Presiden Iran: Sanksi Amerika Serikat kepada Ayatollah Ali Khamenei Tidak Berguna

Presiden Iran Hassan Rouhani berkomentar, sanksi Amerika Serikat ( AS) kepada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei tidak berguna.

Editor: Faisal Zamzami
via Sky News
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri), dan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.(via Sky News) 

SERAMBINEWS.COM, TEHERAN - Presiden Iran Hassan Rouhani berkomentar, sanksi Amerika Serikat ( AS) kepada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei tidak berguna.

Pernyataan itu dia sampaikan dalam siaran langsung televisi setelah Presiden Donald Trump mengumumkan dia sudah menandatangani perintah eksekutif Senin (24/6/2019).

Dalam perintah eksekutif itu, selain menjatuhkan sanksi kepada Khamenei, AS juga memberikan hukuman kepada Menteri Luar Negeri Mohammed Javad Zarif dan komandan Garda Revolusi.

"Pemberian sanksi kepada Pemimpin Tertinggi Khamenei bakal sia-sia karena beliau tidak punya aset di luar negeri," kata Rouhani dikutip Al Arabiya Selasa (25/6/2019).

Rouhani menyebut pengumuman sanksi itu menunjukkan bahwa AS sudah putus asa.

"Gedung Putih mengalami keterbelakangan mental. Kesabaran Iran bukan berarti kami takut," tegasnya.

Selain itu, Rouhani menganggap sanksi yang ditujukan kepada Zarif menunjukkan Washington tengah berbohong tentang menawarkan perundingan kepada mereka.

"Di saat kalian (AS) menawarkan perundingan, kalian juga menjatuhkan sanksi kepada menteri luar negeri? Jelas bahwa kalian bohong," terang Rouhani.

Komentar Rouhani muncul setelah Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton mengatakan bahwa Washington membuka pintu untuk bertemu dan bernegosiasi.

"Namun sebagai tanggapan, sikap diam Iran begitu memekakkan telinga," ucap Bolton dalam pernyataan resmi di sela kunjungan ke Yerusalem, Israel.

Dalam konferensi pers, Trump menjelaskan sanksi itu dijatuhkan kepada Khamenei karena dia dituduh bertanggung jawab atas "sikap permusuhan" yang ditunjukkan Iran.

Karena itu, Trump menuturkan sanksi bakal mencegah Khamenei maupun rezimnya untuk mendapatkan akses utama kepada sumber finansial maupun dukungan.

"Iran tidak akan bisa mendapatkan senjata nuklir. Mereka adalah negara pendukung terorisme nomor satu di berbagai tempat di dunia ini," beber Trump.

Presiden Iran: AS Menderita Keterbelakangan Mental

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) dan Presiden Iran Hassan Rouhani
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) dan Presiden Iran Hassan Rouhani (AFP /IRANIAN PRESIDENCY/HO/NICHOLAS KAMM)

Presiden Iran Hassan Rouhani mengejek Amerika Serikat ( AS) setelah mengumumkan sanksi yang menyasar sejumlah pejabat dan komandan militer.

Dalam siaran televisi, Rouhani mengomentari sanksi yang diberikan kepada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamanei dan Menteri Luar Negeri Mohammed Javad Zarif.

Dilansir The Independent Selasa (25/6/2019), Rouhani menyebut sanksi itu sebagai perbuatan "idiot dan keterlaluan", dan menyindir AS "menderita keterbelakagan mental".

"Kalian (AS) menjatuhkan sanksi kepada menteri luar negeri secara simultan dan kemudian menawarkan sebuah perundingan?" tanya Rouhani dengan gusar.

Iran sudah memperingatkan bahwa sanksi yang diteken oleh Presiden Donald Trump pada Senin (24/6/2019) itu bakal menutup pintu diplomasi dua negara.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Abbas Mousavi berkata Washington sudah menghancurkan mekanisme internasional untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia.

Dalam konferensi pers, Trump menyatakan sanksi "keras" merupakan respon yang kuat dan proporsional terhadap tindakan provokatif yang dilakukan Iran.

Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton yang dikenal mempunyai pendekatan agresif sudah mengatakan Gedung Putih masih membuka pintu bagi negosiasi.

Bolton berujar, mereka membuka pintu dengan syarat Iran bersedia menghapus program senjata nuklir, rudal balistik, dukungan terhadap terorisme, dan perilaku negatif lainnya.

"Yang cukup dilakukan Iran adalah berjalan melewati pintu itu," terang Bolton.

Hubungan dua negara memanas sejak Trump menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 tahun lalu.

Tensi semakin meningkat dalam tiga pekan terakhir.

Antara lain serangan terhadap kapal tanker di perairan Teluk Oman dan membuat harga minyak dunia meroket.

Kemudian baru-baru ini adalah klaim Garda Revolusi Iran bahwa mereka menembak jatuh drone pengintai RQ-4A Global Hawk karena melanggar wilayah mereka.

Perancis, Jerman, dan Inggris langsung merilis pernyataa resmi menyerukan adanya deeeskalasi karena tensi yang semakin meningkat di kawsan Teluk.

Mereka juga menjamin komitmen terhadap perjanjian nuklir 2015 dan meminta pihak lain untuk "bertindak seperti yang mereka lakukan".

Baca: Pergub Reklamasi Dikebut Sebelum Dirinya Dilantik, Anies: Yang Mengerjakan Ini Semua Cerdik

Baca: Gubernur Aceh Lepas Kontingen STQN ke Pontianak, Peserta Terbaik Diganjar Bonus

Baca: Diduga Memberikan Kesaksian Palsu, TKN Berencana Laporkan Saksi Tim Hukum 02

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran: Sanksi AS kepada Pemimpin Tertinggi Kami Sia-sia"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved