Malaysia Gandeng Kedai Runcit Aceh
Kerajaan Malaysia menggandeng para pedagang kedai runcit Aceh untuk mendistribusikan barang murah
* Distribusikan Ikan Murah untuk Warga
BANDA ACEH - Kerajaan Malaysia menggandeng para pedagang kedai runcit Aceh untuk mendistribusikan barang murah kepada masyarakat. Rencananya, jaringan kedai runcit Aceh (toko kelontong yang dikelola komunitas Aceh) di Malaysia, akan dimasukkan dalam wadah koperasi yang akan diberi nama Malaysia Acheh Solidaritas Agama (MASA) di bawah naungan Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI).
Koperasi ini dibentuk atas kerja sama Komuniti Melayu Acheh Malaysia (KMAM) dengan Suruhanjaya Koperasi Malaysia (SKM) dan Petro Teguh (M) Sdn Bhd, sebuah syarikat dagang mitra kerja Kerajaan Malaysia.
Anggota komunitas Aceh di Malaysia, Jafar Insya Reubee, kepada Serambi, Selasa (18/6) mengatakan, keputusan Kerajaan Malaysia menggandeng KMAM, karena luasnya jaringan kedai runcit Aceh yang tersebar di hampir seluruh Semenanjung, termasuk ke kampung-kampung di negeri jiran itu.
Media Malaysia, Berita Harian menyebut lebih 100 ribu orang (dari total 500 ribu) orang Aceh di Malaysia bekerja di bidang usaha kedai runcit (toko kelontong). “Sebagian besar dari 500.000 orang Aceh di negara ini memiliki kartu identitas (KTP Malaysia) sejak tinggal pada tahun 1985. Dari jumlah tersebut, sebanyak 20 persen atau 100 ribu orang adalah pemilik usaha atau menjadi pengusaha di sektor bisnis, sementara sisanya adalah para pekerja di sektor-sektor tersebut,” tulis Berita Harian dalam laporan eksklusif berjudul ‘Peniaga Aceh Bolot Sektor Runcit’ edisi 21 Mei 2019.
Distribusikan Barang Murah
Jafar Insya mengatakan, kebijakan Pemerintah Malaysia menggunakan jaringan kedai runcit Aceh untuk mendistribusikan barang-barang murah kepada penduduk, disampaikan oleh pihak Suruhanjaya Koperasi Malaysia (SKM), dalam pertemuan dengan pimpinan KMAM dan puluhan pebisnis asal Aceh, di Kuala Lumpur International Hotel (KLIH), Sabtu (15/6 lalu.
“Dalam pertemuan itu disampaikan bahwa para pedagang runcit Aceh akan dimasukkan dalam koperasi yang dibina oleh Syarikat Petro Teguh Sdn Bhd,” kata Jafar Insya.
Dikatakan, rapat dihadiri sekitar 100 pebisnis asal Aceh dan pimpinan komunitas Aceh dari 50 wilayah di Malaysia. Para pimpinan wilayah ini membawahi kedai runcit Aceh di seluruh Malaysia (Semenanjung).
Dalam pertemuan tersebut, mereka mendengarkan arahan pembentukan koperasi yang disampaikan oleh Direktur Pelaksana Petro Teguh Sdn. Bhd, Dato Seri Azmin Mustam Abdul Kadir, Presiden Asosiasi Komunitas Melayu Acheh Malaysia (KMAM), Datuk Haji Mansyur Usman, Ketua Eksekutif Dewan Koperasi Malaysia (SKM) Datuk Nordin Salleh, serta Direktur Divisi Hukum & Registrasi SKM, Puan Siti Azlin Ahmad Dauta.
Informasi diperoleh Serambi Selasa (18/6), untuk tahap awal, kerja sama antara KMAM akan diluncurkan pada tanggal 30 Juni 2019, dalam bentuk program pasokan ikan di Pusat Distribusi Paya Jaras, Sungai Buloh, Selangor, Malaysia.
“Diskusi tentang masalah ini telah dilakukan dengan rapi oleh Petro Teguh dengan perwakilan dari KMAM. Tahap awal dari kerja sama ini akan diluncurkan pada 30 Juni 2019 dalam bentuk program pasokan ikan di Pusat Distribusi Jaras Paya,” kata Direktur Pelaksana Petro Teguh (M) Sdn Bhd, Dato Seri Azmin Mustam Abdul Kadir, dalam pertemuan dengan perwakilan pemilik kedai Runcit Aceh, di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (15/6) lalu.
Presiden Komuniti Melayu Acheh Malaysia (KMAM), Datuk Haji Mansyur Usman, dalam sambutannya menyampaikan pentingnya KMAM menyambut peluang kerja sama dengan Pemerintah Malaysia melalui Petro Teguh (M) Sdn Bhd dan Komisi Koperasi Malaysia (SKM).
“Oleh karena itu, mendirikan koperasi untuk anggota KMAM adalah kewajiban yang harus dilakukan segera,” ujarnya.
Datuk Haji Mansyur menutup pengarahannya dengan berharap bahwa kerja sama ini akan dapat menghasilkan kebangkitan ekonomi umat ke tingkat Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) di seluruh Nusantara.
Sementara itu, Ketua Eksekutif Komisi Masyarakat Koperasi Malaysia (SKM), Datuk Nordin Salleh menyampaikan beberapa hal yang dapat menjadi sumber keberhasilan program yang direncanakan. Antara lain sifat orang Aceh, serta jaringan ‘Aceh’ yang luas dan platform yang tersedia.