Feature

Cerita Sedih Gadis Miskin di Pidie, Jalani Operasi Tujuh Kali, Kini Pasrah tak Ada Biaya

Meski sakit, Rika tetap ceria saat meceritakan kisahnya sehingga gadis itu harus menjalani operasi tujuh kali.

Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/MUHAMMAD NAZAR
Rika Novasanti di tempat tidur di Gampong Paloh Tok Dhuek, Kecamatan Simpang Tiga, Pidie, Sabtu (3/8/2019). 

Laporan Muhammad Nazar I Pidie

SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Rika Novasanti (26) gadis miskin asal Gampong Paloh Tok Dhuek, Kecamatan Simpang Tiga, Pidie, hingga kini masih terbujur di tempat tidur rumahnya.

Anak pertama pasangan Azahri (53) dan Khatijah itu berasal dari keluarga kurang mampu.

Ia tingggal di rumah berkonstruksi kayu atau rumah Aceh.

Orang tuanya bekerja sebagai petani.

Rika sudah satu tahun lebih terbaring di tempat tidur, yakni sejak kakinya patah saat melompat dari balai pengajian.

Meski sakit, Rika tetap ceria saat meceritakan kisahnya sehingga gadis itu harus menjalani operasi tujuh kali.

Raut wajah Rika tertutup cadar sesekali menahan sakit akibat kaki kanannya belum sembuh.

"Kaki saya patah usai meloncat dari balai pengajian karena ketakutan ada warga yang keserupan. Awalnya saya tidak tahu jika kaki saya patah sehingga dibawa ke tukang urut di gampong tetangga. Kejadiannya tanggal 2 Mei 2018," kata Rika Novasanti mengawali cerita saat disambangi, Serambinews.com, Sabtu (3/8/2019), di rumah di Gampong Paloh Tok Dhuek.

Ia mengatakan, setelah diobati tukang urut, ternyata kaki gadis berkulit putih yang masih dibaluti perban mulai membengkak.

Baca: Haji Uma Punya Kenangan tak Terlupakan dengan Ayah Doe Sutradara Eumpang Breuh, Ini Ceritanya

Baca: Semburan Gas di Aceh Timur Masih Terjadi, BPMA Sebut Materialnya tidak Berbahaya, Ini Penjelasannya

Baca: Pemerintah Aceh Serahkan Bantuan Bahan Bangunan untuk Korban Kebakaran Bulusema

Orang tuanya meminta supaya perban itu dibuka. Namun, saat perban dibuka, ternyata kaki Rika mengalami luka.

"Saya menganggap musibah setelah ditangani tukang urut karena bukan sembuh, malah semakin mengalami luka. Saya belum pernah berobat di rumah sakit, jadi saya tidak tahu seharusnya diperiksa lebih dahulu sama dokter," ujarnya.

Menurutnya, setelah adanya dianjurkan manteri di gampongnya, Rika dirujuk ke rumah sakit swasta di Sigli.

Di rumah sakit tersebut Rika ditangani dokter ahli bedah dengan menjalani operasi satu kali.

Operasi kedua dijalani Rika saat dirujuk di RSUD Tgk Chik Di Tiro Sigli.

Untuk pemasangan besi di kaki yang patah, Rika kemudian dirujuk ke RSU dr Zainoel Abidin Banda Aceh.

Di rumah sakit tersebut Rika menjalani empat kali operasi dengan jadwal berbeda, termasuk pemasangan besi di kakinya.

"Saat ini, besi di kakinya telah dikeluarkan, tapi kaki belum sembuh. Dokter bilang harus diperiksa lagi, tapi saya belum pergi mengingat uang untuk biaya makan belum ada. Satu hari biaya makan terkadang Rp 200 ribu, termasuk membeli perban dan pampers," jelas Rika sembari memegang dahinya.

Ia menambahkan, hingga kini dirinya sangat membutuhkan biaya untuk makan selama berobat di RSUZA Banda Aceh.

Bantuan baru mengalir dari donatur dari Malaysia dan balai pengajian.

Ia tidak mengetahui mengadu kemana supaya adanya bantuan dana untuk biaya makan selama berobat di Banda Aceh.

"Saya maunya cepat sembuh karena sudah satu tahun lebih di tempat tidur, tapi terkendala dana," kata Rika yang berprofesi sebagai ustazah.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved