Balita Ini Diberi 5 Gelas Kopi Per Hari Sejak Usia 6 Bulan karena Orangtuanya Tak Mampu Belikan Susu

Balita yang diberikan minuman kopi sejak usia 6 bulan itu kini seperti memiliki ketergantungan pada kopi tubruk

Editor: Amirullah
Kompas.com
Hadijah, balita berusia 14 bulan sedang minum kopi yang dimasukkan dalam dot. Tak Mampu Belikan Susu, Orangtua Balita di Sulbar Beri 5 Gelas Kopi Per Hari Sejak Usia 6 Bulan. 

Balita Ini Diberi 5 Gelas Kopi Per Hari Sejak Usia 6 Bulan karena Orangtuanya Tak Mampu Belikan Susu

SERAMBINEWS.COM  – Hadijah Haura, bayi di bawah lima tahun (balita) berusia 14 bulan, tiap harinya minum kopi lima gelas atau sekitar 1,5 liter.

Orangtuanya yang tak mampu membelikan susu formula buat Hadijah Haura mengaku terpaksa memberikan minuman kopi tubruk yang biasanya dikonsumsi oleh orang dewasa.

Balita yang diberikan minuman kopi sejak usia 6 bulan itu kini seperti memiliki ketergantungan pada kopi tubruk: Hadijah tak bisa tidur sebelum minum kopi tubruk.

Sarifuddin dan Anita, orangtua sang balita, tinggal di Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Hadijah Haura dan kedua orangtuanya. Tak Mampu Belikan Susu, Orangtua Balita di Sulbar Beri 5 Gelas Kopi Per Hari Sejak Usia 6 Bulan.

Baca: Mau Dilantik Jadi Anggota DPRD, Driver Ojek Online ini Malah Diusir: Saya Pakai Jaket dan Helm Grab

Baca: Sekeluarga Terbakar, Akibat Bensin Eceran di Botol Mineral Tumpah, Disenggol Kucing atau Tikus

Dikutip TribunJakarta.com dari Kompas.com orangtua balita tersebut, Sarifuddin dan Anita memberikan kopi tubruk sejak sang buah hati berusia enam bulan.

Hal tersebut terpaksa dilakukan Sarifuddin dan Anita karena tak mampu membeli susu.

Rutin diberi kopi sejak bayi, Hadijah Haura kerap bertingkah tak biasa di malam hari.

Mulanya Anita mengaku gaji Rp 20.000 sebagai buruh kupas kopra bersama suaminya, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur kecil keluarganya.

"Ya mau diapalagi, pendapatannya tidak cukup untuk membeli susu. Terpaksa setiap hari hanya diberi dot berisi kopi,” jelas Anita dikutip TribunJakarta.com dari Kompas.com

Menurut Anita, Ia dan suaminya Sarifuddin hanya menggantungkan hidup dari upah bekerja sebagai pengupas kopra.

Saat musim panen, Sarifuddin kerap beralih profesi menjadi buruh angkut padi di sawah karena upahnya lebih besar.

Baca: Bukan Digunakan Untuk Bantu Orang Sakit, Oknum Sopir Pakai Mobil Ambulans untuk Angkut Sapi Curian

Baca: Harga Emas Antam Hari Ini Stagnan, Berikut Rincian Harganya

Baca: Nonton Film Dokumenter Mendiang Sang Ayah, Cristiano Ronaldo Menangis Tersedu-sedu

Namun usai panen, ia kembali menekuni profesi sebagai buruh kupas kopra.

Selama sehari bekerja, maksimal ia mendapatkan penghasilan bersama suaminya hingga Rp 40.000.

Itupun jika ada kelapa yang bisa diolah jadi kopra.

Halaman
12
Sumber: TribunnewsWiki
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved