Berita Bireuen
Jumlah Anak 'Bukrik' di Bireuen Capai 351 Orang, Ini Langkah Dinkes Setempat
Penanganan sunting katanya, sudah merupakan program nasional dan dibenarkan menggunakan anggaran desa untuk program tersebut.
Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Nurul Hayati
Penanganan sunting katanya, sudah merupakan program nasional dan dibenarkan menggunakan anggaran desa untuk program tersebut.
Laporan Yusmandin Idris I Bireuen
SERAMBINEWS.COM,BIREUEN - Jumlah anak yang mengalami stunting bertubuh pendek dan kurus atau dalam bahasa Aceh disebut 'bukrik' menurut data sementara yang diperoleh dari seluruh Puskesmas mencapai 351 balita.
Mereka terdiri atas laki-laki 172 anak dan perempuan 179 anak.
Dari jumlah balita, data akhir 2018 mencapai 1.001 balita.
Baca: Babak 12 Besar Liga-3 PSSI Aceh, Ini 11 Pemain PSLS yang Pertama Diturunkan Lawan Persidi Sore Ini
Penanganan dan mencegah atau menguransi stunting di Bireuen terdapat sejumlah program yang dilakukan kata Kadiskes Bireuen, dr Amir Addani M Kes usai acara penggalangan komitmen tentang upaya konvergensi penurunan stunting dengan edukasi isi peringku di aula lama Sekdakab Bireuen, Rabu (11/09/2019).
Dijelaskan, langkah penanganan balita bukrik sudah dilakukan sejak beberapa bulan lalu, mulai dari pendataan oleh para bidan desa, penanganan lainnya, dan memberikan pemahaman kepada keluarga, di mana bayi bertubuh pendek dan kecil bukan disebabkan bawaan, tapi perhatian keluarga dalam asupan gizi memadai sejak mengandung.
Penanganan sunting katanya, sudah merupakan program nasional dan dibenarkan menggunakan anggaran desa untuk program tersebut.
Agar anak-anak masa depan memiliki tubuh memadai dan ideal.
Baca: Ucapan Selamat atas Anugerah “JDIHN Award 2019
Salah satu permasalahan gizi sangat serius adalah masalah gizi kronis yang disebabkan
asupan gizi yang kurang.
Pertumbuhan berat badan dan tinggi badan tidak sesuai dengan standar (stunting), disebabkan asupan gizi kurang dalam waktu yang cukup lama.
Akibat pemberian makanan tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Dijelaskan, stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Baca: Sadis! Seorang Ibu Tega Pukuli 3 Anaknya Hingga Meronta-ronta, Sang Ayah Mengizinkan dan Merekamnya
Penandatanganan komitmen pada satu lembar spanduk besar serta dokumen resmi, sebagai bentuk
suatu kewajiban bersama seluruh instansi terkait mulai dari bupati, dinas, sampai camat untuk sama-sama memberi perhatian dan melaksanakan berbagai program terkait untuk mengurangi angka balita bukrik.
Usai penandangan spanduk kata Kadiskes, nantinya tim akan melakukan berbagai program lanjutan bersama dinas, terkait melakukan sosialasi isi piringku.
Dalam pamplet isi piringku yang berbentuk piring makanan balita, harus lengkap mulai dari makanan pokok lauk pauk, buah-buahan dan sayuran.
Seorang kepala keluarga, ibu rumah tangga harus memulai perhatian soal makanan yang memadai, gizi yang cukup sejak janin, dalam kandungan.
sehingga anak akan memiliki gizi cukup dan mengalami pertumbuhan yang normal.
Serta lahir dalam keadaan sehat dan akan mengalami pertumbuhan yang normal juga atau tidak stunting.
Kemudian, selama satu hari sampai 1.000 hari kehidupan balita, adalah masa-masa
memerlukan perhatian dalam soal kecukupan gisi untuk mencegah
stunting. (*)