Elif Kubra, Selebgram Turki Merasa Senang Bisa ke Pulo Aceh
Dalam kunjungan ke Aceh, ia tak sendiri, tapi didampingi temannya, Adana Yildiz yang berasal dari Bursa
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Muhammad Nasir | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Elif Kubra, gadis asal Istanbul, Turki ini sudah seminggu terakhir berpetualangan di Aceh.
Dalam kunjungan ke Aceh, ia tak sendiri, tapi didampingi temannya, Adana Yildiz yang berasal dari Bursa.
Keduanya merupakan Blogger, Vlogger dan Selebgram asal Turki. Elif sendiri yang berkelana hingga 10 negara.
Ia sangat mengagumi keindahan alam Aceh yang sangat indah.
Salah satu tempat berkesan yang ia kunjungi adalah Pulo Aceh, salah satu pulau terluar yang berjarak sekitar 1,5 jam dari Banda Aceh.
Baca: PPI Promosi Wisata Banda Aceh di Turki
Saat ditemui Serambinews.com dalam peringatan 480 tahun hubungan Aceh Turki Di Makam Baba Daud Rumi, Kampung Mulia, Banda Aceh, Selasa (20/8/2019).
Elif bercerita, selama beberapa hari di Aceh, gadis berusia 29 tahun ini sudah mengunjungi sejumlah tempat wisata, mulai di Banda Aceh, Sabang, hingga Pulo Aceh.
Tampaknya, Elif begitu menaruh decak kagum terhadap hamparan pantai Aceh yang berwarna tosca dengan paduan pantai dan gunung.
Terlihat, ia memposting sejumlah foto Pantai Aceh di instagram pribadinya.
Ia juga sempat diajak berkunjungi Gampong Melingge, salah satu desa terjauh di Pulo Aceh.
Di desa itu, Elif berbaur dengan masyarakat saat pelaksanaan bakti sosial.
Baca: Berburu Beasiswa ke Turki, Ketua PPI Turki Asal Aceh Bagikan Tips untuk Pelajar yang Berminat
Itu juga tampak sangat menikmati suasana pantai di desa yang pernah disapu gelombang tsunami ini.
Diakui olehnya, Pulo Aceh sangat indah dan ia menyukainya.
Di mata Elif, Pulo Aceh memang memiliki alam yang indah, terutamanya pantainya.
Namun ia memiliki catatan, ke depan harus lebih dijaga kebersihan Pulo Aceh.
Menurutnya, kawasan pulau yang menghadap ke Samudera Hindia itu sangat cocok dikembangkan menjadi objek wisata alam dan sejarah.
Ia berharap Pulo Aceh juga dapat berkembang seperti Sabang yang sudah lebih dulu maju.
Dalam postingannya, ia mengaku perjalanan ke Aceh merupakan perjalanan terjauh dalam hidupnya, karena ia harus transit di beberapa negara sebelum mendarat di Aceh.
Baca: Turki Abaikan Tekanan AS dan NATO, Rudal S-400 yang Dikirim Rusia Tiba di Dekat Ibu Kota Ankara
Selama di Sabang, ia juga merasakan menimba air langsung dari sumur serta bisa menikmati buah-buahan baru.
Selama di Aceh, Elif beserta temannya Adanur memang memiliki masalah, lidah mereka tak cocok dengan makanan Aceh yang banyak rempah dan pedas.
Terbukti, di Makam Baba Daud Rumi, tampak elif hanya duduk bersimpuh di hadapan hidangan nasi putih dan kuah beulangong khas Aceh.
Ia seperti tak berhasrat mencicipi makanan yang digemari oleh masyarakat Aceh tersebut.
Elif tampak kurang bersemangat untuk menghabiskan hidangan di hadapannya, ia hanya berhasil menelan beberapa suap, lalu berhenti.
Elif memang mengaku merasa asing dan kurang bisa beradaptasi dengan makanan Aceh yang kaya bumbu rempah dan pedas.
“Makanannya terlalu pedas,” ujar Elif yang didampingi temannya Adanur.
Baca: Kantor Anadolu di Gaza Dibom, Erdogan: Turki akan Terus Mengabarkan tentang Kekejaman Israel
Sebagai solusi, untuk mengisi perut ia banyak mengkonsumsi buah selama di Aceh.
Bahkan ia mengaku banyak menemukan buah-buahan jenis baru di Aceh, yang biasanya tak ada di Turki.
Kedatangan Elif salah satunya untuk memperingati 480 tahun hubungan Aceh Turki.
Mahasiswa magister jurusan tourism/pariwisata ini sudah banyak mengetahui tentang hubungan Aceh dan Turki di masa lampau melalui artikel di internet
“Saya sangat senang berada di Aceh, saya melihat setelah tsunami banyak hal yang baru di Aceh, orang-orang Aceh sangat ramah, agamis, dan mudah bergaul,” ujar Elif.
Gadis yang berdomisili di Istanbul ini, juga menyempatkan berziarah ke makam leluhurnya yang ada di Aceh, seperti Makam Baba Daud Rumi dan Kompleks Makam Bitai.
Baca: Diundang Erdogan Ke Turki, Takdir Feriza Haflah Alquran di Perbatasan Bulgaria dan Yunani
Selama berada di Aceh, Elif banyak memposting suasana di Aceh, sehingga sejumlah teman dan followernya di Turki banyak merespons dengan bertanya dengan karakter orang Aceh maupun orang Indonesia umumnya.
Sebab, cerita Elif, selama ini orang Turki sering bertemu orang Indonesia saat ibadah haji atau umrah di tanah suci.
Di Mata orang Turki, orang Indonesia sangat santun dan beradab.
Sebelum kembali ke Turki, Elif bersama temannya Adanur yang berasal dari Bursa memiliki satu keinginan, yaitu bertemu dengan gajah.
Sehingga sejumlah mahasiswa Aceh di Turki berniat mengajak dua gadis Negeri Ottoman ini berkunjung ke CRU Sampoiniet, Aceh Jaya untuk bermain bersama gajah. (*)
Baca: FEATURE: Destinasi Kemanusiaan Menuju Kawah Ijen