Kisah Inspiratif
Yatim Sejak Empat Tahun, Vokalis Band Ini Jadi Juragan Gulai Siput di Aceh Singkil
Gulai siput dijual Rp 10.000 sementara bila diantar tambah ongkos menjadi Rp 13.000 tiap kemasan seukuran mangkuk bakso.
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Muhammad Hadi
Kondisi himpitan ekonomi itulah memaksa Khairul, berhenti kuliah ketika masuk semester enam di universitas negeri terkemuka di Sumatera Utara
Laporan Dede Rosadi I Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Perjuangan hidup pemuda ini layak untuk ditiru.
Putus kuliah karena himpitan ekonomi tak membuat anak yatim ini patah semangat.
"Umur 4 tahun ayah meninggal. Sejak saat itu aku berdua saja sama ibu," kata Khairul Fahmi ditemui di dapur rumah kayu 2x5 meter yang menjadi tempatnya memasak gulai siput memenuhi pesanan pelanggan, Rabu (31/7/2019).
Baca: Ini Identitas 3 Pria dalam Mobil Putih, Ditangkap Polisi di Aceh Utara, Terdengar Suara Tembakan
Penduduk Desa Kuta Simboling, Kecamatan Singkil, Aceh Singkil, yang dikenal sebagai vokalis band itu, sejak dua pekan terakhir menjadi juragan gulai lokan siput.
Bersama temannya Mahmudin yang merupakan lulusan sarjana hukum, Khairul memasak gulai siput dengan resep dipelajarinya dari sang ibu sebagai spesialis memasak di tempat pesta.
Khairul sejak balita hanya hidup bersama sang bunda.
Menopang kehidupan sehari-hari ibu Khairul, mencari lokan dan menjadi juru masak di tempat pesta.
Kondisi himpitan ekonomi itulah memaksa Khairul, berhenti kuliah ketika masuk semester enam di universitas negeri terkemuka di Sumatera Utara.
Baca: Usut Penyebab Karhutla di Aceh Barat, Polisi Periksa 9 Warga, Siswa Korban Asap Dibawa Pulang
Namun bagi remaja 26 tahun itu, berhenti kuliah bukan, berarti selesai kehidupan.
Bermodal suara serak yang dimilikinya, ia menjadi vokalis band.
Sayang panggilan menjadi penyanyi tidak datang setiap waktu.
Khairul lantas mencoba mencari peruntungan baru dengan berjualan gulai siput.
Siput atau dalam bahasa Singkil disebut cih, made in Khairul tentu saja berciri khas milenial.
Selain bercita rasa khas, ia mengemas baik siput hasil masakannya.
"Kami juga hanya melayani pesanan," kata Khairul.
Baca: Sumur Tua Semburkan Gas Setinggi 5 Meter di Aceh Timur, Bau Gas Menimbulkan Nyeri di Dada
Hasilnya cukup lumayan dua pekan menjadi juragan gulai siput, pesanan terus datang.
Gulai siput dijual Rp 10.000 sementara bila diantar tambah ongkos menjadi Rp 13.000 tiap kemasan seukuran mangkuk bakso.
Lelaki lajang itu terdorong jualan gulai siput demi membantu menopang hidup dirinya bersama sang bunda.
Siput ia beli Rp 40 ribu per karung ukuran 40 kilo dari tetangganya.
Sehingga usaha yang digelutinya secara tidak langsung turut hidupkan ekonomi warga sekitar yang umumnya pencari siput dan lokan (kerang sungai).
Siput buatan Khairul bukan sembarangan.
Siput itu diambil kaum perempuan dari muara sungai yang dikenal sebagai sarang buaya.
"Siput diambil dari muara yang ada buayanya," ujar Khairul.
Baca: Puluhan Pasutri Ingin Adopsi Bayi yang Dibuang di Pidie, Begini Syarat dan Ketentuannya
Sore itu, Khairul memasak 10 porsi siput sesuai pesanan.
Sebelum dimasak siput terlebih dahulu direndam air tawar semalaman, lalu dicuci bersih.
Adapun bumbu yang dibutuhkan kunyit 2 siung, cabai merah 1 ons, cabai rawit 1/2 ons, bawang merah 1/2 ons, bawang putih 2 siung dan kelapa 3 butir.
Cara masaknya semua bumbu dihaluskan, kemudian dimasak sampai harum.
Setelah itu masukan santan kelapa, tunggu hingga mendidih.
Terakhir masukan siput dan aduk sampai matang.
Aroma gulai menusuk hidung, ketika Khairul menyodorkan sepiring siput.
Begitu dipersilahkan, siput yang dilumuri kuah berwarna kuning langsung tak tersisa.(*)
Baca: Dianggap Sebagai Tokoh di Balik Konflik di Nduga Papua, Siapa Sebenarnya Egianus Kogoya?
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/gulai-siput-buatan-khairul-fahmi-di-aceh-singkil.jpg)