Seng Beterbangan di Tengah Malam, Suara Angin Seperti Gemuruh Tsunami

Angin menderu kencang disusul gemuruh hujan. Sesaat kemudian terdengar sura seng, derit balok kayu terangkat, yang kemudian mengujam deras

Editor: bakri
SERAMBI/DEDE ROSADI
Rumah milik Mansurna penduduk Gosong Telaga Barat, Singkil Utara, Aceh Singkil, rusak disapu angin, Minggu (11/8/2019) sekitar pukul 23.50 WIB. 

Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut. Namun jumlah warga terdampak sebagaimana laporan BPBD mencapai 39 jiwa.

Bantuan masa panik terhadap para korban juga telah disalurkan, Senin (12/8). Bantuan yang berasal dari Dinas Sosial dan BPBD Aceh Singkil itu diserahkan secara simbolis oleh Bupati Dulmusrid kepada korban badai di Desa Gosong Telaga Barat, Singkil Utara. Bantuan yang diberikan berupa bahan pokok seperti beras, mi instan dan telur. Kemudian terpal dan tikar.

Juga landa Bireuen

Selain di Singkil, badai juga melanda Kabupaten Bireuen, tepatnya di Dusun Meunasah Barat, Desa Pante Gajah, Peusangan. Satu satu unit rumah kontruksi kayu dengan atap rumbia milik Zulham (45) yang ia tempati bersama istri dan tiga anaknya  mengalami kerusakan setelah disapu badai yang terjadi sekitar pukul  23.30 WIB, Minggu (11/8).

Kepala Dinas Sosial Bireuen, Drs Murdani menerangkan, malam itu sebagian wilayah Bireuen memang dilanda angin kencang dan hujan lebat, yang berlangsung mulai pukul 22.30 WIB sampai Senin dini hari. “Laporan sementara dari Tagana, rumah milik Zulham rusak pada bagian atas. Sebagian atapnya diterbangkan dan bagian samping rumah rusak berat. Kita juga sudah menyhalurkan bantuan masa panik untuk keluarga tersebut,” kata Murdani.

Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas 1 Sultan Iskandar Muda (SIM) Aceh Besar, Zakaria, mengatakan bahwa wilayah Aceh saat ini sedang dilanda musim angin barat.

Zakaria menyebutkan, normalnya kecepatan angin saat musim barat seperti ini adalah 10-40 kilometer/jam. Tetapi kecepatan angin bisa bertambah hingga 90 kilometer/jam jika ada awan konvektif.

"Kalau ada awan konvektif atau awan hujan, maka kecepatan anginnya meningkat sampai 90 kilometer per jam. Kita perkirakan satu dua hari lagi sudah mulai berkurang kecepatan anginnya," kata Zakaria kepada Serambi, Senin (12/8).

Aceh sendiri ia jelaskan, saat ini sebenarnya masih berada pada musim kemarau. Tetapi karena ada sedikit gangguan di Samudera Pasifik berupa tekanan rendah, maka massa udara dari Samudera Hindia bergerak menuju Samudera Pasifik.

"Massa udara ini seperti air, kemana yang rendah kesitu dia turun mengalir. Jadi kalau kita ibaratkan air dari Samudera Hindia mengalir ke Samudera Pasifik, sehingga terjadi angin kencang di wilayah Aceh," sebutnya.

Zakaria menambahkan, angin kencang akhir-akhir ini umumnya terjadi di sore hari yang disertai hujan. Berbeda dengan puting beliung, meski juga disebabkan oleh awan konvektiv, namun pergerakan anginnya memutar.

Kecepatan angin tersebut, lanjut dia, bisa menumbangkan pohon dan baliho. Oleh karena itu ia mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dan sebisa mungkin menghindari berteduh di bawah pohon yang sudah tua.

"Begitu juga dengan nelayan agar lebih berhati-hati di laut, dengan kecepatan angin ini bisa meningkatkan tinggi gelombang mulai 0,5 sampai 3 meter untuk wilayah barat selatan Aceh," sebut Zakaria.

Sedangkan untuk perairan Sabang-Banda Aceh, diperkirakan ketinggian gelombang antara 0,5-3 meter. Tinggi gelombang tersebut juga tidak aman bagi nelayan. "Tetap perlu waspada apabila ada awan hitam di darat maupun di laut, karena bisa terjadi petir, angin kencang, puting beliung dan juga hujan es," demikian Zakaria. (de/yus/una)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved