Dedi Mulyadi Usulkan Ibukota Dipindah ke Purwakarta, Ini 4 Alasannya
Dedi Mulyadi menilai, eks keresidenan Purwakarta yang mencakup Subang dan Karawang sangat strategis untuk dijadikan alternatif pusat pemerintahan.
Kali ini gagasan tersebut mendapat dorongan segar setelah dibahas di tingkat rapat kabinet terbatas pada Senin (29/04).
Rapat terbatas itu dipimpin oleh Presiden Jokowi yang mengakui pemindahan ibu kota bukanlah tugas mudah.
"Tapi saya meyakini insyaallah kalau dari awal kita persiapkan dengan baik, maka gagasan besar ini akan bisa kita wujudkan," kata presiden seperti dikutip BBC Indonesia, kemarin.
Sedikit menengok sejarah, rencana memindahkan pusat pemerintahan dari Jakarta sebenarnya bukan cerita baru.
Tahun 1808, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels, sudah mengangankan ibu kota pindah ke Surabaya.
Alasannya, Surabaya dinilai lebih sehat dari Batavia.
Ada juga pertimbangan faktor pertahanan dan keamanan, karena letaknya dekat dengan pangkalan armada laut Belanda di Gresik.
Baca: Salah Sasaran, Warga Indrapuri Tewas Tertembak Saat Berburu Babi, Begini Kronologinya
Baca: Berhasil Raih Mahkota Puteri Muslimah Indonesia 2019, Nurul Bakal Maju ke Tingkat Asia di 2020
Kabarnya Daendels juga sempat melirik Bogor, yang dulu bernama Buitenzorg.
Beberapa waktu kemudian, pemerintah kolonial kabarnya juga sudah mempersiapkan Bandung.
Alam yang sejuk dan dikelilingi pegunungan menjadi pertimbangan.
Salah satu bukti persiapan itu berupa pembangunan Gouvernements Bedrijven, sekarang disebut Gedung Sate, yang direncanakan sebagai bakal kantor pemerintahan.
Bandung juga sempat diisukan akan menggantikan Jakarta sebagai ibukota Indonesia.
Tapi gara-gara Perang Dunia II rencana ini gagal.
Di masa kemerdekaan, Bung Karno pernah memerintahkan untuk mempersiapkan Palangkaraya yang saat itu masuk dalam Provinsi Kalimantan Selatan.
Konon, gagasan itu muncul setelah Bung Karno melihat pembangunan kota Brasilia, yang tengah dipersiapkan menjadi ibukota negara Brasil.