Kayu Bajakah

Pegiat Kehutanan Yakin Kayu Bajakah Kalimantan Sejenis dengan Subulussalam, Ini Alasannya

Hasby BM, S.Hut pegiat kehutanan di Kota Subulussalam meyakini Liana atau Bajakah yang tumbuh di daerah ini sejenis dengan di Kalimantan.

Penulis: Khalidin | Editor: Yusmadi
SERAMBI/DEDE ROSADI
Kepala Tim Patroli Bagian Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) Singkil Wilayah Kuala Baru, Admi mencoba meminum tetesan air kayu bajakah di hutan rawa Singki, kawasan Kuala Baru, Aceh Singkil, Selasa (20/8/2019). 

Laporan Khalidin | Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Hasby BM, S.Hut salah seorang pegiat kehutanan di Kota Subulussalam meyakini  Liana atau Bajakah yang tumbuh di daerah ini sejenis dengan di Kalimantan.

”Saya yakin jika Bajakah di Subulussalam sama jenisnya dengan di Kalimantan, maka kalau benar tumbuhan ini berkhasiat maka yang di Subulussalam juga demikian,” ujar Hasby BM, kepada Serambinews.com, Senin (26/8/2019).

Hasby yang merupakan mantan karyawan PT Inhutani (Persero) IV dan kini aktif di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bidang kehutanan mengatakan adanya kesamaan alam Kota Subulussalam dengan Kalimantan.

Dia mencontohkan tanaman kayu kapur (Dryobalanops) di Indonesia hanya terdapat di Aceh dan Kalimantan.

Nah, untuk Aceh Pohon Kapur endemic di Kota Subulussalam dan Singkil. Kendati jenisnya juga terdapat di Kalimantan namun kayu kapur ini berbeda dengan yang tumbuh di Subulussalam.

Menurut Hasby, Pohon Kapur yang ada di Subulussalam merupakan kelas utama. Sebab, kayu kapur atau Dryobalanops aromatic di Subulussalam/Singkil lah yang mengeluarkan aromatic.

Sementara di Kalimantan masuk kategori kelas I dibawah kayu kapur di Aceh ini. Jadi, lanjut Hasby jika pun benar tumbuhan Bajakah ini berkhasiat untuk obat kanker maka yang di Subulussalam juga sama ampuhnya dan dipastikan tidak akan dibawah Kalimantan.

”Karena kayu kapur kita yang jenisnya sama aja lebih super di Subulussalam atau Aceh ini dibanding Kalimantan. Kapur Aceh yang endemic di Subulusalam itu kelas utama sedangkan Kalimantan kelas satu,” terang Hasby

Hasby menjelaskan jika pohon Kapur (Dryobalanops aromatica), penghasil kapur barus (kamper) ternyata termasuk salah satu tanaman langka.

Pohon Kapur yang mampu menghasilkan kristal kapur barus dengan aroma khas ini menempati status keterancaman tertinggi yakni Critically Endangered (Kritis).

Yang tersisa detailnya harus di survey.

Tetapi habitat pohon kapur ini jika dijaga jaga dan tak usah pakai dana program rehabilitasi juga akan berkembang di lapangan dengan cepat.

Anakan (bibit) kapur tumbuh secara alami dibawah tegakan pohonnya setiap tahun dengan baik.

Lebih jauh Hasby mengatakan Liana itu tumbuhan merambat, seperti rotan. Dia tumbuh perlu penompang dari pohon.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved