Bertemu Menteri, Putri Bilang Ingin Jadi Polwan
Kisahnya yang terpaksa menahan lapar saat ke sekolah, karena tidak ada beras untuk dimakan, ditulis panjang lebar
JAKARTA - Nama Putri Dewi Nilaratih, siswi kelas 2 SMP di Peureulak Aceh Timur, sejak sepekan terakhir viral di media sosial. Kisahnya yang terpaksa menahan lapar saat ke sekolah, karena tidak ada beras untuk dimakan, ditulis panjang lebar oleh media massa.
Berita ini membawa Putri bersama ayahnya Suparno dan ibundanya, Mariani secara khusus bertemu Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, di ruang kerja menteri di Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (13/8). Kedatangan keluarga tidak mampu ini didampingi Kepala Dinas Pertanian Aceh A Hanan SP MM, bersama Kabag Pengadaan Pangan Mukhlis, serta Hotriadi, Petugas Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Aceh Timur.
"Saya ingin jadi Polwan," jawab Putri Dewi Nilaratih, saat ditanya cita-citanya oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
"Polwan itu cantik dan rapi, sangat wibawa," imbuh Putri saat menjelaskan tentang polisi wanita atau Polwan.
Selain bertanya cita-cita Putri, Menteri Amran Sulaiman juga menawarkan pendidikan gratis kepada Putri. “Bagaimana mau saya sekolahkan? Silakan dipikirkan," kata Menteri.
"Saya siap. Setelah selesai sekolah ini. Kalau sekarang kan tanggung," kata Putri yang memiliki prestasi bagus di sekolahnya.
Menteri Andi Amran kemudian menanyakan jumlah keluarga. Suparno, ayah Putri, menjelaskan dirinya punya tujuh anak. Anak tertua sudah menikah. Yang nomor dua, baru tamat dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tapi belum mendapat pekerjaan tetap dan sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan.
Menteri Amran secara spontan menawarkan pekerjaan kepada anak Suparno yang masih menganggur setelah lulus SMK. "Kami berterima kasih atas bantuan Pak Menteri. Nanti akan saya sampaikan kepada anak saya," jawab Suparno mengenai tawaran menteri tersebut.
Suparno kemudian menceritakan bahwa dirinya juga bekerja sebagai kuli bangunan. "Saya bekerja membangun rumah-rumah di desa. Belum pernah ikut bangun kantor,” kata pria 54 tahun yang lahir dan besar di Aceh ini. Istri Suparno, Mariani berasal dari Saree, Aceh Besar.
Sementara anak ketiganya masih duduk di kelas 1 SMK, nomor 4 kelas tiga SMP, nomor 5 Putri Dewi Nilaratih kelas 2 SMP, nomor 6 kelas 1 SMP, dan si bungsu nomor 7 masih duduk kelas 1 SD.
Bantu traktor dan sapi
Menteri Andi Amran Sulaiman mengaku membaca kisah Putri saat sedang berada di kampung merayakan lebaran Idul Adha. Menteri Amran menceritakan bahwa dirinya juga orang susah dari kampung. Dulu ia adalah buruh pemecah batu dan hidup kekurangan.
"Saya langsung kontak Sekjen untuk mencari tahu Putri dan keluarganya. Dan saya undang ke Jakarta. Tidak boleh ada anak bangsa yang susah dan kelaparan sekarang ini," tukas Menteri Andi Amran.
Dalam kesempatan itu, Menteri Amran menyerahkan engkol traktor roda dua dan dokumen seekor sapi kepada Suparno. Sementara amplop berisi sejumlah uang diserahkan kepada Putri Dewi Nilaratih.
Menteri memesankan silakan sewakan traktor tersebut dan pelihara sapi bunting, hasilnya gunakan untuk menghidupi keluarga. "Insya Allah dari sewa traktor bisa memperoleh penghasilan 10 juta per bulan dengan harga sewa 600 ribu per hektare," pesan menteri.
Suparno mengungkapkan rasa syukur mendalam atas anugerah ini. Ia mengaku siap menjalankan traktor dua roda bantuan menteri dan menjaga sapi bantuan dengan sebaik-baiknya. "Insya Allah saya siap jalankan traktor ini. Walau saya selama ini buruh bangunan, saya harus bisa jalankan traktor," kata Suparno seusai bertemu Menteri Andi Amran Sulaiman.
Suparno yang sehari-hari buruh bangunan mengaku hidupnya kekurangan, sebab penghasilannya tak mencukupi. Istrinya, membantu ekonomi keluarga dengan berjualan gorengan yang sehari untungnya rata-rata Rp 20 ribu.
Selama ini keluarga Suparno memperoleh bantuan program keluarga harapan (PKH) sejak 2012. Bantuan diberikan per tiga bulan dengan jumlah antara 500 ribu sampai 1,2 juta.
Mariani menceritakan, mereka juga mendapat bantuan raskin dari Pemerintah, dan mendapat bantuan Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Keluarga ini tinggal di Dusun Tualang Masjid Desa Tualang, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur.
Suparno menyampaikan terima kasih atas segala batuan yang telah diberikan banyak pihak kepada keluarganya. "Saya bertekad memenuhi kebutuhan keluarga dengan sebaik-baiknya. Insya Allah bisa," kata Suparno.(fik)