Mahasiswa Tangisi Prof Eka, Saat Demo Terkait Dekan Psikologi UIN Mundur

Tangis haru mahasiswa tak terbendung saat Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh, Prof Dr Eka Srimulyani

Editor: bakri
SERAMBI/ SUBUR DANI
Dekan Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prof Dr Eka Srimulyani menangis sambil bersalaman dengan para mahasiswa yang hendak melakukan aksi terkait mundurnya Prof Eka dari jabatan Dekan Psikologi, di kampus setempat, Rabu (4/9/2019). 

BANDA ACEH - Tangis haru mahasiswa tak terbendung saat Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh, Prof Dr Eka Srimulyani, menyapa mereka yang hendak melancarkan aksi di kampus itu, Rabu (4/9/2019). Mahasiswa terisak saat Prof Eka datang menghampiri dan menyalami mereka satu per satu.

“Bu, tetap bersama kami Bu. Bu, jangan pergi Bu,” beberapa mahasiswa perempuan meracau sambil terus menyeka air mata. “Kalian anak saya semua, beumetuwah semua, ayo kita cari solusi yang terbaik, aspirasi tetap bisa kita sampaikan dengan baik,” ajak Prof Eka yang juga tak mampu menahan derai air mata di pipinya.

Kemarin, seratusan mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry hendak melancarkan aksi di depan Gedung Auditorium Ali Hasjmy, Darussalam, Banda Aceh, yang di dalamnya sedang berlangsung wisuda hari kedua. Namun, rencana mahasiswa dihalau oleh Wakil Rektor II UIN Ar-Raniry, Dr Saifullah SAg MAg, termasuk Prof Eka sendiri yang terus menenangkan para ana  didiknya.

Aksi mahasiswa tersebut merupakan buntut dari mundurnya Prof Dr Eka Srimulyani dari jabatan sebagai Dekan Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry baru-baru ini. Mahasiswa menganggap, mundurnya Prof Eka akibat ada alasan tertentu yang tak dibuka ke publik, meski Prof Eka sendiri sudah menyampaikan bahwa dia mengundurkan diri karena akan melakukan penelitian ke luar negeri dalam waktu yang lumayan lama.

Namun, mahasiswa sepertinya tak percaya alasan itu. Bahkan, menurut mereka, Prof Eka mundur dari jabatannya karena puncak dari berbagai persoalan di level pimpinan dengan kebijakan-kebijakan yang dianggap tidak wajar. Buntut dari mundurnya Prof Eka, kata mahasiswa, pimpinan di level program studi (prodi) itu juga ikut mundur serentak. Seperti Ketua Prodi, Julianto SAg MSi, dan beberapa dosen di berbagai unit layanan fakultas. “Selamatkan fakultas kami, rektor harus bertanggung jawab atas hal ini,” teriak mahasiswa.

Suasana haru di depan Fakultas Tarbiyah kemarin memantik perhatian para mahasiswa dan civitas akademika kampus itu. Prof Eka berulang kali menyeka air mata, beberapa mahasiswa bahkan memeluk erat tubuh profesor termuda di universitas tersebut. “Saya sayang sama kalian, seperti orang tua kalian. Saya mencintai psikologi,” ujar Eka disambut suara isak tangis mahasiswa.

Prof Eka kemudian meminta mahasiswa untuk tidak bertindak di luar batas, seperti melancarkan aksi di gedung Audiotroum Ali Hasjmy yang dipenuhi orang tua wisudawan. Wakil Rektor III, Dr Saifullah SAg MAg, juga dengan tenang meminta mahasiswa untuk tidak melancarkan aksi di lokasi wisuda. “Mohon tunggu di sini saja, nanti setelah prosesi wisuda, Bapak Rektor akan datang menemui,” ujar Saifullah.

Sesaat kemudian, mahasiswa bergerak menuju gedung rektorat sambil menggemakan lafal shalawat. Mereka memilih menunggu Rektor UIN Ar-Raniry di sana. Di gedung rektorat, mahasiswa selanjutnya berorasi secara bergantian. Agus Ismansyah, Ketua Alumni Fakultas Psikologi mengatakan, pengunduran diri Prof Eka Srimulyani yang diikuti oleh dosen-dosen pemangku jabatan lain adalah puncak masalah di fakultas mereka.

“Alasan Prof Eka mau penelitian itu hanya prosedural saja. Sebenarnya, ada persoalan internal, ada kebijakan dari pimpinan (rektorat) menekan pimpinan bawah sehingga Prof Eka Sri Mulyani susah mengambil kebijakan di fakultas, lalu akhirnya beliau memilih mengundurkan diri,” kata Agus.

Adapun persoalan di fakultas itu, sebut Agus, seperti adanya wakil dekan I bidang akademik yang tidak linear dengan keilmuan psikologi. Menurutnya, itu sebuah kejanggalan dalam bidang akademik, bagaimana seorang yang tidak paham ilmu psikologi bisa diangkat dalam jabatan tersebut.

Selanjutnya, wakil dekan II yang membidangi administrasi dan keuangan menurut mereka melanggar statuta UIN Ar-Raniry Pasal 44 tentang Prasyarat Menjadi Wakil Dekan. “Jelas disebut di sana, setiap pemangku jabatan setingkat dekan dan wakil dekan minimal pernah menjabat ketua jurusan atau sekretaris, ketua lembaga atau kepala pusat,” katanya.

Di samping itu, tambahnya, selama ini ada intervensi dari berbagai pihak dalam penyelesaian masalah di fakultas psikologi. Hal itudirasa kurang wajar sehingga membuat para pihak merasa tidak adil dan tersakiti. “Selanjutnya, soal akreditasi fakultas kami yang masih C yang direakreditasi namun belum ada kepastian. Eksesnya, alumni kami tak dapat bersaing dalam dunia kerja,” ujar Agus.

Terakhir, mahasiswa cukup terkejut dengan informasi yang menyebutkan, pengganti Prof Eka dan jabatan struktural lain yang juga mundur adalah orang yang nonpsikologi secara keilmuan. “Kami minta pimpinan atau Pak Rektor, jangan sampai pengganti Prof Eka adalah orang yang tidak linear keilmuannya. Jika bukan ahli psikologi, maka pasti tidak bisa menyusun standar kurikulum," katanya.

Aksi kemarin berlangsung aman dan tertib di bawah kawalan tim keamanan kampus UIN Ar-Raniry. Aksi mahasiswa tidak sampai menggangu jalannya wisuda, bahkan para keluarga wisudawan dipastikan tidak tahu dengan aksi yang dilancarkan para mahasiswa tersebut. Mahasiswa baru membubarkan diri setelah Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Dr Warul Walidin Ak MA tiba di lokasi demo dan menjawab semua masalah yang disampaikan. Mereka harus menunggu lama, karena rektor baru bisa menemui mahasiswa setelah wisuda di gedung Auditorium Ali Hasjmy selesai. (dan)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved