Info Haji 2019

SWS, Cara Saudi Kelola Sampah di Musim Haji

Selasa (13/8/2019) lalu saat empat juta jamaah haji mabit (bermalam) kedua di Mina, tiba-tiba langit kawasan itu hitam pekat

Editor: bakri
zoom-inlihat foto SWS, Cara Saudi Kelola Sampah di Musim Haji
IST
Laporan MOHD DIN, WARTAWAN Serambi Indonesia

Selasa (13/8/2019) lalu saat empat juta jamaah haji mabit (bermalam) kedua di Mina, tiba-tiba langit kawasan itu hitam pekat. Dari langit yang semula biru cerah dengan suhu udara di atas 40 derajat Celcius, awan hitam bergerak kencang dari timur ke barat. Angin kencang dan petir yang bergemuruh mengubah Mina menjadi kawasan yang agak gelap.

Tak lama setelah petir bergemuruh, hujan lebat pun mengguyur tenda jamaah haji. Di luar tenda terlihat air mengalir dari lorong-lorong. Sehingga, dalam waktu singkat lorong-lorong tersebut berubah menjadi layaknya saluran air. Hujan selama satu jam itu tidak begitu lama dibanding durasi hujan di Tanah Air. Tapi, hujan sesaat tersebut sudah cukup untuk menggenangi sebagian besar wilayah Mina. Bahkan, di beberapa tempat sempat terjadi banjir.

Hujan deras itu mengejutkan para mukimin, meski sebenarnya warga Saudi sangat senang dengan hujan. Hujan adalah anugerah dan mereka menggunakan momen itu dengan bermain air. Sesaat setelah hujan, sampah berserakan di luar tenda jamaah layaknya tempat pembuangan sampah. Sebagian sampah dibawa air. Ada yang mengalir deras dan ada pula yang hanyut secara perlahan sambil mencari permukaan.

Syukur, air hujan tidak sampai masuk menggenangi tenda. Jika air masuk ke dalam tenda jamaah, ceritanya akan berbeda. Di pinggir jalan dari Mina menuju Jamaraat dan kemah-kemah haji dari negara lain, sampah berserakan. Bau busuk mengotori udara wilayah Mina. Aspal tebal sesaat berubah menjadi licin serta penuh dengan sampah cair yang diinjak jamaah dan digiling mobil.

Di genangan air, sampah mengubah warna air menjadi hitam pekat. Sampah basah sempat tergeletak selama dua hari, sebelum datang petugas dan kendaraan pemungutnya. Dua hari setelah itu, puluhan truk lalu lalang memungut sampah yang sudah ditumpuk dan pekerja pengumpul sampah pun mulai muncul. Dua hari lalu, ketika sampah bertumpukan mereka tidak kelihatan.

Sebenarnya, bukan saat hujan yang menjadikan sampah sebagai persoalan besar di Arab Saudi, khususnya Kota Mekkah, pada saat musim haji. Pada hari-hari biasa pun, pada musim tersebut, sampah tetap berjibun. Tiap hari tidak kurang dari 5 hingga 6 ribu ton sampah yang dihasilakn pada pusat-pusat konsentrasi jamaah haji. Sampah yang paling banyak berupa botol air mineral dan bekas bungkusan makanan. Air adalah barang penting di Arab Saudi. Itulah alasannya mengapa Arab Saudi tergolong sebagai konsumen dan sekaligus produsen botol plastik terbesar di dunia.

Lalu, bagaimana Arab Saudi mampu mengelola sampah yang begitu dahsyat jumlahnya pada saat musim haji? Menurut informasi dari Kementrian Haji dan Umrah Arab Saudi, selama musim haji, mereka mengelola sampah dengan Smart Waste System (SWS). Sistem Pengelolaan Sampah Cerdas ini menggunakan teknologi digital dan aplikasi gadget. Meski menggunakan teknologi canggih, Arab Saudi tetap memperkerjakan petugas kebersihan.

Untuk musim haji tahun ini, Arab Saudi merekrut 14 ribu pekerja dari Nigeria. Tenaga kerja kasar ini bertugas memungut sampah di Padang Arafah, Mina (termasuk lokasi Jamaraat, Muzdalifah, dan Masjidil Haram). Selama musim haji, Pemerintah Kota Mekkah mengelola sekitar 5.000 hingga 6.000 ton sampah setiap hari. Sampah itu berada di area Mekkah Haram, area Mina, Muzdalifa, dan Arafah.

Di area Mina seluas 7,85 kilometer persegi, ada sekitar empat juta calon haji yang menginap selama empat hari. Di lokasi ini, jumlah sampah yang dikumpulkan sekitar 14.032 ton. Sementara di Muzdalifa dengan luas areal 11,98 kilometer persegi, empat juta jamaah menginap selama satu malam menghasilkan sampah sekitar 2.322 ton. Di area Arafah, dengan luas 12,24 kilometer persegi, diperkirakan 17.144 ton sampah dibuang oleh jamaah yang menginap satu malam.

Sampah yang dikumpulkan itu kemudian dibawa ke engineering landfill--lahan seluas 1,5 kilometer persegi di luar Kota Mekkah yang sudah disiapkan dengan teknologi tinggi untuk menguburkan sampah. Lahan tersebut digali dengan kedalaman tertentu, kemudian di dasar lubang diletakkan lembaran geomembran. Sampah yang dikuburkan di tempat tersebut kemudian ditimbun dari satu sisi yang mengarah ke sisi lainnya. Di lahan itu, sampah akan terurai dalam waktu 20-50 tahun.

Sistem pengelolaan sampah  cerdas yang diterapkan Pemerintah Kota Mekkah itu menggunakan  teknologi digital. Dengan siatem tersebut memungkinkan petugas memonitor kondisi kebersihan Kota Suci umat Islam ini secara akurat selama 24 jam. Hal-hal yang dimonitor antara lain jumlah tempat sampah yang ada di seluruh area Mekkah, volume sampah di setiap tempat sampah, dan jadwal pembersihan.

Hal ini sangat mungkin dilakukan karena setiap tempat sampah dilengkapi sensor yang akan mengirimkan data ke kantor pusat dan aplikasi gawai. Bahkan, jika masyarakat menemukan tumpukan sampah pada suatu tempat yang belum ditangani, mereka dapat mengambil gambar dan mengirimkannya ke pusat pengelolaan sampah tersebut. Dengan cara itu, petugas di kantor tersebut bisa segera mengetahui lokasinya dan kemudian langsung mengirim petugas kebersihan untuk menangani sampah tersebut.

Pemerintah Kota Mekkah juga memiliki program pendidikan bagi masyarakat, termasuk untuk anak-anak usia sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar, dalam hal menjaga kebersihan dan memelihara keindangan Kota Mekkah. (diolah dari berbagai sumber)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Medium

    Large

    Larger

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved