Kisah Wanita Australia Masuk Islam dan Dinikahi Pria Aceh setelah Pertukaran Pemuda ke Banjarmasin
Dalam pidatonya, Wynni mengatakan kebencian tidak dimulai dengan sebuah aksi teror, tapi lewat sikap diskriminasi.
Wynni dinikahi oleh Syahrial Umar, pria asal Aceh yang sekarang bekerja sebagai guru bahasa Indonesia di sebuah sekolah dasar di Bendigo.
"Castlemaine adalah tempat yang baik untuk membesarkan keluarga," kata Wynnie yang pertama kali bertemu suaminya di program AIYEP.
Dari program AIYEP di Indonesia, Wynni mengaku sangat menghormati keberagaman agama di Indonesia dan mempelajari tiap-tiap agama.
Kembali ke Australia ia meneruskan belajar soal Islam yang menurutnya menyerukan keadilan sosial, sesuai dengan bidang yang ditekuninya.
Kepada ABC, Wynni mengaku justru pernah mendapatkan pengalaman yang tidak mengenakan sebagai seorang Muslimah saat ia berada di Brisbane, ibukota Queensland.
Di Castlemaine dengan penduduk kurang dari 7.000 orang, komunitas Muslim sangat sedikit jumlahnya dan Wynni mengatakan ia yang paling "terlihat" karena menggunakan hijab.
Tapi kota pedalaman yang berjarak sekitar 1,5 jam menyetir dari kota Melbourne itu menurut Wynni cukup progresif dengan sosok pemimpin yang mencoba menciptakan komunitas yang inklusif.
"Solidaritas yang ditunjukkan komunitas (Castlemaine) sangat penting bagi saya pribadi karena mereka mengatakan menerima dan akan melindungi kami," ujarnya yang sempat merasa takut dan khawatir setelah serangan di Christchurch.
Feminisme dan keputusan memakai hijab
Saat mengunjungi Indonesia untuk program AIYEP, Wynni mengaku sangat menghormati keberagaman agama di Indonesia dan mempelajari tiap-tiap agama.
Kembali ke Australia ia meneruskan belajar soal Islam yang menurutnya menyerukan keadilan sosial, sesuai dengan bidang yang ditekuninya.
Wynni mulai mencoba menggunakan hijab ketika berada di Banjarmasin dengan alasan untuk menghormati budaya setempat, tapi memutuskan untuk terus menggunakannya saat kembali ke Australia setelah sempat tinggal di Yogyakarta selama empat bulan.
Baginya menggunakan hijab adalah sebuah bentuk feminisme dan pilihan yang memberdayakan perempuan.
"Menggunakan jilbab menjadi bentuk penolakan perempuan sebagai obyek dan seksualisasi tubuh perempuan," ujar Wynni yang sedang menyelesaikan program Doktor di University of Melbourne untuk bidang studi hukum hak perempuan.
"Jadi hijab sebagai sebuah sikap politik, karena tubuh saya adalah milik saya sendiri dan tertutup untuk dikomentari dan dikritik."