Berita Banda Aceh
FDK UIN Ar-Raniry Hadirkan Lima Negara Isi Seminar Muslim Minoritas di Asia Tenggara
Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh mengadakan seminar internasional dengan tema "Dakwah...
Penulis: Mawaddatul Husna | Editor: Jalimin
FDK UIN Ar-Raniry Hadirkan Lima Negara Isi Seminar Muslim Minoritas di Asia Tenggara
Laporan Mawaddatul Husna | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh mengadakan seminar internasional dengan tema "Dakwah Muslim Minoritas di Asia Tenggara", di Aula Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Kamis (19/9/2019).
Kegiatan yang dibuka oleh Wakil Rektor II UIN Ar-Raniry, Dr H Syahbuddin MAg itu menghadirkan narasumber dari lima negara yaitu Ketua Jabatan Pendidikan Muslim Coorperative Kamboja, Rashid Abdul Hamid, Praktisi Dakwah dari Vietnam, Mr Dr Mach Du Soh.
Selanjutnya, Encik Prof Dr Noordin Abdullah Dagorha merupakan Wakil Rektor Bidang Pengabdian Masyarakat dan Pembangunan Kebudayaan Islam University Fatoni Selatan Thailand, Encik Masrukhin Marzoki dari Malaysia, dan dari Indonesia yaitu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry, Dr Juhari Hasan MSi, dan dari Forsimas, Dr Basri Abu Bakar.
DPRK Aceh Tamiang Diminta Bentuk Pansus Ambulans
Alat Panen Terkena Kabel Listrik Tegangan Tinggi, Seorang Pemanen Sawit Meninggal
Air Rendaman Rambut Jagung Disebut Bisa Sembuhkan Kanker, Simak Penjelasannya
Masing-masing narasumber yang dimoderatori oleh Hasan Basri M Nur ini menyampaikan terkait keadaan muslim dan perkembangan dakwah di negaranya.
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Dr Fakhri MA dalam sambutannya menyampaikan Prof Ali Hasjmy pakar sejarah Aceh pernah menggambarkan lima negara ini yaitu Kamboja, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Indonesia merupakan bagian dari dunia melayu yang memiliki investasi sejarah dan budaya yang sangat kaya.
" Asia Tenggara merupakan warisan dari tamadun dunia melayu raya yang memiliki karakter diskriptif dibandingkan dengan wilayah-wilayah di muka bumi ini," ujarnya.
Ia menjelaskan dalam sejarah perkembangan Islam di dunia melayu, antara Kamboja, Vietnam, Thailand (Pattani), Indonesia, dan Malaysia telah memiliki hubungan erat, baik bahasa, agama, intelektual dan ekonomi.
Mengutip Denys Lombard dalam bukunya Kerajaan Aceh: Zaman Sultan Iskandar Muda, Fakhri menyebutkan Bahasa Aceh sebenarnya berasal dari bahasa Champa yang sekarang digunakan oleh masyarakat muslim Champa di Kamboja dan Vietnam.
Mengerikan! Pekerja Revitalisasi Alun-alun Cirebon Temukan Benda-benda Mistis di Lahan Proyek
Pria Aceh Selatan Ini Tega Cabuli Anak Yatim Piatu Hingga Berkali-Kali
Hal ini berkaitan dengan adanya kesamaan bunyi antara bahasa Aceh dan bahasa Champa, seperti dalam bahasa Aceh ada kata "piyoh" maka dalam bahasa Champa juga ada kata "Piyoh" yang artinya singgah.
Jika dalam Bahasa Aceh ada kata "Cicem" dan dalam bahasa Champa ada kata "cim, ciin" yang artinya burung.
Ia melanjutkan dalam masa 20 tahun terakhir banyaknya kemajuan kaum muslim di negara-negara Asia Tenggara, dimana kaum muslim menjadi mayoritas penduduk di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Namun sebaliknya mereka menjadi minoritas di Filipina, Thailand, Singapura, Kamboja, dan Myanmar.