Kisah Perempuan Aceh Bekerja di Malaysia, Nasib tak Semujur Impian
Halimah dideportasi bersama Yusnidar dan Suryani bersama 38 pekerja asal Indonesia lainnya, tiba di Bandara Soekarno Hatta, Cengareng, Jakarta.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Taufik Hidayat
Ia berada di negeri itu selama tiga tahun bersama suami dan adik iparnya.
"Suami saya, Zainal Abidin dan adik ipar, Iwan, sampai sekarang masih ditahan di penjara Sepang. Perkaranya sama, melebihi batas masa," kata Yusnidar.
Selama bekerja di Selangor, putri mereka tinggal di kampung bersama neneknya.
Yusnidar, 28 tahun, penduduk Desa Cempedak, Panton Labu, Aceh Utara.
Ia mengaku mendapat gaji Rp 3,5 juta hasil bekerja sebagai petugas kebersihan.
Baca: Kepala Dibentur, Tangan Dimutilasi, Jenasah Nyaris Dihanguskan, Kejamnya Pemutilasi Vera Oktaria
Baca: Hasil Real Count KPU Terbaru, Jumat 17 Mei, Data Masuk 86,11%, Ini Selisih Jokowi vs Prabowo
Baca: Ternyata Sabun Antibakteri Justru Dapat Picu Kanker, Ini 5 Zat Berbahaya yang Jadi Penyebabnya
Seperti halnya Halimah, Yusnidar berangkat ke Malaysia bersama suami untuk mengubah kehidupan menjadi lebih baik.
"Kami tak punya apa-apa di kampung, satu-satunya harapan adalah berjuang di negeri orang, dengan resiko yang sangat berat," cerita Yusnidar saat ditemui, Kamis (16/5/2019) di Kantor Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) di Jakarta, yang memfasilitasi kepulangannya ke Aceh dari Jakarta.
Keduanya mengaku, masih ada ratusan orang Aceh lainnya bertarung hidup seperti mereka di Malaysia.
Adakalanya ditangkap dan dideportasi. Tapi kemudian kembali lagi.
"Saya sekarang jera. Tidak akan kembali lagi," kata Yusnidar dan Halimah hampir bersamaan.
Hanya saja masalahnya, mereka masih belum mengetahui, pekerjaan apa yang akan mereka lakoni selama di kampung.
Sementara hidup harus dipertahankan dan diperjuangkan. Pemerintah Aceh, tidak bisa tinggal diam, harus mencari jalan untuk mereka.(*)