Info haji 2019
Belajar Tajwid di Masjid Nabawi
Selasa (3/9/2019) sore atau tepatnya seusai shalat Ashar di Masjid Nabawi, Kota Madinah, Arab Saudi, tampak Ahmed, seorang remaja menarik
Laporan MOHD DIN, WARTAWAN Serambi Indonesia
Selasa (3/9/2019) sore atau tepatnya seusai shalat Ashar di Masjid Nabawi, Kota Madinah, Arab Saudi, tampak Ahmed, seorang remaja menarik tangan Rojab Sumarno, jamaah haji Embarkasi Solo, asal Demak, Jawa Tengah. Lalu, Rojab mengikuti langkah Ahmed untuk bergabung dengan jamaah lain yang sedang duduk melingkar pada salah satu ruangan dalam masjid kedua terbesar di dunia tersebut.
Kemudian, Ahmed memperkenalkan gurunya Ustaz Abdul Ghaffar yang duduk bersandar pada salah satu tiang Masjid Nabawi. Beberapa saat setelah itu, Ustaz Ghaffar pun mulai membimbing 14 jamaah yang duduk dalam forum tersebut. Ia melantunkan salah satu ayat Alquran. Suaranya pelan serta tangan digerakkan turun naik dan sesekali ke samping mengikuti gerakan mulutnya. Jamaah pun mengikuti tuntunan sang ustaz.
Saat suara ustaz berhenti, jamaah menyambutnya dengan lafal yang sama. Begitu seterusnya dilakukan dari satu ayat berganti ke ayat lain. Kegiatan tersebut berhenti sementara saat azan Magrib berkumandang. Setelah selesai shalat, mereka kembali melakukan hal yang sama hingga azan Isya menggema. Rupanya, dalam forum tersebut Ustaz Abdul Ghaffar sedang membimbing jamaah untuk memperdalam ilmu tajwid dengan tujuan mereka dapat membaca Alquran secara benar.
Bila jamaah yang mengikuti pembelajaran itu dinilai kurang jumlahnya, santri Ustaz Ghaffar mengajak jamaah lain untuk bergabung. Kadang, remaja seperti Ahmed, merayu jamaah (termasuk yang sudah berumur) lain untuk bergabung menggunakan bahasa isyarat. Sebab, santri dadakan itu sebagian besar warga non-Arab yang tidak paham bahasa Arab.
Kelompok jamaah yang terbentuk dadakan dan permanen itu jumlahnya ratusan. Di hampir setiap ruang dalam masjid ada kelompok-kelompok kecil. Sebagian remaja asli Madinah punya kelas khusus di Masjid Nabawi. Ada juga pendatang dari negara tetangga Arab Saudi seperti Yaman, Irak, Syiria, dan Emirat Arab. Sementara sebagian lagi merupakan campuran jamaah dari berbagai negara.
Informasi yang diperoleh Serambi, kegiatan mengajar seperti yang dipraktekkan Ustaz Ghaffar sebagian difasilitasi oleh Kerajaan Arab Saudi. Guru itu ada yang berstatus voluntir dan ada juga yang sukarela. Orang-orang kaya dan dermawan di Madinah ikut ambil bagian dalam kegiatan itu. Salah satu caraya dengan menyediakan konsumsi kepada guru dan jamaah yang belajar tajwid di Masjid Nabawi.
"Anda tak usah khawatir akan lapar dalam masjid bila sedang belajar Alquran, sebab ada saja orang yang membantu menyediakan makanan dan minuman," kata Usman Arifin, jamaah haji asal Banjar, yang dulunya setiap tahun melaksanakan umrah. Salah satu tujuannya umrah dan ziarah ke Madinah adalah untuk memperdalam pengetahuan tilawah.
Masjid Nabawi memang melestarikan tradisi belajar tajwid sejak ribuan tahun lalu. Tujuannya, untuk melahirkan orang-orang yang menguasai tilawah dengan bacaan yang benar. Bagi jamaah dari luar Arab Saudi, belajar tajwid di Madinah adalah hal yang tepat. Sebab, di samping banyak ahli tempat menimba ilmu, mereka juga mendapat ilmu dari sumber dan pelafal asli.
Di samping kelompok belajar tajwid, di Masjid Nabawi juga ada kelompok-kelompok belajar menghapal Alquran. Jumlahnya ratusan kelompok dan santrinya paling banyak dari kalangan remaja. Sebagian besar kelompok ini berlangsung permanen. Santri penghapal Alquran dibimbing oleh seorang atau beberapa guru. Tradisi belajar menghapal Alquran di Masjid Nabawi juga sudah berlangsung ribuan tahun lalu yang dimulai sejak Rasulullah SAW menyiarkan Islam di Kota Madinah.
Sama pentingnya dengan belajar lafal Alquran, mendidik penghapal Alquran juga bertujuan untuk menjaga kemurnian Alquran. Sebab, setiap penghapal Alquran otomatis menguasai tilawah dan ilmu tajwid. (*)