2019 Penari Rapai Geleng Meriahkan Detik-Detik HUT Ke-74 RI di Abdya

Para penari rapai geleng di kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) ikut memeriahkan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke 74 yang jatuh pada 17 Agustus 201

Penulis: Rahmat Saputra | Editor: Jalimin
SERAMBINEWS.COM/RAHMAT SAPUTRA
Sebanyak 2019 penari Rapai Geleng akan memeriahkan HUT Ke-74 RI di Abdya. 

2019 Penari Rapai Geleng di Abdya Meriahkan HUT RI 74

Laporan Rahmat Saputra I Aceh Barat Daya

SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Para penari rapai geleng di kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) ikut memeriahkan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke 74 yang jatuh pada 17 Agustus 2019.

Tak tanggung-tanggung, pemkab Abdya melalui Dewan Kesenian Abdya akan menurunkan 2019 orang penari rapai geleng akan dipusatkan di lapangan Persada Blangapidie.

Ketua Dewan Kesenian Abdya, Nazar mengatakan bahwa 2019 penari rapai geleng itu adalah para pemuda yang berasal dari 152 desa dari sembilan kecamatan di Abdya.

"Setiap desa mengirimkan 12 orang penari. Iya, ini peserta terbanyak yang pertama dalam sejarah rapai geleng di Abdya. " ujar Ketua Dewan Kesenian Abdya, Nazar didampingi ketua panitia pelaksana, Harmansyah.

Harmansyah mengatakan dipilihnya rapai geleng sebagai seni yang akan tampil pada perayaan 17 Agustus 2019 ini, karena rapai geleng adalah identitas budaya asli Abdya, dan rapai geleng lahir dari kecamatan Manggeng, Kabupaten Abdya.

"Maka sudah sepantasnya masyarakat Abdya menjaga kelestarian budaya asli Abdya ini, salah satunya dengan mengadakan tarian masal seperti ini," terangnya.

Harman berharap dengan pelaksanaan rapai geleng massal ini, selain masyarakat Abdya dan masyarakat Aceh secara umum mengetahui bahwa Rapai Geleng ini adalah budaya asli Abdya, juga untuk membangkitkan semangat para pemuda Abdya dan Aceh untuk cinta terhadap kesenian dan budaya sendiri.

"Kita targetkan, kegiatan rapai geleng ini ini bisa memecahkan rekor MURI," pungkasnya.

Aceh Barat Siaga Darurat Asap Karhutla, Ada Dapur Umum di BPBD

Ketua PPP Sabang, M Thaher Interupsi, Tapi tak Digubris Majelis Hakim MK

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Yudisium 155 Lulusan

Tari rapai geleng ini sendiri adalah sebuah tarian yang berasal dari etnis Aceh, dimana wilayahnya sendiri berasal dari Abdya.

Rapai Geleng ini sendiri dikembangkan oleh seorang anonym di Abdya.

Permainan Rapai Geleng juga disertakan dengan gerakan tarian, dimana tarian tersebut melambangkan sikap keseragaman dalam hal kerjasama, kebersamaan dan juga penuh kekompakan dalam lingkungan masyarakat.

Tarian ini sendiri mengekspresikan dinamisasi masyarakat dalam syair yang dinyanyikan, kostum dan gerakan dasar dari unsure tari Meuseukat. Jenis tarian ini sendiri dimaksudkan untuk laki-laki, dan biasanya dalam tari rapai geleng ini dilakukan oleh 12 laki-laki yang telah terlatih.

Tarian ini sendiri tentu saja memiliki beberapa fungsi seperti pada halnya tarian-tarian lain yang ada pada daerah ini sendiri, tentu saja ada beberapa keistimewaan pada tarian ini sendiri.

Fungsi dari tarian ini sendiri adalah untuk syair agama, dimana diharapkan dapat menanamkan nilai moral kepada masyarakat. Tentu saja dalam hal ini adalah moral yang baik dan yang bisa dicontoh oleh masyarakat dan dapat diikuti oleh semua orang dan juga siapa saja yang ada pada daerah tersebut.

Tarian ini sendiri pun biasanya dilakukan pada saat ada santri yang merasa jenuh pada saat mereka melakukan pelajaran sendiri.

Hujan Ringan Turun di Abdya, Diharapkan Memadamkan Titik Api

Warga Antusias Mengikuti Bursa Inovasi Desa Kecamatan Simpang Tiga

Pohon Tumbang Rintangi Jalan Lintas Timur dan Barat Selatan

Gerakan dari tarian ini sendiri pun memiliki makna tersendiri yang juga sangat dalam, dimana gerakan tarian ini sendiri berirama satu-satu lambar dan lama kemudai berubah menjadi cepat dan juga diiringi dengan gerakan tubuh yang masih berposisi duduk bersimpuh, meliuk ke kiri dan juga ke kanan.

Gerakan itu sendiri lama kelamaan menjadi cepat dan bertambah semakin cepat juga.

Pada dasarnya sendiri ritme gerak pada tarian ini sendiri hanya terdiri dari empat tingkatan yaitu lambat, cepat sangat cepat dan diam.

Keempat karakteristik tersebut adalah mencerminkan bagaimana sifat dari masyarakat yang ada di pulau Sumatera sendiri pada saat menghadapi berbagai situasi yang ada seperti pada halnya kehidupan beragama, politik, social budaya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved