Nyaris Dua Bulan Hilang, Tiga Nelayan Ulee Lheue belum Ditemukan

Hampir memasuki bulan kedua, terhitung sejak tanggal 18 Maret 2019 hingga, Senin (13/5/2019), tiga nelayan warga Gampong Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa

Penulis: Misran Asri | Editor: Jalimin
zoom-inlihat foto Nyaris Dua Bulan Hilang, Tiga Nelayan Ulee Lheue belum Ditemukan
SERAMBINEWS.COM/MISRAN ASRI
Wakil Sekjen Panglima Laot Aceh, Miftah Cut Adek 

Nyaris Dua Bulan Hilang, Tiga Nelayan Ulee Lheue belum Ditemukan 

Laporan Misran Asri | Banda Aceh

 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Hampir memasuki bulan kedua, terhitung sejak tanggal 18 Maret 2019 hingga, Senin (13/5/2019), tiga nelayan warga Gampong Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, yang dilaporkan hilang saat melaut belum juga ditemukan.

Baca: Lima Calon Pemain Seleksi Persiraja Lolos Tahap Lanjutan, Ini Profil Mereka

Baca: Nelayan Hilang di Perairan Bakongan, Basarnas Pos Meulaboh Lakukan Pencarian

Baca: Terima Informasi Warga, WH dan Petugas DSI Langsa Gerebek Warung Jual Nasi Pada Siang Bolong

Hal itu diungkapkan Wakil Sekjen Panglima Laot Aceh, Miftah Cut Adek yang ditanyai Serambinews.com, Senin (13/5/2019) siang.

Menurutnya, ketiga nelayan yang dilaporkan hilang dan putus kontak itu berangkat dari Dermaga Teupin Ulee Lheue, menggunakan Kapal Motor (KM) Mata Ranjau-03 untuk mencari ikan di laut lepas.

Dari ketiganya, seorang nelayan diketahui bernama Dendy, sebagai pawang KM Mata Ranjau. 

Lalu, dua rekannya yang satu orang biasa dipanggil Ngoh dan seorang lain yang tidak diketahui namanya.

Menurut Miftah, sejauh ini Panglima Laot Aceh telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak, mulai dari para Duta Besar RI di luar negeri serta para nelayan yang aktif melaut serta para pihak lainnya di Pemerintah Aceh,  termasuk Basarnas Kantor Banda Aceh.

Miftah menerangkan,  beberapa hari setelah tiga nelayan itu tak kunjung kembali dari melaut,  dia menerima informasi ada masuk nomor telepon yang berasal dari Maladewa atau Maldives ke seorang nelayan Ulee Lheue. 

Selanjutnya, kata Miftah, nomor telepon yang masuk tersebut dicek ke Basarnas dan diketahui nomor tersebut berasal dari Maladewa, yang merupakan sebuah negara di sebelah selatan-barat daya India atau sekitar 700 kilometer sebelah barat daya Sri Lanka.

“Tapi, setelah kami hubungi kembali nomor telepon itu sudah tidak tersambung dan sampai hari ini nomor yang sempat masuk k nelayan Ulee Lheue itu sudah tidak menelepon ulang,” ungkap Miftah.

Wakil Sekjen Panglima Laot Aceh ini memperkirakan saat terdampar ketiga nelayan itu diselamatkan oleh kapal yang melintas atau terdampar di sebuah pulau yang tidak ada sambungan komunikasinya, sehingga keberadaan ketiga nelayan asal Ulee Lheue itu masih misterius.

"Intinya, hingga kini, keberadaan ketiga nelayan itu belum diketahui dan kami berharap ketiganya selamat dan tidak terjadi apa-apa dengan mereka," ungkap Miftah.

Seperti diberitakan tiga nelayan Ulee Lheue yang menggunakan KM Mata Ranjau 03 yang berangkat 18 Maret 2019, tapi sampai 13 April 2019, belum juga kembali.

Boat berukuran 6 gross ton (GT) warna hijau muda tersebut sudah tidak dapat dihubungi melalui radio all band yang terpasang di boat yang ditumpangi oleh ketiga nelayan itu.

“Di samping ada GPS, boat yang ditumpangi tiga nelayan itu juga dilengkapi radio all band. Jadi, itu standar yang kami sarankan bagi seluruh nelayan yang ingin melaut lebih dari 200 mil. Karena, kalau terjadi apa-apa, misalnya kerusakan mesin, mudah untuk kami lacak.

Tapi, sampai dengan hari ini radio all band di boat yang ditumpangi ketiga nelayan kita itu sudah tidak dapat dihubungi lagi,” kata Sekretaris Panglima Laot Lhok Kuala Cangkoi Ulee Lheue, Rizal yang dihubungi Serambinews.com waktu itu.

Rizal juga menaruh harapan, ketiga nelayan Ulee Lheue itu dalam keadaan sehat dan tidak terjadi apa-apa dengan mereka.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved