Udara di Aceh Tidak Sehat, Masyarakat Diimbau Gunakan Masker
Kabut asap yang menyelimuti Aceh semakin pekat. Prakirawan Stasiun Klimatologi Aceh Besar, Muhajir, mengatakan bahwa kualitas udara
Meskipun kondisi sleuruh pulau Sumatera tidak bisa dilihat dari udara, karena tertutup awan, namun pesawat yang berwarna putih abu-abu ini mampu melakukan perekaman gambar dengan menembus tebalnya asap.
Komandan Lanud SIM, Kolonel Hendro Arief H S.Sos menyampaikan, dalam operasi itu pesawat TNI AU berhasil merekam hampir 100 titik api di wilayah Sumatera. Nantinya, hasil dari pemantauan dan perekaman gambar itu akan dijadikan bahan rujukan pihak BNPB Pusat maupun lembaga terkait dalam upaya pemadaman titik api.
Sementara Kapten Pilot Pesawat Pengintai, Mayor Pnb Hendro Sukamdani menyampaikan, pesawat intai dilengkapi alat penginderaan yang canggih yang mampu beroperasi siang maupun malam. Dalam operasi itu, mereka mendapat seluruh udara wilayah Sumatera telah diselimuti asap tebal. "Dari atas ketinggian 15 ribu kaki, kami tidak bisa melihat ke bawah (karena tertutup awan). Semua kami deteksi dengan infrared," ujarnya.
Sementara untuk wilayah Aceh, tidak ada titik api yang ditemukan. Namun hampir seluruh wilayah Aceh sudah diselimuti kabut tebal, sehingga tidak tampak dari udara. "Meskipun spot (api) tidak ada di Aceh, tapi karena efek angin, kabut asap ini sduah sampai ke Aceh," ujar Mayor Pnb Hendro.
Hingga sore kemarin, jarak pandang di Banda Aceh dan Aceh Besar mencapai 1.500 meter. Sementara di Sabang kondisinya lebih parah, karena jarak pandang hanya 1.000 meter.
Dampak kabut asap juga menganggu aktivitas penerbangan di sejumlah bandara di kabupaten/kota. Salah satunya di Bandara Cut Nyak Dhien, Nagan Raya, dimana pesawat Wings Air batal melakukan penerbangan dari Bandara Kualanamu, Medan.
“Aktivitas penerbangan di bandara terhenti total akibat gangguan kabut asap. Akibatnya penerbangan dari Kuala Namu ke Bandara Cut Nyak Dhien dan sebaliknya terhenti total,” kata Airport Manager Wings Air Bandara Cut Nyak Dhien Nagan Raya, Andi Siswanto, kepada Serambi, Senin (23/9).
Gangguan penerbangan juga terjadi di Bandara Malikussaleh, Aceh Utara. Kabut asap yang semakin pekat membuat jarang pandang hanya sejauh 1 kilometer. Akibatnya, Wings dipastikan batal melakukan penerbangan dari Kualanamu ke Malikussaleh.
“Seharusnya Wings sudah terbang dari Bandara Kualanamu pada pukul 13.35 WIB dan dari Bandara Malikusaleh pada pukul 14.35 WIB. Tapi barusan kita sudah dapat konfirmasi bahwa Wings batal terbang,” ujar Kepala Tata Usaha Satuan Pelayanan Bandara Malikussaleh, Niswan.
Dari Kualanmau ke Bandara Malikusaaleh, jumlah calon penumpang yang akan berangkat sebanyak 72 orang, sedangkan dari Bandara Malikussaleh ke Bandara Kualanamu sebanyak 28 orang.
Selain ke Malikussaleh, Wings juga membatalkan penerbangan ke Bandara Rembele, Bener Meriah. Plt Kasubseki Tehnik Operasi, Keamanan dan Pelayanan Darurat UPBU Rembele, Iwan Mulya, mengatakan, pembatalan penerbangan terjadi karena kabut asap.
“Pembatalan ini, dilakukan oleh pihak airlines karena kondisi cuaca tidak memungkinkan,” kata Iwan Mulya.
Berdasarkan informasi BMKG, kabut asap yang menyelimuti kawasan bandara Rembele, membuat jarak pandang hanya sekitar 800 meter. Sedangkan idealnya untuk sebuah penerbangan jarak pandang sekitar 5 kilometer. “Semua fasilitas penerbangan sudah kami siapkan. Tapi pihak airlines ada pertimbangan lain, sehingga penerbangan hari ini dibatalkan,” ujarnya.
Sementara itu, Airport Manager Wings Air, Rembele, Erwanda, menyebutkan, pembatalan penerbangan dari Kualanamu menuju Rembele merupakan hasil keputusan managemen Wings Air. “Penerbangan dari Bandara Rembele baru hari ini kami batalkan karena cuaca,” terang Erwanda.
Melihat kondisi cuaca yang tidak menentu, pihaknya juga tidak berani mengalihkan penumpang pada penerbangan hari berikutnya. Karena itu uang pembelian tiket dikembalikan kepada penumpang dengan dipotong sebesar 10 persen.