Kisah Berdarah di Balik Perayaan Libur 1 Mei atau yang Populer Sebagai Hari Buruh

Sekarang, kelompok-kelompok anti-fasis dan anarkis menggunakan hari itu sebagai kesempatan untuk berkumpul, menunjukkan dan menghadapi polisi.

Editor: Fatimah
TRIBUN/DANY PERMANA
ILUSTRASI -- Ribuan buruh merayakan hari buruh internasional (May Day) dengan melakukan long march dari Bundaran Hotel Indonesia menuju Istana Negara, Jakarta, Jumat (1/5/2015). Tuntutan utama mereka yaitu peningkatan kesejahteraan dan penghapusan sistem kerja alih daya. 

Lain halnya dengan Eropa, May Day adalah hari internasional bagi orang-orang untuk menentang mereka yang berkuasa. 

Pada minggu-minggu setelah runtuhnya pabrik Rana Plaza, ribuan pekerja pabrik Bangladesh turun ke jalan untuk memprotes kondisi kerja yang tidak adil dan tidak aman yang menewaskan banyak orang.

Apakah Anda seorang penyembah berhala, pengunjuk rasa, penerbang dalam kesusahan, atau orang yang hanya senang dengan hari libur.

May Day dan liburan yang menyertainya telah bergema secara global - apakah itu karena kemakmuar sudah merata, atau orang ingin untuk menghadapi jurang ekonomi antara "kekuatan" dan "kaum proletariat".

Artikel ini tayang pada Intisari Online dengan judul : Kisah Berdarah di Balik Perayaan Libur 1 Mei atau yang Dikenal Sebagai Hari Buruh

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved