menurut Jokowi, sejak terjadinya penembakan kepada anggota TNI dan pekerja Trans Papua, ia sudah memerintahkan untuk mengejar pelaku dengan harapan kejadian penembakan tidak terulang kembali.
"Sudah saya perintahkan sejak peristiwa yang pertama dulu, untuk dikejar, diselesaikan tetapi kita harus tahu, yang namanya Nduga medannya bukan sesuatu yang gampang," kata Kepala Negara.
Sedangkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan, gerakan separatis di Papua tak harus selalu dihadapi dengan operasi tempur.
Operasi non-tempur, kata Panglima, bisa menjadi pilihan dalam pemberantasan gerakan separatisme.
"Dalam operasi di Papua, kita melaksanakan dua operasi, yakni operasi kinetik (operasi tempur) dan operasi non-kinetik (operasi non-tempur)," kata Panglima TNI, kepada Antara TV, seperti dikutip Antara, Jumat (8/3/2019).
Operasi non-tempur, kata Panglima, bisa dilakukan dengan kegiatan dalam rangka upaya merebut hati masyarakat setempat.
Misalnya, TNI harus bisa berperan untuk membuat membuat masyarakat tenang dan nyaman.
"Rasa aman dan nyaman ini akan menjadi virus kepada mereka semua yang memiliki niat untuk memberontak," katanya lagi.
Menurut Panglima, operasi non-tempur ini bisa dilakukan dengan kegiatan bakti sosial, kegiatan kesehatan, penyuluhan pertanian dan lainnya.
Namun demikian, TNI tetap bersiap untuk melaksanakan operasi tempur bila diperlukan.
Hadi mengakui hingga kini masih terjadi gangguan keamanan dalam upaya pembangunan infrastruktur Trans Papua.
Sementara TNI memiliki kewajiban untuk membantu mengamankan pembangunan tersebut.
Infrastruktur yang dibangun di wilayah Papua membutuhkan pengerjaan khusus, sehingga Presiden Joko Widodo meminta TNI untuk membantu proses pembangunan di provinsi itu.
"TNI memiliki kemampuan untuk mengamankan dan memiliki kemampuan untuk membangun infrastruktur, karena TNI memiliki batalion zeni konstruksi dan zeni tempur," ujarnya pula. (*)
Baca: Lama Menunggu Pesanan Pecel Lele, 2 Pembeli Pukul Pedagang, Pelaku Diduga Sedang Mabuk
Baca: Dahsyatnya Ledakan Meteor di Langit Rusia, Semburan Udaranya Setara 5 Bom Nuklir Nagasaki
Baca: Hasil Survei Litbang Kompas, Jarak Elektabilitas Prabowo-Sandi dan Jokowi-Maruf Makin Tipis
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul KABAR TERBARU PENGEJARAN KKB PAPUA, Anggota Brimob Bharada Aldy Gugur, 2 Rekannya Luka Parah