Breaking News

Hasil Penelitian Sebut Hoaks Rentan Disebar Oleh Mereka yang Tingkat Pendidikan & Penghasilan Rendah

Riset ini dilakukan pada Januari-Februari 2018 dengan metode pengambilan data berupa kuisioner yang disebar melalui jaringan internet.

Editor: Amirullah
Net
Ilustrasi. 

Dalam penelitian ini, kami ingin mengetahui bagaimana kemampuan seseorang dalam mencari, membagi, dan memverifikasi informasi mempengaruhi perilaku mereka dalam menyebarkan hoaks.

Jadi, dalam kuisioner kami menanyakan tingkat kemampuan masing-masing responden dalam mencari, membagi dan memverifikasi informasi.

Kami memilih menyebarkan kuisioner ke pekerja media dan mahasiswa dengan asumsi bahwa kelompok ini memiliki pengetahuan dan keahlian lebih baik dalam mengenali misinformasi.

Pada tingkat pendidikan, responden dalam penelitian ini mayoritas lulusan S1 (47,5%), diikuti oleh lulusan SMA (28,8%), pernah kuliah (12,9%), pascasarjana (7,9%), dan sisanya tidak lulus SMA.

Pada tingkat pendapatan, responden mayoritas berpenghasilan sesuai Upah Minimum Provinsi (UMP) Jakarta yang ditetapkan sebesar Rp3,7 juta pada 2018.

Baca: Pria Pencari Rongsok Cabuli Puluhan Anak Laki-laki, Seminggu Tiga Kali hingga Punya Mangsa Langganan

Responden kami berpenghasilan Rp3,7 juta (50,3%), Rp3,8-5 juta (14,4%), Rp5-10 juta (14,9%), dan sisanya di atas Rp10 juta (9,9%).

Adapun mayoritas usia responden adalah 18-24 tahun (47%), 25-34 tahun (36,4%), 35-44 tahun (12,4%), dan lebih dari 45 tahun (2,3)%.

Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara tingkat pendidikan dan penghasilan dengan perilaku menyebarkan misinformasi tanpa memverifikasinya lebih dulu.

Dengan kata lain, semakin rendah tingkat pendidikan dan penghasilan responden maka semakin besar kemungkinan mereka menyebarkan hoaks.

Sedangkan faktor umur tidak berpengaruh pada kecenderungan mereka dalam menyebarkan hoaks. Temuan ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan di Jawa Barat.

Penelitian kami juga menunjukkan bahwa kecenderungan membagi informasi di media sosial tanpa memverifikasi terlebih dulu ditentukan dari seberapa banyak pengalaman seseorang menggunakan internet.

Semakin banyak pengalaman seseorang dalam berinternet maka kemampuan mereka dalam menggunakan Internet untuk mencari, membagi, dan memverifikasi informasi semakin tinggi.

Dengan kata lain, seseorang yang baru saja bisa menggunakan internet cenderung lebih rentan membagi informasi tanpa mengeceknya terlebih dulu.

Baca: Tak Mau Diajak Rujuk, Janda Nur Hidayah Dibunuh Mantan Suami, Mayat Dibungkus Selimut

Rekomendasi untuk program literasi

Dari temuan hasil penelitian ini, kami memiliki setidaknya tiga rekomendasi dalam penyusunan kebijakan atau materi pelatihan literasi informasi untuk mencegah penyebaran hoaks di media sosial.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved