Berita Singkil
Sensasi Taklukkan Puncak Tiusa, Gunung Para Raja di Pulau Banyak Barat Aceh Singkil
Belaian angin dan hamparan pulau memesona mata, membuat kaki enggan beranjak dari puncak Tiusa, gunung para raja di Pulau Tuangku
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Mursal Ismail
Belaian angin dan hamparan pulau memesona mata, membuat kaki enggan beranjak dari puncak Tiusa, gunung para raja di Pulau Tuangku, Kecamatan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil.
Sensasi Taklukan Puncak Tiusa, Gunung Para Raja di Pulau Banyak Barat Aceh Singkil
Laporan Dede Rosadi I Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Keringat sebesar biji jagung berjatuhan. Setelah berjam-jam mendaki di antarasesak pohon yang memaku dinding batu.
Sesaat kemudian hembus angin membelai wajah. Berganti hawa sejuk khas puncak gunung.
Itulah nuansa pertama tiba di puncak gunung Tiusa, puncak tertinggi di Pulau Tuangku, pulau terbesar dalam gugusan Kepulauan Banyak, Kabupaten Aceh Singkil.
Pagi itu, Sabtu (7/9/2019) saya bersama komunitas pencita alam Kecamatan Pulau Banyak Barat, bersepakat menaklukan gunung Tiusa.
Gunung itu tingginya hanya sekitar 300 meter. Namun medannya menantang adrenalin.
Dipenuhi batu karang tajam, jurang terjal serta di titik tertentu licin.
Kemudia pepohonan tumbuh rapat. Gunung Tiusa juga memiliki kemiringan 75 sampai 95 derajat.
Harus ekstra hati-hati serta butuh fisik prima ketika naik maupun turun Tiusa.
Baca: Ini Fitur-fitur Canggih yang Dimiliki Honda Genio dan ADV150, Bisa Isi Ulang Baterai Gadget
Baca: Cuaca Membaik, Kapal Teluk Sinabang Kembali Bersandar di Pelabuhan Samatiga Aceh Barat
Baca: Jamaah Haji Aceh Singkil Tiba di Banda Aceh

Menaklukan gunung Tiusa saya ditemani Pak Dian pendaki gunung senior asal Pulau Jawa, yang sudah belasan tahun bermukim di Desa Gosong Telaga Barat, Singkil Utara.
Kemudian ditemani, Herlin, Wiwin, Rio dan Yanto. Mereka komunitas pencinta alam di Kecamatan Pulau Banyak Barat.
Sebagai pemandu, Rehan pemuda Pulau Banyak Barat, yang dikenal memiliki pergerakan gesit dalam menaklukan Tiusa.
Pendakian gunung dimulai. Kurang dari sejam medan masih dataran. Perjalanan hanya terhadang onak duri.
Selepas itu pendakian dimulai dengan memanjat dinding gunung. Di situlah rombongan harus bekerja keras.
Tenaga mulai terkuras, otot paha kaki tertarik, ketika terus menerus merayapi tebing.
Nahas dinding karang menghadang. Rupanya kami salah jalan. Langkah menuju puncak Tiusa tertunda.
Pohon-pohon tumbuh mirip, sehingga bisa mengelabuhi pendaki.
"Tadi terlalu ke kanan (Barat) mengambil jalan," kata Rehan.
Menggunakan sisa tenaga kami mencoba cari jalan dengan turun lalu naik kembali menuju arah Timur.
Pendakian kali ini benar-benar menguras energi. Berulang tim harus berhenti mengambil nafas.
Setelah berjuang keras akhirnya sang pemandu Rehan, berhasil menemukan rute.
Senyum sempat mengembang, sebelum akhirnya berubah sesak napas.
Lantaran menjelang puncak gunung, medan berupa batu karang terjal.
Lebarnya hanya cukup menginjakan kaki, di sisi kiri dan kananya berupa jurang.
Sinar mentari melewati ubun-ubun, tibalah di puncak pertama gunung Tiusa.
Ups.... hati-hati puncak berupa batu karang perisis di tepi jurang dan bergoyang ketika mendapat beban.
Setelah berfoto ria, perjalanan dilanjutkan ke sasaran utama. Hanya sekitar 20 menit tibalah di puncak tertinggi gunung Tiusa.
Hamparan gugusan pulau-pulau kecil di tengah lautan langsung memanjakan mata. Tundukan pandangan, giliran pemukim penduduk Pulau Banyak Barat, menjadi pengobat letih berjam-jam mendaki.
Belaian angin dan hamparan pulau mempesona mata, membuat kaki enggan beranjak dari puncak Tiusa, gunung para raja di Pulau Tuangku, Kecamatan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil.
Pulau Tuangku sejak abad ke-17 sudah menjadi kerajaan. Berdasarkan literatur serta kisah warga lokal Pulau Tuangku pernah diperintah oleh enam raja.
Raja pertama Sutan Malingkar Alam sedangkan yang terakhir Sutan Umar atau Tuangku Umar.
Nama Pulau Tuangku diambil dari nama penguasa terakhir.
"Kerjaan ini berdiri sendiri," kata Herlin keturunan ketujuh panglima perang pertama kerjaan yang mendiami Pulau Tuangku.
Sebelum pulang kami menyempatkan mencari patok peninggalan kolonial Belanda di salah satu puncak gunung Tiusa.
Sayang waktu yang tersedia terlalu singkat. Upaya pencarian tak membuahkan hasil.
Ke Pulau Tuangku dari Singkil, ibu kota Kabupaten Aceh Singkil, dapat ditempuh dengan naik kapal kayu. Bisa juga naik feri sampai Pulau Banyak, lalu melanjutkan perjalan ke Pulau Banyak Barat.
Pastikan mendaki mengajak pemandu seperti Rehan.
Sesuai namanya gugusan Kepulauan Banyak, memiliki banyak spot menarik. Tak melulu wisata bahari, ada puncak gunung Tiusa yang menawarkan sensasi berbeda.
Matahari sudah ke ufuk Barat, tanda harus segera turun meninggalkan gunung para raja.
Giliran Anda menaklukan puncak Tiusa. (*)