Rusuh di Papua

Isu Referendum Papua Terus Bergulir, Wiranto: Demonstrasi Tidak Perlu Menuntut Macam-macam

Aksi unjuk rasa berujung kerusuhan yang belakangan terjadi di Papua dan Papua Barat, memunculkan isu referendum di wilayah timur Indonesia tersebut.

Editor: Faisal Zamzami
ANTARA FOTO/Renald Ghifari
Menko Polhukam Wiranto memberikan keterangan pers seusai rapat koordinasi khusus (Rakorsus) tingkat menteri di Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (24/4/2019). Rakorsus tersebut membahas hal-hal penting terkait pascapemilu 2019. ANTARA FOTO/Renald Ghifari/hma/pras.(ANTARA FOTO/Renald Ghifari) 

SERAMBINEWS.COM - Aksi unjuk rasa berujung kerusuhan yang belakangan terjadi di Papua dan Papua Barat, memunculkan isu referendum di wilayah timur Indonesia tersebut.

Isu itu makin kencang bergulir setelah terjadinya sejumlah aksi demonstrasi berujung rusuh di Papua.

Menteri Koordinator Politik Hukum Kemananan (Menkopolhukam) Wiranto pun angkat bicara soal isu referendum yang disuarakan segelintir pihak.

Wiranto mempertanyakan aksi unjuk rasa yang meluas di sejumlah wilayah di Papua dan Papua Barat, yang memunculkan isu referendum.

Ia pun menyinggung kemenangan Joko Widodo pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 di Papua.

"Kita tahu bahwa presiden Jokowi waktu Pemilu yang lalu itu hasil Pemilihan Umum di sana (Papua) kan 90 persen lebih memilih Pak Jokowi. Artinya, setuju dengan pemerintahan Pak Jokowi untuk terus 5 tahun ke depan," kata Wiranto di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, (29/8/2019).

"Jadi kalau kita jujur sebenarnya tidak perlu demonstrasi yang kemudian menuntut macam-macam," tambahnya.

Wiranto menyayangkan, demonstrasi di kabupaten Deiyai yang menuntut referendum.

Menurut dia, hal itu mengingkari hasil Pemilu yang telah diumumkan.

"Demonstrasi menuntut kesamaan, persamaan hak bahkan menuntut referendum. Itu sebenarnya mengingkari hasil pemilihan umum yang lalu," ujarnya.

Wiranto meminta, masyarakat Papua tak mudah terprovokasi.

Ia menduga ada pihak lain yang tak ingin Indonesia aman dan damai.

"Memang banyak yang tidak senang negeri ini aman, negeri ini damai, ada yang tidak senang negeri dapat membangun, memakmurkan rakyatnya," tuturnya.

Selanjutnya, Wiranto mengatakan, saat ini pemerintah terus berusaha hadir dengan cara-cara yang tepat agar masalah di Papua dapat diselesaikan dengan baik.

Ia menambahkan, Presiden Jokowi telah memanggilnya untuk membahas penyelesaian konflik di Papua.

Menurut dia, Jokowi akan segera datang ke Papua.

"Beliau (Jokowi) akan berjanji suatu saat beliau pasti akan ke Papua dan Papua Barat. Apabila provokasi udah selesai," kata Wiranto.

Sebelumnya, kontak senjata terjadi di wilayah Deiyai, Papua, Rabu (28/8/2019). Satu prajurit TNI AD dikabarkan gugur, sementara dua anggota Polri terluka.

Kapolda Papua Irjen Rudolf Rodja mengatakan, anggota TNI AD gugur akibat terkena panah, demikian pula dua anggota Polri dari Brimob dan Dalmas.

“Kapolres Paniai dan tim masih kontak tembak,” kata Rodja.

Adapun, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo menjelaskan, aksi unjuk rasa berlangsung di halaman Kantor Bupati Deiyai.

"Mereka menuntut bupati menandatangani persetujuan referendum," ujar Dedi ketika ditemui di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Rabu sore.

Di sela tuntutan para demonstran, aparat kepolisian dan TNI sempat berhasil bernegosiasi.

Pada saat negosiasi masih berlangsung, Dedi mengatakan, sekitar 1.000 orang tiba-tiba datang ke lokasi dari segala penjuru.

Mereka membawa senjata tajam, bahkan diduga membawa senjata api.

Pada saat itulah kontak tembak antara massa tersebut dengan aparat terjadi.

Dedi menyebut, massa yang tiba-tiba hadir itu diduga kuat merupakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Kapendam XVII Cendrawasih, Letkol Eko Daryanto mengatakan, massa juga merampas 10 pucuk senjata api jenis SS1 V2.

"Kondisi massa semakin tidak terkendali dan anarkis dengan melakukan penyerangan terhadap kendaraan dan aparat keamanan TNI yang sedang mengamankan aksi dengan menggunakan panah dan parang serta terdengar tembakan dari arah massa," kata Eko dalam keterangan tertulisnya, Rabu (28/8/2019).

Ia mengatakan, aparat keamanan berusaha untuk meredam dan menghentikan aksi massa tetapi massa semakin brutal.

"Aksi anarkis dan brutal massa mengakibatkan seorang TNI meninggal dunia. Tiga orang anggota TNI dan empat orang anggota Polri terluka akibat senjata panah dan parang. Korban pihak massa dua orang akibat terkena tembakan di kaki meninggal di rumah sakit dan terkena panah," kata Eko.

Letkol Eko Daryanto mengatakan, perampasan senjata api terjadi saat massa menyerang aparat keamanan. "Aparat terdesak dan massa merampas senjatanya," tambah Eko.

Adapun identitas korban berasal dari 2 institusi yaitu dari TNI dan Polri sebagai berikut.

1. Anggota TNI

a. TNI Serda Ricson (meninggal dunia dengan luka bagian kepala terkena senjata tajam/sejenis parang dan luka panah pada bagian kepala)
b. Sertu Sunendra (luka akibat terkena panah pada bagian pantat dan punggung sebelah kanan)
c. Serka Arif Y (luka akibat senjata tajam/sejenis parang di bagian kepala dan pelipis)

2. Anggota Polri

a. Bripda Dedi (luka akibat terkena panah pada bagian leher)
b. Bripka Rifki (luka akibat terkena panah pada bagian tangan kiri)
c. Barada Akmal (luka akibat terkena panah di bagian punggung belakang).

Aksi unjuk rasa di Deiyai pada Rabu kemarin, adalah yang kedua kalinya.

Sebelumnya aksi yang sama berlangsung 24 Agustus 2019 lalu yang diikuti ribuan orang.

Saat itu, massa sempat mengibarkan bendera bintang kejora (simbol Papua Merdeka) di tengah lapangan.

Massa menuntut Bupati Paniai menantangani persetujuan akan refrendum di Papua.

Rusuh Jayapura

Sehari berselang, aksi kerusuhan pecah di Kota Jayapura, Kamis (29/8/2019).

Massa membakar sejumlah perkantoran, di antaranya kantor Majelis Rakyat Papua (MRP), kantor Telkom, kantor pos, dan sebuah SPBU yang berjejer di samping kantor Bank BTN, di Jalan Koti Jayapura.

Selain itu, massa membakar kios dan rumah toko (ruko) di wilayah Entrop, Distrik Jayapura Selatan, yang notabene salah satu pusat perekonomian di Kota Jayapura.

Pantauan kontributor Kompas.com John Roy Purba di wilayah Entrop, massa yang datang dari wilayah Distrik Abepura menuju ke Kota Jayapura, saat tiba di Entrop melakukan aksi anarkis.

Massa membakar belasan ruko dan melakukan pengrusakan puluhan toko.

Sampai Kamis (28/8/2019) pukul 17.31 WIT, tampak kepulan api dan asap tebal masih membakar ruko.

Pada saat yang sama, terdengar pula beberapa tembakan.

Massa juga melempari kantor-kantor dan hotel di Jayapura.

Aksi demo di Jayapura kali ini diikuti seribuan orang yang berkumpul dari berbagai titik, Kabupaten Jayapura, Waena, Perumnas 3, dan wilayah Kota Jayapura, serta perwakilan dari mahasiswa.

Sebelumnya, aksi massa di Expo Waena sempat rusuh.

Massa melemparkan batu ke arah aparat. Mobil dinas Dandim 1701/ Jayapura juga dirusak oleh massa.

Aksi rusuh ini akhirnya berhasil diredam aparat gabungan TNI dan Polri.

Aparat gabungan TNI dan Polri menggunakan gas air mata untuk meredam aksi anarkis massa yang berjumlah sekitar seribuan orang tersebut.

Massa pun akhirnya mulai membubarkan diri sekitar pukul 18.00 WIT.

Kini, situasi Kota Jayapura, Papua, pada Kamis pukul 18.30 WIT berangsur kondusif. Namun, situasi Kota Jayapura gela gulita.

Pasalnya, ada beberapa kabel PLN yang terbakar bersamaan dengan bangunan kantor yang dibakar massa pengunjuk rasa.

Dari pantauan di lapangan, massa sebagian masih menduduki Kantor Gubernur Dok II Jayapura dan sisanya berkeliaran di jalan.

Akses komunikasi menggunakan telepon dan pesan singkat dimatikan sehingga masyarakat tidak dapat menghubungi satu sama lain.

Hingga kini aparat gabungan TNI dan Polri masih berjaga dan PLN masih melakukan penormalan jaringan sehingga listrik dapat segera dipulihkan.

Polri memutuskan mengirim sebanyak 4 satuan setingkat kompi (SSK) personelnya untuk mempertebal pengamanan di wilayah Jayapura, Papua.

"4 SSK atau 400 personel ke Jayapura dari Korps Brimob," ungkap Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo ketika dihubungi, Kamis (29/8/2019).

Personel Brimob yang dikirim ke Papua itu berasal dari satuan di Brimob Polda Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. (Kontributor Wamena, John Roy Purba)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Wiranto: Tuntutan Referendum di Papua Ingkari Hasil Pemilu 2019"

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Isu Refendum Papua Terus Bergulir, Wiranto Singgung Kemenangan Jokowi di Pilpres 2019, https://medan.tribunnews.com/2019/08/29/isu-refendum-papua-terus-bergulir-wiranto-singgung-kemenangan-jokowi-di-pilpres-2019?page=all.

Editor: Juang Naibaho

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved